Dihantui Gempa Susulan, Warga Bawean Takut Tinggal di Rumah
Warga lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Dihantui Gempa Susulan, Warga Bawean Takut Tinggal di Rumah
Warga Pulau Bawean, Gresik, masih dihantui kemungkinan adanya gempa susulan. Akibatnya, warga masih takut tinggal di rumah, dan lebih memilih tinggal di tenda yang dibangun secara swadaya.
Dari catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan pada Sabtu (23/3), gempa bumi susulan Bawean hingga pukul 14.24 WIB sudah mencapai 173 kali.
Kondisi ini meningkat, mengingat pada pukul 07.50 WIB, gempa susulan mencapai 153 kali dan pukul 10.57 WIB sebanyak 163 kali.
Siti Muflihah, warga Dusun Tanjunganyar, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Gresik mengungkapkan, hingga kini warga masih ketakutan untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Tadi kita masih merasakan gempa beberapa kali meski tidak sebesar kemarin getarannya," ujarnya.
Ia menjelaskan, sejak semalam warga yang mengungsi di dataran tinggi sudah turun menuju area pemukiman. Namun, mereka tidak berani tidur di dalam rumah mengingat kondisi rumah yang dianggap masih rentan terhadap gempa susulan.
"Warga sudah turun gunung (dataran tinggi). Tapi belum berani masuk rumah," tambahnya.
Dia menyebut, warga rata-rata hanya ingin menengok kondisi rumah beserta barang-barang mereka. Setelahnya, mereka kembali keluar rumah dan memilih untuk tidur di tenda-tenda yang dibuat secara swadaya.
"Setelah melihat kondisi rumah, mereka kembali ke tenda yang dibuat secara swadaya," tegasnya.
Hal senada disampaikan oleh Firman, warga Dusun Pacinan, Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak, Bawean, Gresik.
Dia dan warga masih takut untuk tinggal di rumah karena masih merasakan gempa susulan.
"Sampai sekarang ini kami masih merasakan getaran gempa beberapa kali. Itu yang buat kita takut," ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi rumah warga saat ini rata-rata banyak yang mengalami kerusakan. Sehingga, cukup rentan ambruk jika dihantam gempa susulan secara terus menerus.
"Kondisi rumah banyak yang retak. Saya tadi buka pintu saja, kaca rumah langsung pecah," tegasnya.
Oleh karena itu, ia bersama warga lainnya lebih memilih untuk tinggal di tenda sementara. Ada pun tenda-tenda yang dimaksud didirikan secara swadaya oleh masyarakat.
"Sementara masih tinggal di tenda sampai kondisi dirasa sudah aman," katanya.
Diketahui, sejak Jumat (22/3) berdasarkan catatan BMKG Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan menyebutkan, telah terjadi gempa bumi di Laut Jawa dengan parameter OT: 11.22.45 wib Latitude :5,79 LS Longitude: 112,32 BT Magnitudo 6,0 dengan kedalaman:10 km.
Gempa tersebut terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban. Gempa dirasakan mulai dari Pulau Bawean, Gresik; Tiban, Jepara, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Sampit, dan Barito Kuala.
"Penyebab gempa, sesar lokal di Laut Jawa dengan mekanisme sumber pergerakan sesar geser (strike slip). Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami," tegas Kepala Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, Jumat (22/3).