Empat pembelot Anas Urbaningrum
Mereka yang membelot menggunakan alasan rasionalitas politik.
Begitu ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dan mundur dari ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum banyak ditemani oleh para loyalisnya. Namun, tak sedikit pula mereka yang dulu mendukung Anas kini justru malah membelot.
Jenis pembelotan pendukung Anas ini pun bermacam-macam. Ada yang diam-diam mundur teratur, sampai ada yang mengkritik bahkan ikut menggulingkan Anas sebagai orang nomor satu di Demokrat.
Dalam politik, hal ini memang kerap terjadi. Mereka yang membelot menggunakan alasan rasionalitas politik. Sementara yang bertahan dan bahkan menjadi loyalis, memakai alasan nilai (value), seperti pertemanan dan kesetiaan.
Lantas, siapa saja yang membelot dari Anas?
-
Apa yang menjadi rencana Anas Urbaningrum dalam waktu dekat? Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum berseloroh saat ditanyai peluang atau rencana silahturahmi ke Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia belum belum merencanakan pertemuan dengan SBY dalam waktu dekat.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Bagaimana Anies Baswedan meyakini hakim MK akan memutuskan yang terbaik untuk Indonesia? Kami yakin semoga majelis diberikan keberanian, kekuatan untuk memutus yang terbaik untuk Indonesia kedepan
-
Apa yang akan dilakukan Demokrat kedepan? Lebih lanjut, Herman menyatakan bukan tidak mungkin Demokrat ke depan akan membentuk poros baru atau bergabung dalam koalisi yang sudah ada. Segala kemunginan, ujar dia bisa saja terjadi.
-
Apa yang dititipkan Anies Baswedan kepada majelis hakim MK? Kita titipkan ke majelis hakim kepercayaan untuk menentukan arahnya ke depan. Kami yakin semoga majelis diberikan keberanian, kekuatan untuk memutus yang terbaik untuk Indonesia kedepan
Ulil Abshar Abdalla
Sebelum masuk Partai Demokrat pada 2010, Ulil Abshar Abdalla lebih dikenal sebagai intelektual muslim dan aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL). Bergabung dengan partai penguasa, Ulil bahkan langsung ditempatkan di struktur DPP dengan jabatan Ketua Divisi Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan.
Bergabungnya Ulil dan beberapa intelektual lain ke Demokrat saat itu disebut-sebut tak lepas dari jasa Anas Urbaningrum. Sebab, Anas, yang terpilih sebagai ketua umum Demokrat lewat Kongres 2010 di Bandung, memiliki kekuasaan luas untuk menyusun formasi ‘kabinet’-nya.
Duduk sebagai pengurus pusat Demokrat, Ulil pun dikenal dekat dengan Anas, sang ketua umum. Namun, saat sedang ramai-ramainya upaya penggulingan Anas, sikap Ulil berbalik. Dia justru mendukung pelengseran Anas.
“Demokrat butuh nakhoda baru,” kata Ulil dalam jumpa pers belum lama ini.
Atas sikapnya itu, Ulil banyak disorot oleh loyalis Anas. Bahkan Sekretaris DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Irfan Ghani menyebut Ulil sebagai Brutus. Dalam cerita Romawi, Marcus Junius Brutus Caepio dikenal sebagai pengkhianat karena melakukan pengkhianatan terhadap pemimpinnya, Julius Caesar. Saat itu Brutus membunuh Caesar dengan cara menikamnya dari belakang saat digelarnya sidang Senat.
Nah, saat Anas akhirnya ditetapkan sebagai tersangka korupsi Hambalang dan mundur dari ketua umum Demokrat, Ulil juga tidak berhenti mengkritik mantan bosnya itu. Ulil menilai tindakan Anas membuka ‘halaman-halaman politik’ di Demokrat merupakan tindakan tak terpuji.
