Dahnil Anzar: Belakangan sering lembaga survei salah dan hasilnya petahana kalah
Dahnil Anzar: Belakangan sering lembaga survei salah dan hasilnya petahana kalah. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah bahkan mengambil contoh saat penyelenggaraan Pilkada DKI 2012 dan 2017 lalu.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi santai hasil teranyar survei dilakukan mengenai elektabilitas capres-cawapres Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Berdasarkan survei SMRC, elektabilitas Jokowi mencapai 60,4 persen dan Prabowo 29,8 persen.
"Wajar bila Petahana surveinya lebih tinggi, dan itu terjadi dibanyak tempat, namun belakangan ini terlalu sering lembaga survei salah dan hasilnya petahana kalah," kata Dahnil saat dikonfirmasi merdeka.com, Senin (8/10).
-
Siapa yang ditawari menjadi Cawapres Prabowo? Demi Indonesia Gemoy, Ini Jawaban Lucu Cipung Ditawari Jadi Cawapres Prabowo Belakangan, dunia maya tanah air dihebohkan oleh kabar kocak yang menjadikan Rayyanza Malik Ahmad alias Cipung sebagai sosok Calon Wakil Presiden (Cawapres) dalam Pemilihan Umum 2024.
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo Subianto? Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi keponakan Prabowo Subianto? Selain itu, ternyata Tommy masih memiliki hubungan keluarga dengan Prabowo, sebagai keponakan.
-
Apa yang diklaim oleh Prabowo? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
Namun, menurut Dahnil, hasil survei tersebut tak bisa menjadi rujukan terhadap hasil pemilihan akhir. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah bahkan mengambil contoh saat penyelenggaraan Pilkada DKI 2012 dan 2017 lalu.
Dahnil mengatakan, dari hasil sejumlah survei pada Pilkada DKI 2012 elektabilitas petahana Fauzi Bowo (Foke) selalu unggul atas pesaingnya Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Akan tetapi, hasil penghitungan suara resmi Foke kalah dengan Jokowi.
Begitu pun dengan Pilkada DKI 2017 lalu. Ahok yang notabene petahana berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat kalah dengan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno, kendati elektabilitasnya dari berdasarkan beberapa survei kerap unggul.
"Belajar dari kasus survei Pilkada misalnya, survei Pak Foke dulu juga lebih tinggi dibandingkan Pak Jokowi. Survei Ahok juga jauh lebih tinggi dibandingkan Anies dulu ketika Pilkada DKI, hasilnya? Pak Foke kalah pun demikian Ahok. Dan, banyak surve-survei yang dilakukan mengalami kegagalan memprediksi, karena tidak mampu memotret secara update preferensi pemilih dan dinamika sikap pemilih apalagi dengan jangka waktu Pilpres yang masih 7 bulan lagi," kata Dahnil.
Sebelumnya diberitakan, hasil durvei nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang elektabilitas calon presiden yang dilakukan September 2018, menyebutkan 60,4 persen warga akan memilih Jokowi apabila pemilu dilaksanakan sekarang. Adapun survei dilakukan pada 7-14 September 2018 terhadap 1.220 responden dengan response rate 1.074 responden.
Survei dilakukan dngan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 3,05 persen. Sedangkan responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka.
"Dengan mewawancarai 1.220 responden secara random di seluruh Indonesia, survei menunjukkan 60,4 persen akan memilih Jokowi sebagai presiden, sementara yang memilih Prabowo hanya 29,8 persen," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di Kantor SMRC, Menteng, Minggu (7/10).
Djayadi mengatakan, berdasar hasil survei tersebut peluang Jokowi untuk terpilih kembali pada Pilpres 2019 semakin menguat. Dibandingkan survei Mei 2018, suara dukungan Jokowi naik 3 persen yakni dari 57 persen menjadi 60 persen, sedangkan Prabowo turun dari 33,2 persen menjadi 29,4 persen.
"Dari pengalaman tiga kali pilpres, calon yang suara dukungannya naik dan unggul terus sulit dikalahkan," ucapnya.
Meski demikian, lanjut Djayadi, hasil tersebut tak berarti kubu Jokowi bisa duduk tenang. Sebab, ada sejumlah faktor ekonomi yang dapat mengubah tren terutama isu ekonomi, hukum dan keamanan.
"Secara umum rakyat menilai kondisi ekonomi makro saat ini 73 persennya warga menyatakan puas," tandasnya.
Baca juga:
Hidayat Nur Wahid sebut PKS tak diberi tahu Gerindra saat pilih Ratna jadi timses
PKS tak yakin kasus Ratna Sarumpaet bikin pendukung tinggalkan Prabowo
Prabowo: Saya tidak rela segelintir orang di Jakarta mencuri kekayaan bangsa ini
Fahri bilang Prabowo dibohongi rakyat, Mahfud MD dibohongi negara
Prabowo ingatkan prospek ekonomi Indonesia rawan
Perbaiki ekonomi, Rizal Ramli tantang Jokowi kurangi impor baja China
Merasa tersinggung, pendukung Prabowo laporkan Farhat Abbas ke polisi