Elektabilitas Disalip Perindo, PAN Pertanyakan Survei Kerap Beda dengan Hasil Pemilu
Ketua DPP PAN Saleh Daulay menanggapi hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menempatkan PAN urutan bawah dengan elektabilitas 1,1 persen. Bahkan perolehan PAN ini disalip Perindo yang tidak memiliki kursi di DPR.
Ketua DPP PAN Saleh Daulay menanggapi hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menempatkan PAN urutan bawah dengan elektabilitas 1,1 persen. Bahkan perolehan PAN ini disalip Perindo yang tidak memiliki kursi di DPR.
Saleh mempertanyakan data dilakukan survei Indikator Politik Indonesia tersebut. Meski begitu, dia tetap mengapresiasi survei Indikator Politik Indonesia sebagai sebuah hasil akademik.
-
Kapan survei Indikator Politik Indonesia dilakukan? Survei tersebut melibatkan 810 responden dengan metode simple random sampling dan margin of error sekitar 3,5 persen.
-
Apa tujuan dari survei Poltracking Indonesia? Tujuan survei untuk mengukur sejauh mana efektivitas langkah para kandidat dalam meningkatkan elektabilitasnya, serta sejauh mana pengaruh faktor eksternal di luar kandidat dapat mempengaruhi peta elektoral terkini.
-
Mengapa Hari Statistik Nasional penting? Hari Statistik Nasional ini diperingati untuk memaknai pentingnya peran statistik bagi pembangunan bangsa, sebagai acuan bagi pengambil kebijakan untuk mencapai kesejahteraan bangsa Indonesia.
-
Kenapa para abdi negara ini viral? Beberapa abdi negara berikut ini viral lantaran memiliki paras yang tampan. Salah satu di antaranya bahkan sangat viral terlebih saat masa kampanye pilpres beberapa waktu yang lalu. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini.
-
Kapan Hari Statistik Nasional diperingati? Setiap 26 September, masyarakat Indonesia memperingati Hari Statistik Nasional.
-
Apa yang dirayakan pada Hari Statistik Nasional? Setiap 26 September, masyarakat Indonesia memperingati Hari Statistik Nasional. Peringatan ini berkaitan dengan penetapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang statistik di Indonesia 26 September 1960.
"Kami orang partai. Tidak punya waktu untuk menelusuri metodologi yang mereka pakai. Posisi kami, ya menerima hasil survei itu dengan sejumlah catatan kritis," ujar Saleh, Kamis (28/4).
Hasil survei Indikator dipertanyakan lantaran perolehan PAN berbeda dengan hasil Pemilu 2019. Saleh pun mempertanyakan metodologi survei tersebut.
"Sejauh yang kami tahu, mereka juga tidak bisa menjelaskan mengapa hasil survei yang mereka lakukan selalu jauh berbeda dari perolehan PAN pada pemilu. Katanya, pakai metode yang sudah teruji. Tapi hasilnya tidak benar. Ini yang salah yang mana? Metodologinya atau apa?" kata anggota Komisi IX DPR RI ini.
Saleh menuturkan, PAN jarang melakukan survei yang diekspos ke publik. Dia menilai aneh hasil survei yang dibayar orang lain diumumkan ke publik. Dan selalu survei tersebut mematok PAN di angka yang jauh dari hasil pemilu.
"Kalau ditanya, mengapa hasilnya jauh dari kenyataan. Jawabannya, hasil survei dinamis, ada margin error, ditentukan oleh undecided voters, dan tergantung kinerja caleg. Kalau begitu jawabannya, mengapa masih perlu ada survei? Hasilnya kan banyak yang melenceng?" kata Saleh.
"Namun demikian, sebagai organisasi politik, kami tetap akan menjadikan hasil survei itu sebagai referensi. Referensi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kinerja seluruh anggota. Kami yakin bahwa kerja keras pasti tidak akan mengkhianati hasil," pungkas Ketua Fraksi PAN DPR RI ini.
Hasil Survei Indikator Politik Indonesia
Survei Indikator Politik Indonesia mencatat penurunan elektabilitas sejumlah partai politik termasuk PDI Perjuangan yang dipengaruhi menurunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo. Kendati, elektabilitas PDIP masih paling tinggi di antara partai politik lainnya.
PDIP memiliki elektabilitas sebesar 23,7 persen pada April 2022. Survei Februari 2022 lalu, elektabilitas PDIP mencapai 26,8 persen.
"Meskipun masih unggul, tetapi elektabilitasnya dibanding Februari turun," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat pemaparan hasil survei secara daring, Selasa (26/4).
Burhanuddin menjelaskan, approval rating atau penilaian publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo tengah mengalami penurunan. Dari 71,7 persen pada Februari 2022, menjadi 59,9 persen pada April 2022.
Elektabilitas PDIP ini terendah dalam dua tahun terakhir. Penurunan tersebut karena masalah kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng. Burhanuddin mengatakan, dampak masalah minyak goreng.
"Jadi dalam waktu 2 tahun terakhir ini elektabilitas PDIP yang paling rendah, karena memang approval Presiden Jokowi ya memang relatif rendah di April ini karena minyak goreng," ujar Burhanuddin.
Di urutan kedua ditempati Partai Gerindra dengan angka 11,4 persen. Berikutnya Golkar 10,9 persen, PKB 9,8 persen, Demokrat 9,1 persen.
"Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat tak banyak berubah. Secara umum yang berkurang hanya PDIP, trennya kelihatan," kata Burhanuddin.
Selanjutnya PKS 5,5 persen, NasDem 3,9 persen, PPP 3,3 persen, Perindo 2,1 persen, PAN 1,1 persen, Hanura 0,6 persen, Berkarya 0,3 persen, PSI 0,3 persen, PBB 0,3 persen, Garuda 0,3 persen. Partai lainnya 0 persen. Responden yang tidak menjawab atau tidak tahu 17,5 persen.
Indikator menggelar survei tatap muka pada 14-19 April 2022. Penarikan sample menggunakan metode multistage random sampling dengan basis sampel 1.220 responden. Survei memiliki margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen.
(mdk/gil)