Anies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidup
Anies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidupnya
Momen tersebut membuat Anies begitu takut dan gelisah
Anies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidup
Anies Baswedan menceritakan titik terendah dalam hidupnya. Salah satunya saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Kala masuk pandemi Covid-19, dia cukup gelisah dan takut setiap momen pembaruan atau update korban jiwa terdampak virus Corona.
- Cerita Anies Sulitnya Jual Saham Bir di DKI, Karena Tak Kuasai Palu DPRD
- Blak-blakan Anies Cerita Persiapan Jelang Pemeriksaan Kesehatan & Doa Mujarab Ibunda
- Gadis Kecil ini Hidupnya Tak Pernah Susah, Kini Punya Taman Buah 3.000 Hektare Ayahnya Berkuasa 32 Tahun
- Potret Tissa Biani Rayakan Ultah ke-21 di Rumah Singgah Khusus Anak Penderita Penyakit Kronis, Bikin Terenyuh
“Dalam perjalanan hidup, saya mendapat tantangan dalam pekerjaan, yang terakhir yang saya rasakan adalah saya ini entah bagaimana Tuhan menakdirkan saya bertugas di Jakarta sebagai gubernur di saat Pandemi itu masuk di Jakarta dan kami membentuk task force sejak bulan Desember,”
tutur Anies dalam acara Hari Menjadi Manusia di Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7).
merdeka.com
“Yang paling dirasakan saya setiap jam 06.00 sore itu jam paling stressful, karena jam 06.00 sore itu cut off laporan kematian hari itu, jadi setiap sore itu nggak enak buka WA karena kepala dinas mengirimkan jumlah yang meninggal, 40, 80, di masa masa itu pasti ada saudara, teman, lalu ‘Pak makamnya hampir penuh’, kebayang enggak ada laporan pak makamnya hampir penuh?,” sambungnya.
Terlebih, kata Anies, saat Pemprov DKI Jakarta mengelola upaya penyelamatan, para petugas pun turut berjatuhan menjadi korban Covid-19.
Di satu sisi petugas harus mengurus, namun di sisi lain jajaran tim dan tenaga medis jika pulang ke rumah maka dapat menularkan virus ke keluarga.
“Waktu masuk ke Pondok Rangon, itu pemakaman paling shocking. Ketika masuk ke tempat itu saya tidak bisa membayangkan deretan makam bisa sebanyak itu, saya sampai waktu itu bilang ‘bapak ibu sekalian please stay at home, jangan pergi’, setiap ada yang meninggal berat sekali melihat. Bukan hanya sekedar statistik,” ujarnya.