Zainul Maarif Mengaku Tidak Ada Keuntungan Usai Bertemu Presiden Israel
Perjalanan menuju Israel memiliki banyak resiko yang sangat tinggi. Meskipun pada akhirnya, Zainul Maarif tidak mendapatkan bayaran.
Pertemuan mantan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Zainul Maarif bersama dengan empat kader NU banyak menuai sorotan karena bertemu dengan Presiden Israel, Issac Herzog. Namun pasca pertemuan yang digelar 30 Juni-5 Juli 2024 itu tidak ada benefit finansial yang didapatkan.
- VIDEO: Zainul Maarif Bocorkan ini Isi Pembicaraan 5 Nahdliyin dan Presiden Israel
- Zainul Maarif Ngaku Bawa Misi Perdamaian Bertemu Presiden Israel: Masak Saya Mukulin
- Zainul Maarif Ungkap Misi Utama Bertemu Presiden Israel: Serukan Perdamaian dan Dialog
- Zainul Maarif Minta Maaf, Ini Klarifikasi Lengkap Soal Pertemuan dengan Presiden Israel
"Secara finansial tidak sama sekali. Justru, awalnya itu kan harus ada asuransi, harus ada visa, toh. itu awalnya malah disuruh bayar itu, visa sama asuransi. Tapi kemudian saya bilang, 'ini be risk, ini resikonya tinggi, semacam itu kan. Resikonya tinggi, kok malah kami disuruh beli asuransi'? Maka kemudian, alhamdulillah itu, asuransi dan visa kami bebas, semacam itu," katanya di kantor PWNU DKI Jakarta, Kamis (18/7).
Menurutnya, perjalanan menuju Israel memiliki banyak resiko yang sangat tinggi. Meskipun pada akhirnya, dia tidak mendapatkan bayaran.
Hanya saja pada akhirnya, panggilan itu tetap diterima dengan alasan merasa terpanggil. Khususnya untuk dapat melihat langsung Masjid Al-Aqsa.
"Saya punya gairah spiritual untuk datang ke Masjidil Aqsa, kemudian gairah intelektual untuk mengetahui kondisi di sana secara real, tidak hanya membaca, tapi melihat, semacam itu," jelas Zainul Maarif.
Dia menceritakan, perjalanan menuju tanah Israel semula dari ajakan seorang kenalannya yang berasal dari Universitas Havard dengan tujuan penelitian. Zainul Maarif yang merasa tertarik alhasil mengambil kesempatan tersebut.
Namun dalam perjalanannya, dia harus menggunakan visa turis dan transit penerbangannya.
"Saya ke Dubai dulu. Ke Dubai baru ke Israel," ujar dosen Unusia itu.
Ajakan untuk melakukan penelitian itu karena berasal dari organisasi Israel Trak (ITREC). Dia kemudian mengakui kalau saat perjalanannya harus nombok.
"Biayanya dari mungkin teman-teman sudah pada tahu ya (nombok), bahwa ini organisasinya namanya ITREC ya," bebernya.
Sebelumnya Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta, Syamsul Ma'arif menyebut kelima kader NU yang berangkat ke Israel sempat harus nombok terlebih dahulu.
Padahal kelima kader NU tersebut diajak ke oleh salah seorang NGO Advokat Israel dengan tujuan dialog.
"Itu tapi saya telepon ya, malah sebaliknya katanya sebagian modal sendiri. Jadi dia ingin mengatakan ada tuduhan orang oh ini dapat keuntungan besar, tapi menurut cerita itu malah nombok," ucap Syamsul kepada wartawan, Rabu (17/7).
Syamsul juga tidak mengetahui secara persis siapa yang pada akhirnya mendanai kelima orang itu. Namun dia menegaskan tidak membenarkan ulah kadernya yang membawa nama NU untuk bertemu dengan presiden Israel, Issac Herzog.
"Kalau ada kesalahan fatal gunakan nama organisasi untuk pribadi dan kepentingan popularitas dan kepentingan yang berlawanan dengan ghirah NU. Pasti itu akan diberikan sanksi, cuma sanksi seperti apa kita bahas di rapat," tegas dia.
Menurut dia, NGO Advokat Israel itu dapat mengajak kelima kader NU dengan tujuan agar Israel mendapat simpatisan ditengah kondisi yang sedang menggempur warga Palestina. Disatu sisi dipilihnya organisasi NU karena menurutnya merupakan organisasi Islam yang besar.