Warga Bawean Terdampak Gempa Membutuhkan Bantuan untuk Bertahan Hidup
Gempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean
Warga Bawean Terdampak Gempa Membutuhkan Bantuan untuk Bertahan Hidup
Gempa susulan masih terus terjadi di perairan Tuban Utara atau dekat Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur. Warga Kepulauan Bawean pun mulai membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.
- Mengenal Dhurung Bawean, Tempat Warga Gresik Berkumpul hingga Menyimpan Padi yang Dilengkapi Alat Penghalau Tikus
- Gempa Susulan Berlanjut di Kepulauan Bawean, Jumlah Pengungsi Bertambah Jadi 34 Ribu Jiwa
- Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa di Pulau Bawean Selama 21 Hari
- BNPB Berikan Bantuan dan Perbaiki Rumah Warga Pulau Bawean yang Terdampak Gempa
Berdasarkan catatan dari Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan pada Sabtu (23/3), gempa bumi susulan Bawean hingga pukul 19.57 WIB terdapat 192 rangkaian gempa bumi.
Ahmad Muzayyin, warga Dusun Pasir Panjang, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Bawean, Kabupaten Gresik, mengatakan hingga kini belum ada bantuan yang masuk.
Padahal, masyarakat Bawean banyak yang mengungsi karena masih khawatir adanya gempa susulan. Apalagi, kondisi fisik rumah yang menjadi tempat tinggal mereka selama ini banyak mengalami kerusakan.
"Hampir semuanya mengungsi. Ada yang mengungsi di tenda hasil swadaya masyarakat yang didirikan di lapangan desa. Dan tidak sedikit pula yang tidur beralaskan karpet di depan rumah masing-masing," ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini warga setempat sangat membutuhkan bantuan. Bantuan yang masuk diakuinya baru dari desa setempat. Itu pun hanya berupa takjil untuk berbuka puasa.
Padahal, menurutnya, banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan seperti tenda, selimut, maupun logistik lain. Selama ini, tidak sedikit masyarakat yang tidur di depan rumah hanya beralaskan tikar.
"Sampai detik ini belum menerima bantuan apapun. Tapi tadi ada bantuan dari desa setempat pada warga yang mendirikan tenda di lapangan. Tapi warga yang tidak di pengungsian, di tenda depan rumah, tidak dapat bantuan. Jadi tidak merata," tambahnya.
Dia mengaku, warga yang mendirikan tenda secara mandiri di depan rumah atau bahkan sekadar beralaskan tikar, memang sengaja menjaga rumah. Sebab, mereka takut kehilangan barang yang ada di dalam rumah.
Sementara itu, Abdur Rahem, warga Dusun Tanjunganyar, Desa Lebak, Bawean menyatakan, hingga kini malah belum tersentuh oleh bantuan. Ia berpikir, hal itu kemungkinan dikarenakan lokasi rumahnya yang agak sulit diakses dari jalan raya.
"Belum ada bantuan. Kita mendesak pada pemerintah untuk cepat memberikan bantuan karena banyak masyarakat yang membutuhkan. Jangan hanya pengungsi yang terlihat saja. Kami yang ada di dataran tinggi juga turut terdampak," tegasnya.
Diketahui, sejak Jumat (22/3) berdasarkan catatan BMKG Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan menyebutkan, telah terjadi gempa bumi di Laut Jawa dengan parameter OT: 11.22.45 wib Latitude :5,79 LS Longitude: 112,32 BT Magnitudo 6,0 dengan kedalaman:10 km.
Gempa tersebut terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban. Gempa dirasakan mulai dari Pulau Bawean, Gresik; Tiban, Jepara, Lamongan, Bojonegoro.
Kemudian Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Sampit, dan Barito Kuala.
"Penyebab gempa, sesar lokal di Laut Jawa dengan mekanisme sumber pergerakan sesar geser (strike slip). Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami," ucap Kepala Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, Jumat (22/3).