Pengeras Suara Masjid Siap Difungsikan sebagai Pengganti Sirine Tsunami di Cianjur, Begini Penjelasan BPBD
Semua pengeras suara masjid di sepanjang pesisir setempat akan difungsikan sebagai pengganti sirine tsunami.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, akan menjadikan pengeras suara masjid sebagai pengganti sirine pada saat terjadi potensi bencana Tsunami. Nantinya, peringatan ini akan dibunyikan di sepanjang wilayah pesisir pantai selatan.
Kepala Pelaksana BPBD Cianjur, Asep Sukma Wijaya mengungkapkan, semua pengeras suara masjid di sepanjang pesisir setempat akan difungsikan sebagai pengganti sirine tsunami.
-
Dimana gempa Cianjur terjadi? Sejumlah infrastruktur temasuk tempat pendidikan mengalami kerusakan berat akibat bencana gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022.
-
Apa itu gempa megathrust? Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana satu lempeng tektonik bergerak menukik ke bawah lempeng lain. Istilah 'megathrust' berasal dari kata 'mega' yang berarti besar dan 'thrust' yang berarti dorongan atau tekanan.
-
Kapan gempa Cianjur terjadi? Sejumlah infrastruktur temasuk tempat pendidikan mengalami kerusakan berat akibat bencana gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Cianjur pada 21 November 2022.
-
Dimana gempa megathrust terjadi? Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
-
Bagaimana gempa megathrust terjadi? Proses terjadinya gempa megathrust melibatkan interaksi kompleks antara lempeng tektonik di zona subduksi. Berikut penjelasan mengenai mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya gempa ini: 1. Interaksi Lempeng Tektonik Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, di mana satu lempeng tektonik, biasanya lempeng samudra yang lebih berat, menyusup ke bawah lempeng benua yang lebih ringan. Proses ini menciptakan medan tegangan yang sangat besar di sepanjang batas lempeng.
-
Apa saja dampak gempa Bandung? Akibat kejadian ini, sejumlah bangunan rumah dan sekolah di wilayah Pangalengan hingga Kabupaten Garut rusak parah bahkan hancur. Berikut potret dampaknya.
Ada alasan kuat mengapa sirine peringatan bencana tidak dijadikan patokan saat terjadi bencana, dan pengeras suara dianggap lebih efektif.
Alasan Diganti dengan Pengeras Suara Masjid
Menurut Asep, alasan terkuat mengapa alarm tanda bencana diganti dengan pengeras suara dari rumah ibadah adalah karena sirine peringatan bencana besar itu dikhawatirkan tidak berfungsi.
Menurutnya, saat ini terdapat kurang lebih 9 sirine milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang terpasang di sepanjang pesisir selatan Cianjur.
"Sirene milik BNPB tidak berbunyi secara otomatis ketika ada peringatan tsunami, harus dipencet operator atau petugas, sehingga kami manfaatkan pengeras suara atau toa masjid untuk pengganti sirene," katanya, melansir ANTARA, Kamis (22/8).
Siapkan 90 Relawan Tangguh Bencana untuk Arahkan Warga
Sebagai langkah paling dini, pihaknya sudah sejak tiga bulan lalu melakukan simulasi jika terjadi bencana tsunami. Ketika itu, dilibatkan sebanyak 90 relawan tangguh bencana (RETANA) yang nantinya akan membantu mengevakuasi warga.
Relawan tersebut diambil dari 18 desa yang lokasinya berada di sepanjang pesisir pantai Cianjur, Jawa Barat.
"Retana akan mengarahkan warga harus lari ke mana jika terjadi tsunami, meski kami berharap tsunami tidak pernah terjadi namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan," katanya.
Disiagakan di Cidaun sampai Agrabinta
Saat ini, sebanyak 18 desa memiliki lima personil RETANA yang tersebar di sepanjang wilayah pesisir. Daerah-daerah itu yakni Cidaun, Sidangbarang, dan Agrabinta.
Untuk pencegahan awal, BPBD dan RETANA juga sudah memasang rambu-rambu sebagai petunjuk evakuasi darurat.
"Kami melalui relawan di setiap desa telah memasang rambu-rambu jalur evakuasi di sepanjang pantai selatan Cianjur yang memiliki bentangan 75 kilometer," katanya.
Waspada Megathrust
Belakangan muncul kekhawatiran terkait bencana gempa megathrust yang berpotensi terjadi di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatolgi, dan Geofisika (BMKG) menaruh perhatian pada dua wilayah yang memiliki potensi gempa tersebut, yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Meski demikian, BMKG memprediksi bahwa bencana ini masih belum diketahui kapan bisa terjadi dan tidak akan berlangsung dalam waktu dekat.
Megathrust menjadi salah satu fenomena kekosongan dempa besar (seismic gap) yang sudah terjadi ratusan tahun sekali. Kabarnya, bencana ini terakhir kali terjadi sekitar tahun 1700-an silam.
Berpotensi Terjadi di Banyak Daerah
Gempa Megathrust sendiri merupakan fenomena yang berasal dari zona dengan nama serupa. Keberadaannya sudah ada sejak jutaan tahun lalu, ketika kepulauan nusantara terbentuk
Fenomena ini merupakan istilah untuk menggambarkan sumber gempa yang berada di zona pertemuan antar lempeng tektonik bumi yang memicu goncangan gempa besar.
Di Indonesia, tercatat beberapa subduksi aktif, yakni subduksi Sunda yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan Sumba. Lalu subduksi Banda, Subduksi Lempeng laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina dan Subduksi Utara Papua.
Memicu Kekuatan Gempa hingga 9 Magnitudo
Zona subduksi aktif di Indonesia kemudian dibagi menjadi beberapa segmentasi sumber. Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa dari Pusat Studi Gempa Nasional Tahun 2017, kekuatannya maksimal bisa mencapai 8,9 magnitudo
Berikut ini merupakan peta zonanya
1. Megathrust Aceh-Andaman (M9,2)
2. Megathrust Nias-Simelue (M8,9)
3. Megathrust Batu (M8,2)
4. Megathrust Mentawai-Siberut (M8,7)
5. Megathrust Mentawai-Pagai (M8,9)
6. Megathrust Enggano (M8,8)
7. Megathrust Selat Sunda-Banten (SSB) (M8,8)
8. Megathrust Jawa Barat (M8,8)
9. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur (M8,9)
10. Megathrust Bali (M9,0)
11. Megathrust NTB (M8,9)
12. Megathrust NTT (M8,7)
13. Megathrust Laut Banda Selatan (M7,4)
14. Megathrust Laut Banda Utara (M7,9)
15. Megathrust Utara Sulawesi (M8,5)
16. Megathrust Lempeng Laut Filipina (M8,2)