Diserang Gerindra, PDIP merasa dizalimi
"Namun kita pahami karena ini tahun politik. Toh yang menentukan rakyat," kata Eriko.
Persetruan antara Partai Gerindra dan PDIP terus berlanjut. Hal ini terjadi setelah Ketua Umum Megawati Soekarnoputri resmi menunjuk Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres di Pilpres 2014.
Wasekjen PDIP Eriko Sotarduga B.P.S. menuding Partai Gerindra sedang panik karena terus menyerang PDIP. Dia menyebut, apa yang dilakukan Gerindra adalah sebuah penzaliman kepada PDIP.
"Ini penzaliman, namun kita pahami karena ini tahun politik. Toh yang menentukan rakyat," ujar Eriko saat ditemui di Posko Kemenangannya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (1/4).
Padahal, lanjut Eriko, dari pada menyerang, lebih baik bersaing program saja. "Atau ikuti jejak PDIP. Contohnya seperti beri kesempatan kader terbaiknya menjadi capres," tutur dia.
Mengenai puisi yang menyindir PDIP, Eriko menilai hal itu sangat aneh. Dia pun tak tahu, apa motif Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tiba-tiba alih profesi menjadi seorang pembaca puisi.
"Aneh masa politikus tiba-tiba jadi pembaca puisi. Maksudnya apa?," tanya dia.
Diketahui, setelah rangkaian puisi 'Airmata Buaya' dan 'Sajak Seekor Ikan' yang menyindir capres PDIP Jokowi, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon kembali menulis sebuah puisi lagi. Kali ini yang disindirnya adalah PDIP yang dalam kampanye Pemilu 2014 menggunakan jargon 'Indonesia Hebat'.
Dalam puisi yang ditulis 1 April 2014 ini, dia menyindir penjualan aset Indosat hingga pemimpin yang khianat.