Muncul Fenomena Air Panas Pascagempa di Bawean, Ini Kata Pakar Geologi
Fenomena yang terjadi di Desa Tambak, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu termasuk hal biasa.
Muncul Fenomena Air Panas Pascagempa di Bawean, Ini Kata Pakar Geologi
Fenomena munculnya sumber air panas pascagempa di Kepulauan Bawean, Gresik, Jawa Timur disebabkan retaknya lapisan batuan yang ada di bawah tanah. Meski demikian, munculnya sumber-sumber air baru tersebut tidak perlu dikhawatirkan.
Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo mengatakan, penyebab keluarnya semburan air panas usai gempa itu karena retaknya lapisan batuan.
Amien mengungkapkan, fenomena yang terjadi di Desa Tambak, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, itu termasuk hal biasa.
"Biasa. Energi gempa bisa meretakkan lapisan batuan," kata Amien, Sabtu (23/3).
Dia menjelaskan, retaknya lapisan batuan di dalam bumi itu kemudian menyebabkan adanya rembesan air. Rembesan air yang kebetulan bersifat panas tersebut lalu keluar dari sela-selanya.
"Retaknya lapisan batuan menyebabkan air panas bisa merembes keluar," tambahnya.
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS tersebut, masih belum mengetahui posisi secara pasti keluarnya semburan air panas itu.
Namun, Amien mengungkapkan, semburan itu tidak membahayakan masyarakat yang berada di sekitar lokasi. Dia juga menyarankan supaya memanfaatkan sumber air panas tersebut.
"Tidak terbayangkan lokasinya. Kalau mau dipakai sebagai kawasan wisata sumber air panas bisa," pungkasnya.
Sebuah fenomena air panas keluar di halaman sekolah pascagempa, mengagetkan warga Kepulauan Bawean, Gresik, tepatnya di Dusun Tambak Barat, Desa Tambak, Kecamatan Tambak. Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
Munculnya fenomena air panas ini pun dibenarkan oleh Badrus, warga setempat. Ia menyatakan, awal mula terjadi semburan setelah gempa laut sekitar pukul 16.00 WIB, Jumat (22/3). Gempa pada saat itu disebut dengan kekuatan yang terbesar dari gempa-gempa sebelumnya.
"Setelah gempa dengan dengan kekuatan magnitudo 6.5 SR, ada sekitar 8 titik lubang yang mengeluarkan semburan lumpur warna abu-abu," ungkapnya.
Sejak Jumat (22/3) berdasarkan catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan menyebutkan, telah terjadi gempa bumi di Laut Jawa dengan parameter OT: 11.22.45 wib Latitude :5,79 LS Longitude: 112,32 BT Magnitudo 6,0 dengan kedalaman:10 km.
Gempa tersebut terjadi di laut 126 km Timur Laut Tuban. Gempa dirasakan mulai dari Pulau Bawean, Gresik; Tiban, Jepara, Lamongan, Bojonegoro,
Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Sampit, dan Barito Kuala.
"Penyebab gempa, sesar lokal di Laut Jawa dengan mekanisme sumber pergerakan sesar geser (strike slip). Gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami," tegas Kepala Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, Rully Oktavia Hermawan, Jumat (22/3).