WNI Korban Gempa Turki Baru Setahun Menikah, Begini Cerita Sang Suami
Seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Ni Wayan Supini (44) menjadi korban meninggal dalam peristiwa gempa Turki. Sang suami bernama I Nyoman Ranten (50) mengenang korban sebagai sosok pekerja keras.
Seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Ni Wayan Supini (44) menjadi korban meninggal dalam peristiwa gempa Turki. Sang suami bernama I Nyoman Ranten (50) mengenang korban sebagai sosok pekerja keras.
Dikutip dari Antara, ditemui di kediamannya, Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin, I Nyoman Ranten mengatakan sebagai seorang istri, Wayan Supini tidak hanya mengerjakan pekerjaan pokoknya sebagai ibu rumah tangga, tetapi juga sangat gesit untuk mencari pekerjaan serabutan guna menghidupi keluarga.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa yang viral di Bangkalan Madura? Viral video memperlihatkan seekor anjing laut yang tidak sewajarnya dikarenakan berkepala sapi yang berada di Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Di mana kuburan viral itu berada? Lokasi kuburan itu berada tengah gang sempit RT.03,RW.04, Kelurahan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
-
Kolak apa yang viral di Mangga Besar? Baru-baru ini ramai di media sosial war kolak di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Sebagaimana terlihat dalam video yang tayang di akun Instagram @noonarosa, warga sudah antre sejak pukul 14:00 WIB sebelum kedainya buka.
"Orangnya pekerja keras. Dia itu tipe orang yang tidak mau tinggal diam. Untuk pekerjaan rumah selalu beres, setelah itu ada saja yang dia mau kerjakan," kata dia, Selasa (21/2).
Selain itu, rasa cintanya kepada keluarga khususnya anak-anak membuat perempuan yang dinikahi Nyoman Ranten pada 2022 lalu itu sangat sayang kepada anak-anaknya, sehingga anak-anak sangat dekat dengannya.
Selama bekerja sebagai terapis di Diyarbakir, Turki sang istri hampir setiap hari, selalu berkomunikasi dengan anak-anak.
Bahkan, hari-hari sebelum gempa magnitudo 7,8 mengguncang Turki, sang istri selalu menghubungi keluarga melalui panggilan video. Bagi dia, kata Nyoman Ranten, masa depan dan kehidupan anak-anaknya harus diperjuangkan dengan sungguh.
"Dengan semangatnya itu dia ingin ada banyak perubahan dalam keluarga, selain karena banyak juga tuntutan keluarga, adat dan kebutuhan lain," tutur Ranten.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, sang istri pernah bekerja sebagai pegawai koperasi dan juga staf kebersihan di Bandara Ngurah Rai, Bali. Namun harus berhenti bekerja karena manajemen Bandara memintanya.
Oleh karena pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga yang semakin tidak menentu, Ni Wayan Supini memberanikan diri mencari keberuntungan dengan menjadi terapis profesional untuk mencari tambahan penghasilan bagi keluarga.
Selain meninggalkan rumah, wanita yang terlahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara itu juga meninggalkan tiga orang anak, buah cinta pernikahannya dengan Nyoman Ranten, bahkan anak ketiga masih berumur enam tahun.
Nyoman Ranten tidak menyangka bahwa kebersamaan dengan istrinya enam bulan yang lalu menjadi pertemuan terakhir mereka secara tatap muka.
Meskipun berat, kabar duka yang diterima keluarga pada Jumat (16/2/2023) membuat keluarga Nyoman Ranten perlahan-lahan mengikhlaskan kepergian sang istri tercinta.
"Berat memang untuk melupakan beliau. Sama sekali tidak ada firasat apapun, ya. Satu hari sebelumnya bahkan pada hari kejadian itu enggak ada tanda-tanda sama sekali bahwa kejadian begitu. Pada hari-hari sebelumnya itu selalu komunikasi, dia bilang semuanya aman-aman saja," kata Nyoman Ranten sambil menunjukkan foto-foto istrinya saat ditemui di Klungkung, Bali.
Saat ini, keluarga besar tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk kepulangan sang istri yang direncanakan akan diberangkatkan pada 22 Februari, dan tiba di Bali pada keesokannya.
"Untuk proses pemakaman seperti biasa. Kita enggak ada beda, sama seperti yang lainnya. Cuman dari rumah sakit untuk teknis pemakaman disarankan langsung saja ke kuburan, tidak dibawa pulang ke rumah lagi," pungkasnya.
(mdk/cob)