Duet Ganjar-Ridwan Kamil Saling Melengkapi dari Berbagai Sisi, Begini Analisisnya
Nama Ridwan Kamil masuk dalam kandidat cawapres Ganjar Pranowo. Ridwan Kamil bahkan telah bertemud dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri
Nama Ridwan Kamil masuk dalam kandidat cawapres Ganjar. Dia bahkan telah bertemud dengan Megawati
Duet Ganjar-Ridwan Kamil Saling Melengkapi dari Berbagai Sisi, Begini Analisisnya
RK bahkan telah bertemud dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Pengamat Politik dari Trias Politika, Agung Baskoro mengatakan, duet Ganjar dan RK saling melengkapi satu sama lain.
“Duet Ganjar - RK saling melengkapi karena memiliki basis massa yang berbeda. Dalam konteks demografi, Ganjar punya ceruk di Jateng, sementara RK di Jabar,” kata Agung saat dihubungi merdeka.com, Kamis (14/9).
Selain itu, kata Agung, dari partai pengusung, baik Ganjar dan RK berbeda habitat politik. Bila PDIP yang menaungi Ganjar identik sebagai partai nasionalis kiri
“Golkar cenderung menggarap ceruk pemilih nasional (tengah) - catch all party,” ujar Agung.
Kata Agung, di luar itu yang menjadi pertimbangan yakni elektabilitas RK. Sebagai cawapres, nama RK sementara ini konsisten lebih tinggi dibanding nama-nama cawapres lainnya.
“Sehingga cukup berpotensi untuk dilibatkan dalam pilpres,” kata Agung.
“Apalagi Jawa Barat sebagai wilayah belum banyak dilirik sebagaimana Jawa Timur. Padahal semua paham bahwa elektabilitas Ganjar lemah di bumi pasundan,” tegas Agung lagi.
Agung melihat, peluang RK lebih besar ketimbang Menko Polhukam Mahfud MD
“Peluang RK membesar bila pertimbangannya akseptabilitas elite, jika dibanding Mahfud yang selama ini dikenal sebagai pendekar konstitusi,” kata Agung
Golkar Pindah Koalisi?
Bagaimana dari sisi politik? Sementara RK merupakan kader dari Golkar yang telah menentukan pilihan untuk mendukung Prabowo Subianto.
Menurut Agung, sejauh ini Golkar justru mendukung bila RK dipasang bersama Ganjar.
“Ini sesungguhnya mengulang arahan JK yang dipasang bersama SBY di 2004 saat Wiranto menang konvensi capres Golkar,” tambah Agung.
“Artinya Golkar terbiasa mewakafkan kadernya menjadi pemimpin bangsa,” tutup Agung.