Anies Sindir Tewasnya Pendukung Prabowo Harun Al Rasyid, Begini Duduk Perkara Kasusnya
Harun Al Rasyid merupakan seorang pemuda berusia 15 tahun pendukung Prabowo Subianto yang tewas dalam kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat, 22 Mei 2019.
Kasus kematian Harun belum ada titik terang hingga jelang Pilpres 2024 ini.
- Prabowo 'Diserang' Isu HAM, TKN Sentil Ganjar: Bantu Cari Harun Masiku Kalau Serius Perjuangkan Hukum
- Anies Datangkan Ayah Harun Al Rasyid: Pendukung Prabowo Meninggal pada 2019, Kasusnya Tak Selesai sampai Sekarang
- Prabowo ‘Larang’ Buruh Tuntut Kenaikan Upah, Jubir Anies: Bukti Tak Mengerti Buruh
- Keras, Kubu Anies Tantang Prabowo: Kalau Jantan Ganti Gibran!
Anies Sindir Tewasnya Pendukung Prabowo Harun Al Rasyid, Begini Duduk Perkara Kasusnya
Nama Harun Al Rasyid digaungkan Capres Anies Baswedan saat memaparkan visi misi dalam Debat Perdana Capres di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa (12/12).
Harun Al Rasyid merupakan seorang pemuda berusia 15 tahun pendukung Prabowo Subianto yang tewas dalam kerusuhan di kawasan Slipi, Jakarta Barat, 22 Mei 2019. Harun saat itu ikut dalam massa yang protes hasil Pemilu 2019.
Kasus kematian Harun belum ada titik terang hingga jelang Pilpres 2024 ini.
"Apa yang terjadi? dia tewas sampai hari ini tidak ada kejelasan. Apakah itu akan dibiarkan? Tidak. Harus diubah," kata Anies yang disambut riuh tepuk tangan pendukungnya.
Seperti diketahui, menurut keterangan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, Harun ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter.
"Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," ungkap Dedi di Gedung Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).
Sementara itu, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto mengungkapkan, penembak diduga memegang senjata api menggunakan tangan kiri di bawah dada mengarah ke samping. Data itu didapat berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata.
"Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya)," jelas Suyudi.
Keterangan saksi, lanjut Suyudi, penembak misterius diduga berada dari arah ruko dekat fly over Slipi. Pelaku diperkirakan memiliki tinggi 175 sentimeter. Tubuhnya kurus serta memiliki rambut gondrong. Pelurunya pun mengenai lengan kiri Harun hingga tembus ke rongga dadanya.
Hasil Autopsi Harun
Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Brigadir Jenderal Polisi Musyafak mengatakan, Harun mengalami luka tembak pada bagian lengan kiri atas hingga menembus dada.
"Sudah, hasil autopsinya luka tembak. Itu kita terima dari RS Dharmais dan ada juga yang belum tahu identitasnya alias Mr X. kalau tidak salah tanggal 23 Mei dini hari jam 01:00 WIB kita terima rujukan korban dari RS Dharmais. Sudah dalam kondisi meninggal dunia," ungkap Musyafak saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (30/5).
Meski demikian, Musyafak belum dapat memastikan apakah Harun tewas terkena peluru tajam atau karet. Pasalnya, hal tersebut menjadi wewenang pihak Puslabfor Mabes Polri.
"Wah itu yang menentukan bukan kami, tapi Puslabfor," tuturnya.
Ada Pernyataan Keluarga Korban Tidak Boleh Menuntut Siapapun
Didin Wahyudin, ayah Harun Al Rasyid, salah satu korban tewas saat kerusuhan 21-22 Mei, bertemu dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Senin (27/5). Para korban kerusuhan ini mengadukan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian saat kericuhan 22 Mei lalu.
Didin Wahyudin, baru mengetahui kabar anaknya yang masih 15 tahun itu pada Kamis (23/5) malam. Anaknya sudah dalam kondisi meninggal di RS Polri Kramat Jati. Untuk mengambil jenazah anaknya, Didin mengaku harus mengambil surat di Polres Jakarta Barat.
Keesokan harinya, dengan diwakilkan sang adik, keluarga mengambil surat pengantar untuk melakukan autopsi. Namun, kata dia, ada surat pernyataan yang harus ditandatangani.
"Ada pernyataan keluarga korban tidak boleh menuntut siapapun apapun, dan keduanya untuk dilakukan autopsi. Itu digabung, jadi saya bingung harus tandatangani yang mana adik saya. Jadi sebelum berangkat, ke adik saya-saya pesan jangan tandatangani satu lembar kertas pun kalau belum jelas," ujar Didin saat audiensi dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Gedung DPR, Jakarta Pusat, Senin (27/5).
Namun, Didin akhirnya menuruti untuk tanda tangan. Sebab, sudah dua hari anaknya di RS Kramat Jati. "Tapi saat keluar dari situ, jenazah itu sudah rapi, sudah pakai kain kafan semua, jadi sudah diautopsi, tinggal disalatkan saja tinggal dimakamkan," jelasnya.
Didin menuturkan, hasil autopsi tidak diserahkan ke keluarga. "Hasil autopsi tidak diberikan, di situ saya mempertanyakan kenapa hasil autopsi tidak diminta, apa memang tidak dikasih," ucapnya.
Untuk diketahui, Harun (15) warga RT 09 RW 10, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat meninggal dunia setelah terlibat kerusuhan 22 Mei di Jembatan Slipi Jaya, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5) malam.
Harun, meninggal setelah nyawanya tak tertolong ketika dibawa ke RS Dharmais, Jakarta Barat.
Kerusuhan sendiri terjadi berturut-turut selama dua hari pada tanggal 21 Mei 2019 dan 22 Mei 2019. Dari demonstrasi menuntut pengusutan kecurangan pemilu 2019 di Bawaslu pada pagi hari di kedua tanggal tersebut, situasi berubah ricuh pada malam harinya hingga pagi keesokan harinya.