WNI Asal Siantar Sumut Terancam Hukuman Mati di Penang
Jonathan, Warga Negara Indonesia (WNI) asal Siantar, Provinsi Sumatra Utara, terancam hukuman mati di Pulau Penang, Malaysia. Jonathan dihukum karena diduga membunuh majikannya yang tidak membayar penuh upahnya.
Jonathan, Warga Negara Indonesia (WNI) asal Siantar, Provinsi Sumatra Utara, terancam hukuman mati di Pulau Penang, Malaysia. Jonathan dihukum karena diduga membunuh majikannya yang tidak membayar penuh upahnya.
"Kepada Pemerintah RI Pak Jokowi, Menlu RI mohon perhatian lebihnya. Mana tahu jalan 'diplomasi' bisa menyelamatkan nyawanya," ujar politikus Demokrat Jansen Sitindaon melalui akun twitter @jansen_jsp, Jumat (7/8).
-
Bagaimana TKW tersebut menghibur majikannya? TKW berkerudung yang bernama Fitri itu terlihat duduk di samping majikan yang sedang memegangi kepalanya. Ia kemudian menawarkan diri untuk membacakan sholawat.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Kapan KM Rezki tenggelam? Peristiwa tenggelamnya KM Rezki diperkirakan terjadi sekira pukul 13.25 WITA, Sabtu, 2 Desember 2023.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
Jonathan bekerja di pabrik pengawetan daging di Kampung Selamat, Penang. "Selama bekerja di pabrik ini dia rajin dan berkelakuan baik. Dibuktikan dia sempat pulang ke Siantar pada 2018 kemudian kembali ke Malaysia dan diterima kembali kerja di pabrik tersebut," jelas dia.
Adapun kejadiannya, kata Jansen, pada 19 Desember 2018 Jonathan meminta gaji kepada majikannya bernama Sia Seok Nee karena dia ingin pulang kampung ke Siantar untuk merayakan Natal dan Tahun Baru sekaligus mengadakan baptisan anaknya yang baru lahir di kampung. Dia meminta majikannya untuk membayar penuh upahnya selama masa kerja satu tahun.
"Bukannya dibayar penuh sesuai perjanjian di awal masuk kerja dulu, dia malah dihina dan dicaci maki. Dan majikannya melemparkan sejumlah uang yang nilainya jauh dari yang dijanjikan ke muka Jonathan," katanya
"Jonathan tidak bisa membendung emosinya. Tersulut amarah. Karena kesal Jonathan spontan mengambil 'parang daging' yang tidak jauh dari mereka. Dan terjadilah kejadian pembunuhan terhadap Sia Seok Nee majikannya," katanya.
Dari kronologi tersebut, lanjut Jansen, rasanya Jonathan tidak pantas menerima hukuman mati.
"Jika majikannya tidak berlaku demikian pastilah peristiwa itu tidak akan terjadi. Ada latar situasi yang melatarbelakanginya. Ini memang bukan alasan pemaaf. Tapi bisa jadi alasan meringankan hukuman," katanya.
Pada kesempatan terpisah Konjen KJRI Penang, Bambang Suharto ketika dikonfirmasi mengatakan kasus Jonathan Sihotang saat ini masih tahap awal persidangan di Mahkamah Tinggi Pulau Pinang.
"Masih baru mau masuk ke pemeriksaan saksi dari pihak DPP (Jaksa Penuntut Umum)," katanya.
Bambang membenarkan perjalanan sidangnya masih panjang dan pihaknya juga belum bisa memastikan waktu putusan sela atau hakim menerima/menolak dakwaan jaksa.
Dia membenarkan kalau tersangka akan didampingi pengacara dari Gooi and Azzura.
"Menurut rencana sidang selanjutnya pada tanggal 12 hingga 15 Oktober 2020," katanya.
Bambang mengatakan Tim KJRI Penang Jumat mengadakan pertemuan dengan keluarga untuk membahas hal-hal yang terkait dengan persidangan dan perkembangan kasus kepada pihak keluarga.
"Pada prinsipnya pemerintah berkomitmen untuk memberikan bantuan hukum kepada Sdr Jonathan Sihotang serta memastikan hak-haknya terpenuhi," katanya.
(mdk/ded)