Akbar Tanjung Nilai Airlangga Gagal Angkat Suara Golkar di Pemilu 2019
Dia mengungkapkan, sebagai partai besar dan kekuatan politik nasional, minimal Golkar itu harus tetap berada di dua besar partai di Indonesia.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung menilai keberadaan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar belum berhasil mengangkat suara partai berlambang pohon beringin pada Pemilu 2019.
"Dari sejumlah perhitungan lembaga survei, saya melihat persentase suara Golkar jauh menurun dari Pemilu 2014. Kalau sudah suara turun, jumlah kursi pasti ikut turun. Itu berarti Airlangga sebagai ketua umum sementara ini saya melihat tidak berhasil," katanya seperti dilansir dari Antara, Selasa (23/4)
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kapan Airlangga menyampaikan klaim dukungan Partai Golkar untuk Prabowo-Gibran? Hal itu disampaikan Airlangga dalam acara buka puasa bersama jajaran Partai Golkar dengan Prabowo-Gibran, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (29/3).
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
Dia mengungkapkan, sebagai partai besar dan kekuatan politik nasional, minimal Golkar itu harus tetap berada di dua besar partai di Indonesia.
"Kalau kita berkaca di Pemilu 2014 posisi kita nomor dua dengan 90 kursi atau 14,5 persen, tapi sekarang saya tidak tahu berapa kursi Golkar kalau penurunannya seperti itu," ujarnya.
Melihat kondisi ini sudah seharusnya para petinggi Partai Golkar, mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menegaskan, pengurus DPP yang dipimpin Airlangga Hartarto untuk segera melakukan evaluasi dan membuat program-program nyata dan tepat sasaran. Sehingga pada Pemilu 2024 suara Partai Golkar tidak turun seperti yang terjadi pada Pemilu 2019.
"Sebagai senior apalagi dalam posisi sebagai Wakil Ketua Dewan Kehormatan, seharusnya apa yang terjadi saat ini harus dijadikan pelajaran dan pertimbangan oleh partai Golkar ke depan melangkah. InsyaAllah dengan langkah dan program tepat Golkar kami yakin bisa jadi partai pemenang di pemilu 2024," tutupnya.