Erry Nuradi dan Pangkostrad cagub terkuat di Pilgub Sumut
Erry Nuradi dan Pangkostrad cagub terkuat di Pilgub Sumut. Sejumlah nama mengemuka untuk bertarung pada Pilgub Sumut 2018, namun baru dua figur yang dinilai menonjol. Keduanya yaitu Gubernur T Erry Nuradi dan Pangkostrad Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi.
Sejumlah nama mengemuka untuk bertarung pada Pilgub Sumut 2018, namun baru dua figur yang dinilai menonjol. Keduanya yaitu Gubernur T Erry Nuradi dan Pangkostrad Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi.
"Sejauh ini baru dua nama itu yang terkuat. T Erry Nuradi dan Edy Rahmayadi saat ini juga berada di posisi atas dalam survei-survei yang dilakukan," kata pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar, Senin (16/10).
Mantan Gubernur Sumut, Syamsul Arifin, yang bersemangat mendaftarkan diri ke partai politik sempat dianggap punya kans. Hasil survei Rumah Konstituen terhadap netizen yang dilansir bulan lalu menempatkannya pada posisi kedua (12,3%), di bawah Erry (23,5%) dan di atas Edy (8,6%).
Namun belakangan, tokoh yang pernah menjalani pidana karena perkara korupsi ini seperti menarik diri. Setelah sejumlah manuver, pekan lalu dia bertemu dan mengangkat jempol bersama Erry. "Aku titiplah Sumut ini ke Kau yo Ri," katanya ketika itu.
Selain Erry, Edy, dan Syamsul, sejumlah nama sejak awal bermunculan. Wajah sebagian di antara mereka masih terpajang pada baliho dan spanduk di seantero Sumut. Di antara nama-nama itu terdapat anggota DPR RI, Tifatul Sembiring, Gus Irawan Pasaribu, Junimart Girsang, dan Maruarar Sirait.
Tokoh lokal pun tak ketinggalan melakukan sosialisasi cukup masif, seperti Bupati Simalungun yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, JR Saragih, dan Bupati Langkat sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Sumut, Ngogesa Sitepu. Juga ada Wadir Reskrimum Polda Sumut AKBP Maruli Siahaan; Ketua PMI Medan sekaligus pengusaha, Musa Rajekshah; mantan Bupati Tapanuli Tengah, Tuani Lumban Tobing; pengusaha Ade Sandrawati Purba, Syahril Tumanggor; wartawan perempuan, Yose Piliang; hingga pegiat sosial peraih Ramon Magsaysay Award 2017, Abdon Nababan.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Kapan Suku Rejang tiba di pesisir barat Sumatera? Mereka diduga berlayar melintasi lautan dan menepi di pesisir barat Sumatera pada abad ke-2.
-
Bagaimana Imlek dirayakan di Sumut? Sejarah perayaan Imlek di Indonesia telah ada sejak abad ke-15 ketika pedagang Tionghoa datang ke Nusantara. Perayaan ini telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dengan tradisi seperti memasang lampion, menyiapkan makanan khas Imlek, dan memberikan angpao.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Apa saja yang ditawarkan tempat wisata di Sumedang? Tempat wisata Sumedang akan memberikan pengalaman seru dan menarik selama liburan. Tempat wisata Sumedang ini sayang untuk dilewatkan.
"(Sosialisasi) itu lebih seperti tes pasar, kita masih ragu mereka akan benar-benar jadi calon," sebut Arifin.
Sejauh ini, baru Erry Nuradi yang sudah punya modal cukup untuk maju pada Pilgub Sumut. Bukan hanya punya berbagai 'keistimewaan' sebagai incumbent, dukungan parpol sudah dia pegang. Partai Golkar dan PKPI telah menetapkannya sebagai calon gubernur berpasangan dengan Ngogesa Sitepu.
Suara Golkar (17 kursi di DPRD Sumut) dan PKPI (3 kursi) cukup untuk mengantarkan pasangan ini mendaftar ke KPU Sumut. Jumlah kursi keduanya sudah memenuhi syarat minimal 20 kursi di DPRD Sumut.
Itu belum termasuk suara Partai NasDem (5 kursi) yang disebut-sebut sudah mendukung Erry yang saat ini juga menjabat Ketua DPW Partai NasDem Sumut. Dukungan resmi dikabarkan baru akan diberikan bulan depan bersamaan dengan deklarasi pasangan itu.
Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut, Irham Buana Nasution, mengklaim pasangan Erry-Ngogesa selalu unggul pada survei yang dilakukan 5 lembaga yang dipercaya Partai Golkar. "Keputusan kita mengusung Tengku Erry Nuradi-Ngogesa Sitepu didasarkan sejumlah faktor yang sangat rasional dan empiris," ucapnya.
Begitupun, sebelum deklarasi pasangan dilakukan, hal tak diduga dapat saja terjadi. Menurut Arifin, Erry-Ngogesa bisa "pecah kongsi", jika PDIP mendukung Erry dengan memberikan calon wakil gubernur lain yang dianggap lebih potensial dan menguntungkan.
Calon dari PDIP layak ditunggu, karena mereka pernah membuat kejutan pada Pilgub Sumut 2013. Di saat-saat akhir partai berlambang banteng moncong putih mengusung pasangan yang sebelumnya tidak diperhitungkan, Effendi Simbolon - Djumiran Abdi.
"Seandainya PDIP punya calon selain Erry atau Edy, perkiraan saya paling banyak ada tiga pasang calon dari partai politik," sebut Arifin.
Pilgub Sumut juga dipercaya sangat dipengaruhi konstelasi politik di tingkat pusat. Kepentingannya berkaitan dengan Pileg dan Pilpres 2019. Tidak tertutup kemungkinan calon yang akan bertarung mewakili poros kuat di pusat.
Jika mengacu pada dua nama terkuat saat ini, boleh jadi masing-masing akan mengusung salah satunya jadi jagoan. Pertanyaannya, apakah PDIP juga akan mendukung Erry-Ngogesa? Apakah Edy akan didukung koalisi nasional Gerindra-PKS? Kita tunggu saja.
Edy bukannya tidak punya modal untuk maju sebagai calon gubernur Sumut. Dengan jabatan Pangkostrad dan sebagai mantan Pangdam I Bukit Barisan, jenderal bintang tiga ini dimungkinkan punya infrastruktur untuk sosialisasi dan mobilisasi hingga ke desa-desa.
Saat ini Edy juga menjabat Ketua PSSI. Bukan hanya peningkatan prestasi sepakbola nasional, banyak yang percaya popularitasnya akan meningkat jika mampu mendorong PSMS Medan kembali ke Liga 1.
Dukungan materi kalangan pengusaha pasti berperan. Sejak jauh hari Edy digadang-gadang akan berpasangan dengan pengusaha Musa Rajekshah. Pria yang akrab disapa Ijeck ini merupakan putra salah seorang pengusaha ternama di Sumut, H Anif. Jika pasangan ini benar terealisasi, dukungan materi tentunya bukanlah hal sulit bagi keduanya.
"Edy Rahmayadi ini juga punya keunggulan, karena dia selalu ditampilkan sebagai pribadi yang tegas. Saat ini banyak warga yang ingin sosok seperti itu untuk perubahan Sumut," jelas Arifin.
Namun modal Edy bakal sia-sia jika dia tidak didukung parpol. Belum ada yang secara resmi menyatakan dukungan.
Selain melalui dukungan parpol, memang terbuka kemungkinan pasangan maju dari jalur independent. Namun, jika pengumpulan dukungan tidak dilakukan sejak jauh hari, pasangan akan kesulitan memenuhi syarat minimal.
KPU Sumut menetapkan angka 764.578 sebagai syarat jumlah dukungan minimal. Anggota KPU Sumut, Benget Silitonga, mengatakan jumlah itu diperoleh dari penghitungan 7,5 persen dari DPT pemilu atau pemilihan terakhir sebesar 10.194.368. "Dukungan harus tersebar di minimal 17 kabupaten/kota se-Sumut," katanya.
Kesimpulannya, belum ada satu pasangan pun yang 100 persen dipastikan bertarung pada Pilgub Sumut, baik melalui parpol maupun jalur independen. Kita masih harus menunggu, boleh jadi hingga detik terakhir pendaftaran calon pada 8-10 Januari 2018.
Baca juga:
Panglima TNI belum izinkan Pangkostrad maju Pilgub Sumut
Pangkostrad Edy Rahmayadi daftar bacagub Sumut ke PAN
Mantan napi korupsi APBD Langkat nyatakan siap maju Pilgub Sumut
Golkar buka pintu koalisi pemerintah di Pilgub Sumut
Golkar resmi usung Tengku Erry-Ngogesa di Pilgub Sumut 2018
Pangkostrad Letjen Edy minta didoakan menang di Pilgub Sumut
3 Jenderal ini berhasrat ingin jadi gubernur di pilkada 2018