Disebut tak mudah lolos ambang batas parlemen, PKS jadikan sebagai cambukan
Peneliti Lingkar Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar mengatakan ada lima partai yang bisa kesulitan dalam menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) di Pileg 2019.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang diprediksi tak mudah untuk bisa menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen). Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga survei LSI Denny JA.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan pihaknya akan menjadikan hasil survei tersebut sebagai bahan evaluasi untuk bekerja lebih keras menaikkan elektabilitas.
-
Kapan survei LSI Denny JA dilakukan? Sebagai informasi, survei LSI Denny JA ini dilakukan mulai 26 Januari hingga 6 Februari 2024.
-
Berapa elektabilitas PSI menurut survei LSI Denny JA? Elektabilitas PSI hanya sebesar 1,5 persen. Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas menilai, kehadiran Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI belum membuat elektabilitas partai tersebut naik.
-
Bagaimana cara LSI Denny JA melakukan survei tentang elektabilitas partai? Sebagai informasi, survei ini menggunakan metodologi sampling multi-stage random sampling pada 1.200 responden. Adapun survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen.
-
Siapa yang melakukan survei LSI? Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis peta dukungan apabila Pilpres 2024 berlanjut ke putaran kedua. Dengan posisi pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dipastikan melaju ke putaran kedua.
-
Kapan LSI melakukan survei? “Kalau melihat data-data ini, yang belum menentukan pilihan untuk pilihan kedua masih sangat besar. Itu berarti dinamika dukungan masih sangat tinggi,” Adapun survei ini dilakukan pada awal Desember 2023, memakai metode random digit dialing (RDD) dengan teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
"Hasil survei selalu baik untuk jadi cermin dan cambuk bagi PKS. Dan kita memperlakukannya secara proporsional," kata Mardani melalui keterangan tertulis, Kamis (25/1).
PKS memiliki kajian terkait persiapan Pemilu Serentak 2019. Salah satu hasil kajiannya adalah partai yang memiliki calon presiden atau wakil presiden punya kans untuk menaikkan elektabilitas.
"Kajian kami ada band wagon effect atau cocktail effect. Siapa yang punya capres atau cawapres akan mendulang insentif elektoral yang signifikan," terangnya.
Untuk itu, PKS telah menyiapkan sembilan nama kader yang akan diusung baik sebagai calon presiden atau wakil presiden di Pemilu 2019.
Sembilan nama Bakal Calon Presiden dan atau Bakal Calon Wakil Presiden hasil penjaringan internal, yaitu: Ahmad Heryawan, M Hidayat Nur Wahid, M Anis Matta, Irwan Prayitno, M Sohibul Iman, Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf MS.
"Dan PKS sudah mengumumkan dan meminta sembilan capres atau cawapresnya bekerja keras meningkatkan elektabilitas partai," ujar Mardani.
Peneliti Lingkar Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar mengatakan ada lima partai yang bisa kesulitan dalam menembus parliamentary threshold (ambang batas parlemen) di Pileg 2019. Hal itu ia katakan saat merilis hasil survei dengan timnya di Lembaga Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
Hasilnya ada lima partai seperti PPP, NasDem, PKS, PAN, Hanura yang dianggap tak mudah untuk bisa menembus parliamentary threshold. Sebab persentase parliamentary threshold sekarang sebesar 4 persen di 2019.
"Lima partai lama yang belum aman PPP, NasDem, PKS, PAN, Hanura. Masih ngeri-ngeri sedap untuk bisa lolos parliamentary threshold," kata Rully.
Baca juga:
PKS bangga janji kampanye Anies-Sandi terpenuhi di 100 hari kerja
Wakil Ketua MPR sebut ucapan Zulkifli Hasan jadi pengingat bahaya LGBT
Perang Bintang di Pilgub Jabar hanya guyonan
Sudrajat-Syaikhu: Jangan asal populer, elektabilitas bukan segalanya
Dibujuk Prabowo pakai cerita Ronald Reagan