Cari lawan Risma, Koalisi Majapahit ingin calon yang cerdas
Koalisi Majapahit ingin memiliki calon yang paham soal hukum, ekonomi, sosial, budaya dan tata kota.
Agar bisa menandingi pasangan calon petahana, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana di Pilwali Surabaya, Jawa Timur, Koalisi Majapahit ingin memiliki calon yang paham soal hukum, ekonomi, sosial, budaya dan tata kota.
Untuk itu, koalisi partai politik (Parpol) yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, Partai Amanah Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat ini, menggelar verifikasi 17 nama calon pasangan yang akan diusungnya di Pilkada serentak, Desember 2015 nanti.
Proses verifikasi yang digelar hari ini, Kamis (24/7) di Kantor Golkar Surabaya itu, dilakukan oleh tim independen bentukan Pokja Koalisi Majapahit, yang terdiri dari akademisi perguruan tinggi, seperti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Ubaya, Untag dan IAIN.
"Ada banyak calon yang telah mendaftar di masing-masing Parpol anggota Koalisi Majapahit. Mereka diuji dengan berbagai pertanyaan untuk mengetahui kemampuan," terang Ketua Pokja Koalisi Majapahit, AH Tony di sela acara.
Setidaknya, lanjut Thony, calon yang bakal diusung Koalisi Majapahit untuk melawan pasangan Risma-Whisnu, harus memiliki kemampuan khusus di lima variabel, yang saat ini masih menjadi kendala di Surabaya. Apa lima variabel khusus itu?
Dikatakan Thony, lima variabel itu di antaranya; masalah hukum, ekonomi, sosial, budaya dan tata kota. "Ada lima pakar dari beberapa disiplin ilmu yang akan menilai kemampuan seluruh calon," kata alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) ini.
Dari materi yang diujikan oleh tim independen ini, dari 17 nama pasangan calon, hanya tiga pasangan calon yang diambil dan diajukan ke DPP masing-masing Parpol anggota Koalisi Majapahit.
"Akan disistem skoring dari penilaian tiga teratas hasil verifikasi yang dilakukan oleh tim independent," ucap mantan anggota DPRD Surabaya ini.
Kembali dia melanjutkan, penilaian independen ini nantinya, akan diketahui dari potensi masing-masing bakal calon yang bisa diandalkan melawan dominasi Risma-Whisnu, dari PDIP.
Pun demikian, masih kata Thony, hasil perankingan tersebut, nantinya akan menjadi pembahasan khusus oleh para ketua parpol anggota koalisi. Hasilnya, juga akan dirumuskan secara maraton, agar bisa lebih cepat. Mengingat pendaftaran kandidat peserta Pilwali di KPU Surabaya tinggal dua hari lagi, yaitu pada 26 hingga 28 Juli.
"Perumusan itu nantinya, akan disepakati bersama oleh para parpol, dan akan diserahkan ke DPP masing-masing," papar Thony, yang juga Wakil Ketua Gerindra Surabaya itu.
Di tempat sama, salah satu bakal calon dari Koalisi Majapahit, Basa Alim Tualeka mengaku merespon baik verifikasi tersebut, termasuk program-program yang selama ini kurang maksimal selama kepemimpinan Risma.
"Kinerja Pokja Koalisi Majapahit sudah bagus. Jangan dibandingkan dengan Risma. Kalau dia sudah lima tahun menjabat. Nah, kami-kami ini kan baru maju. Sehingga harus berbuat lebih banyak," cetusnya.
Dikatakan Alim, beberapa rencana program yang disampaikannya dalam verifikasi adalah masalah pembangunan di pinggir kota. "Karena kalau di tengah kota sudah bagus. Sehingga tidak perlu dibangun-bangun lagi," ucapnya.
Bacawali lain, Sukoto juga mengaku siap menyingkirkan Risma dari kursi kepemimpinannya untuk lima tahun ke depan. Bahkan, praktisi media massa ini yakin memiliki kans lebih baik dari calon incumbent. "Karena suara dari langit berbisik, Desember nanti, Risma akan kalah," selorohnya dengan kalimat misteri.
Sekadar tahu, di acara verifikasi bakal calon dari Koalisi Majapahit yang hadir di antaranya Basa Alim Tualeka, Sukoto, Syamsul Arifin (Ketua PKB Surabaya), Dhimam Abror, Anthony Bachtiar, Sucipto Angga, dan Siswandi.