Waspada, ISIS pakai 3,4 juta akun twitter sebarkan paham radikal
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerjasama dengan Universitas Vienna, Austria melakukan riset terhadap gerakan ekstrim di internet. Kelompok ISIS diketahui getol melakukan propaganda melalui media sosial. Program yang dijalankan bernama Vienna Observatory for applied Research on Terrorism and Extremism.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerjasama dengan Universitas Vienna, Austria melakukan riset terhadap gerakan ekstrem di internet. Kelompok ISIS diketahui getol melakukan propaganda melalui media sosial.
Program yang dijalankan bernama Vienna Observatory for applied Research on Terrorism and Extremism (Vortex). Riset dilakukan selama empat bulan untuk mengetahui aktivitas ISIS.
"Ditemukan ISIS menggunakan lebih dari 3,4 juta akun twitter dan melakukan posting lebih dari 3,3 juta," ujar Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf di Jakarta, Rabu (12/10).
Selain itu kelompok radikal ini juga memproduksi dokumen untuk disebarkan. "Setiap hari juga memproduksi satu atau dua materi, termasuk video dan materi lain dokumen ajaran mereka yang di-upload pada website lebih dari 1,8 juta," ungkapnya.
Menurutnya, pergerakan kelompok radikal terutama ISIS sudah sangat masif, khususnya di dunia maya. Tidak hanya materi yang bersifat ajaran agama, tetapi dari berbagai bidang seperti ekonomi, seni, budaya dan politik.
"Malahan mereka mampu membuat video dan film dengan standar Hollywood, dan melibatkan seniman, musikus, budayawan, politikus, dan lain-lain dalam menjalankan propaganda," jelasnya.
Yahya menegaskan dengan fakta ini dibutuhkan kekuatan yang hadir di dunia cyber untuk melawan kelompok radikal. Menurutnya, PBNU telah menjalankan program-program agar para santri di seluruh Indonesia cerdas di dunia maya.
"Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrim ini di media internet. Bahkan santri NU secara mandiri sebagai relawan melakukan upaya kontra narasi menghadapi kelompok radikal," ungkap Yahya.
Menurut mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid ini, menghadapi ancaman radikal seluruh komponen bangsa harus terlibat. Untuk itu harus ada dukungan signifikan dari pemerintah agar program pencerdasan santri dan generasi muda Indonesia di dunia cyber bisa berjalan baik.
"Ancaman tidak hanya kepada para santri, NU, atau umat Islam saja, tapi bangsa Indonesia," tegasnya.
Bidang Kajian dan Hubungan Strategis PBNU, Amrin menjelaskan pihaknya terus melakukan sosialisasi pentingnya berdakwah melalui sosial media. Salah satunya PBNU bersama Kementerian Agama (Kemanag) mengumpulkan kiai muda NU di Surabaya, Makassar, Medan, dan Tangerang terkait masalah itu.
PBNU juga melakukan pelatihan membuat aplikasi, web, video dan lain-lain di Yogyakarta. Menurut Amrin, sambutan generasi muda NU, utamanya santri, sangat luar biasa.
"Kami juga membuat video ceramah ulama dan di-upload youtube. Itu kami lakukan untuk meluruskan kelicikan kelompok radikal yang sering memotong dakwah ulama untuk melancarkan niat mereka," tandasnya.