Ruhut Sitompul
Hampir semua pengurus pusat Partai Demokrat hasil Kongres 2010 adalah ‘orang’-nya sang ketua umum Anas Urbaningrum. Termasuk Ruhut Sitompul, yang menjabat ketua departemen komunikasi dan informatika.
Saat Anas dituding korupsi oleh M Nazaruddin pada Februari 2012, Ruhut termasuk loyalis yang membela bosnya mati-matian. Namun, kesetiaan Ruhut itu cepat pudar. Saat suara-suara permintaan Anas lengser masih redup, justru Ruhutlah yang memulai bosnya itu turun dari jabatan ketua umum.
?"Kalau dia tetap ketua umum, karam. Jangan 'anak kos' sok jago, mimpi kali ye," kata Ruhut belum lama ini.
Tidak jelas apa yang membuat Ruhut berbalik begitu cepat. Namun yang jelas, Ruhut mendapat konsekuensi setimpal atas tindakannya itu. Sewaktu Anas masih menjabat ketua umum, Ruhut dicopot dari ketua departemen komunikasi dan informatika DPP Partai Demokrat. Desember tahun lalu, Ruhut juga sempat diusir oleh loyalis Anas saat menghadiri Silatnas Demokrat.
Kini, kritik anggota Komisi III DPR itu makin menjadi-jadi ketika Anas ditetapkan sebagai tersangka dan mundur dari Demokrat.
“ (Anas) Karamlah bersama antek-antekmu. Jangan bawa partai kami ikut karam" kata Ruhut.
Rachland Nashidik
Sebelum menjadi politikus Demokrat, Rachland Nashidik dikenal sebagai intelektual dan aktivis HAM. Dia masuk Demokrat pada 2010 dan langsung menduduki posisi Sekretaris Departemen HAM DPP Partai Demokrat.
Sama dengan Ulil Abshar Abdalla, bergabungnya Rachland ke Demokrat disebut-sebut karena Ketua Umum Anas Urbaningrum. Anas memang dikenal sebagai pembawa gerbong intelektual dan aktivis ke partai sejak menang di Kongres 2010.
Sama juga dengan Ulil, sikap Rachland berbalik dengan meminta Anas mundur dari ketua umum. Hal ini dilakukannya bersama Ulil lewat jumpa pers sebelum penetapan Anas sebagai tersangka.
Andi Nurpati
Sebelum bergabung dengan Partai Demokrat pertengahan 2010, Andi Nurpati lebih dulu dikenal sebagai anggota KPU. Di bawah kepengurusan Ketua Umum Anas Urbaningrum, Andi Nurpati langsung menjabat sebagai ketua divisi komunikasi publik DPP Partai Demokrat.
Di kepengurusan, Andi juga dikenal dekat dengan Anas. Bahkan, beberapa kalangan menyebut kedekatan ini karena Andi satu-satunya orang yang mengikuti jejak Anas: menjadi anggota KPU, lalu bergabung dengan Demokrat.
Nah, di tengah kemelut Demokrat ini, Andi barangkali orang yang tidak vulgar meninggalkan Anas. Dia mundur teratur setelah Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kader meneken 10 poin pakta integritas, yang secara tidak langsung merupakan cara menggoyang posisi Anas sebagai ketum.
"Kita semua loyal dan siap menjalankan arahan dan kebijakan Majelis Tinggi Partai dan Ketua Dewan Pembina (SBY)," kata Andi di Jakarta belum lama ini.
Andi mengatakan, partainya tidak akan campur tangan terkait proses hukum? Anas yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang oleh KPK.
"Urusan mantan Ketum (Anas Urbaningrum) merupakan ranah hukum. Kita menghargai supremasi hukum dan Partai Demokrat tidak ada intervensi proses hukum apapun," ujarnya.
Baca juga:
Anas-Ibas, dulu mesra sekarang panas
2 Politikus senior ini merasa senasib dengan Anas
5 Panglima Anas Urbaningrum di daerah
Beranikah Anas benar-benar buka mega skandal Century?
Ketua DPP Demokrat ragu Anas tahu soal aliran dana Century