Airlangga Jawab Tuduhan Ingkar Janji
Perjanjian 'gencatan senjata' antara Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) terus digulirkan jelang penyelenggaraan Munas Golkar pada 3-6 Desember mendatang. Bamsoet tuding Airlangga ingkar janji.
Perjanjian 'gencatan senjata' antara Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) terus digulirkan jelang penyelenggaraan Munas Golkar pada 3-6 Desember mendatang. Bamsoet tuding Airlangga ingkar janji.
Saat deklarasi di Gedung Parlemen, Jakarta, 22 November lalu, Bamsoet mengungkap alasan akhirnya memilih kembali maju di Munas. Padahal, akhir September lalu, Bamsoet menyatakan cooling down, memilih mendukung Airlangga untuk sementara waktu.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
Bamsoet mengaku bersedia ditunjuk jadi Ketua MPR dan tidak maju sebagai Bakal Calon Ketua Umum Golkar asalkan jabatan para pendukungnya yang dipecat dipulihkan. Serta diakomodir dalam penyusunan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) DPR.
"Tapi kemudian bahkan digusur habis. Jangankan bicara soal pimpinan komisi yang diturunkan gara-gara mendukung saya kemudian dikembalikan, jangankan juga posisi pendukung saya yang sudah di komisi tertentu lalu kemudian digeser ke komisi yang sebetulnya bukan bidangnya atau tidak diminati oleh yang bersangkutan," ujarnya.
"Sehingga itulah yang kemudian yang pada akhirnya membuat saya pada posisi sulit dan tidak bisa lagi terus menerus berpegang pada posisi yang cooling down," sambung Bamsoet.
Diketahui, para pimpinan komisi di DPR memang dipenuhi oleh para pendukung Airlangga di Munas Golkar. Dari komisi I DPR hingga Komisi XI DPR.
Bahkan, pendukung Bamsoet, Robert Kardinal protes, awalnya di Komisi IV DPR yang membidangi pertanian dan perikanan, kemudian dipindah menjadi Komisi X DPR yang menaungi pendidikan, budaya dan kepemudaan.
Airlangga Klarifikasi
Airlangga akhirnya menjawab tuduhan tersebut. Dia mengungkap, sudah menawari jabatan kepada orang-orang Bamsoet.
"Loyalis Bamsoet ada 4. Dua sudah ditawari jabatan," ungkap Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/11).
Tapi, kata mantan Menteri Perindustrian ini, dua dari empat loyalis Bamsoet menolak tawaran jabatan. Satu lainnya sedang mempertimbangkan menerima atau menolak tawaran tersebut.
"Yang satu komisinya sudah dipenuhi," sambungnya.
Siapa saja nama loyalis Bamsoet yang dimaksud, Airlangga enggan menyebutkan. Dia hanya memastikan daftar nama tersebut berada di kantong politikus Golkar sekaligus Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.
"Catatannya masih ada. Posisinya top banget," kata dia.
Posisi apa yang ditawarkan kepada loyalis rivalnya, Airlangga kembali bungkam. "Jadi mereka memang tidak mau," ucap Airlangga.
Nama Nusron Wahid disebut-sebut sebagai salah satu loyalis Bamsoet yang mendapat tawaran jabatan dari Airlangga. Saat dikonfirmasi, Airlangga hanya menegaskan daftar nama mereka sudah berada di kantong Agus Gumiwang.
"Ada di kantong Pak Agus Gumiwang," pungkasnya.
Ketua Korbid DPP Partai Golkar Agus Gumiwang juga enggan membocorkan siapa saja loyalis Bamsoet yang ditawari jabatan. "Kalau saya buka segini, nanti kelompok BS pecah," katanya.
Dia mengungkap ada pertemuan antara Airlangga dengan Bamsoet. Saat itu Bamsoet menyodorkan dua loyalisnya untuk posisi strategis.
"Ada pertemuan antara Pak Airlangga dan Pak BS yang menyepakati komitmen.Yang dua lagi tambahan langsung dari Pak Bamsoet kepada saya melalui telepon. Jadi cuma 5 yang dititipkan," tutupnya.
Janji Di hadapan Surya Paloh
Gencatan senjata jelang Munas antara Bamsoet dan Airlangga berawal perjanjian pada 27 September 2019. Keduanya bertemu ditengahi oleh Ketum NasDem Surya Paloh. Paloh dianggap senior yang mampu pertemukan keduanya.
Usai pertemuan itu, Bamsoet didorong menjadi Ketua MPR oleh Airlangga dan Golkar. Saat itu, Bamsoet juga menyatakan cooling down, untuk sementara mendukung pencalonan Airlangga di Munas.
"Untuk sementara ini, saya cooling down dulu. Memutuskan untuk mendukung pencalonan beliau (Airlangga)," jelas Bamsoet kepada merdeka.com, 28 September lalu.
Bukan cuma itu, Bamsoet juga akhirnya menerima tawaran untuk menjadi Ketua MPR dari Golkar. Hal itu yang ditawarkan oleh Airlangga dalam pertemuan semalam.
"Beliau meminta saya jadi calon ketua MPR," tambah Ketua DPR itu.
Untuk pencalonan di Munas Golkar 2019, Bamsoet sekali lagi menegaskan ingin menjaga soliditas partai.
"Saya cooling down dulu, karena pertarungan pendukung saya dan beliau keras sekali," tutup dia.
(mdk/rnd)