Wamenhan: Covid-19 Jadi Ancaman Nonmiliter Multidimensional
Dia menjelaskan Covid-19 bukan sekadar masalah kesehatan, melainkan juga memiliki kaitan dengan dimensi ekonomi, politik, sosial, hubungan internasional.
Wakil Menteri Pertahanan Herindra menjelaskan pandemi Covid-19 bentuk ancaman nonmiliter yang memiliki karakter multidimensional. Hal tersebut disampaikan Herindra saat memberikan kuliah umum di Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) pada Kamis (28/10).
"Covid-19 telah mengubah nature penanganan ancaman nonmiliter. Tidak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa akan ada bentuk ancaman nonmiliter yang memiliki karakter multidimensional," katanya.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Mengapa Erna Herawati mengalami kesulitan saat pandemi? “Itu penjualan hampir nol. Padahal kita kebutuhan tetap ada,” kata Erna dikutip dari kanal YouTube Bantul TV.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Dia menjelaskan Covid-19 bukan sekadar masalah kesehatan, melainkan juga memiliki kaitan dengan dimensi ekonomi, politik, sosial, hubungan internasional. Kompleksitas ancaman nonmiliter Covid-19 tersebut menurut Herindra, tidak bisa dihadapi ataupun direspons dengan pendekatan normal.
Sebab itu, dia mengklaim pihaknya melakukan berbagai pendekatan dengan menjadikan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam penanganan pandemi Covid-19 sebagai basis tindakan. Dalam hal membantu penanganan pasien Covid-19 dan menekan angka penyebaran, kekuatan pertahanan pun dikerahkan. Baik personel, infrastruktur maupun fasilitas Kemhan dialihfungsikan untuk merespons pandemi.
Herindra mengatakan Kemhan telah mengalihfungsikan beberapa fasilitas pendidikan dan pelatihan (diklat) Kemhan di Jabodetabek menjadi rumah sakit darurat (RSD). Hal tersebut karena RS dr Suyoto tidak lagi mampu menampung pasien Covid-19.
"Setidaknya disiapkan 1.650 tempat tidur berikut dengan instalasi ICU, IGD, ventilator, dan sebagainya, termasuk pelibatan sekitar 670 staf sebagai tenaga pendukung kesehatan," ucapnya.
Dia juga menjelaskan baru-baru ini pihaknya juga membangun RS LB Moerdani di Merauke, Papua, untuk menunjang penanganan Covid-19 di sana. RS tersebut telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada 3 Oktober lalu.
Selain itu, pihaknya juga turut menggencarkan diplomasi pertahanan guna mengamankan kebutuhan alat kesehatan (alkes) dan vaksin nasional. Diplomasi ditujukan kepada negara-negara produsen ataupun yang memiliki stok berlebih. Hal tersebut juga kata dia berbuah manis. Kemhan sukses mendatangkan alkes dan vaksin dari Amerika Serikat (AS), Australia, dan China.
"Tidak mengherankan bahwa pada tahun pertama pandemi, bantuan alat kesehatan dari sejumlah negara seperti AS, Australia, dan China disalurkan melalui Kemhan atas buah dari diplomasi pertahanan Indonesia," ungkapnya.
Selain itu upaya lainnnya yaitu meningkatkan kemampuan medis kapal bantu RS TNI AL KRI dr. Soeharso-990 dan KRI Semarang-594 dengan menambahkan sarana dan prasarana (sapras) kamar operasi, pengadaan kontainer medik, alkes laboratorium, dan farmasi.
Kemudian dia juga menjelaskan pemenuhan kebutuhan disektor kesehatan pun dilakukan. Salah satunya keilmuan Universitas Pertahanan bertransformasi agar tidak hanya mencetak para ahli ilmi pertahanan, tapi juga ahli dan praktisi kesehatan yang punya perspektif pertahanan.
Turut hadir dalam kuliah umum tersebut yaitu Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J Rachbini dan Direktur PGSD Dr. Shiskha Prabawaningtyas dan para pemateri, yaitu Plt Dirjen Farmalkes, Kementerian Kesehatan drg Arianti Anaya, Direktur Kesehatan Ditjen Kuathan Kemhan Marsma TNI dr Budi Satrio, dan Anton Aliabbas, PhD sebagai moderator.
Baca juga:
Update Pasien Covid-19 di Indonesia Per 28 Oktober 2021
Aturan Terbaru: Penumpang Kereta Api, Kapal Laut Wajib Tunjukkan Antigen H-1
Tak Bisa Lepas dari Akar Budaya, Ini Kisah Para Diaspora Jawa di Masa Pandemi
Pakar Sebut Masa Inkubasi Varian Delta Hanya 5 Hari
Asosiasi Pilot Keberatan Wajib Tes PCR, Kemenkes Tegaskan untuk Cegah Covid-19
Tarif PCR di Bandara Soekarno Hatta Rp275 Ribu
Pemerintah Perpanjang Masa Waktu Berlaku PCR, Kini 3x24 Jam