Fadli Zon: Orde Baru Bagian Sejarah Indonesia yang Tidak Perlu lagi Diungkit-ungkit
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai.
Fadli Zon: Orde Baru Bagian Sejarah Indonesia yang Tidak Perlu lagi Diungkit-ungkit
Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri kesal dengan para penguasa yang bertindak seperti zaman orde baru. Kemudian, Calon Wakil Presiden nomor urut satu, Muhaimin Iskandar mengibaratkan perjuangannya bersama Anies Baswedan di Pemilu 2024 seperti perjuangan masyarakat menurunkan rezim orde baru.
Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Fadli Zon menilai masalah orde baru sudah selesai. Menurut Fadli Zon, orde baru bagian sejarah Indonesia yang tidak perlu lagi diungkit-ungkit.
"Pak Prabowo juga nyebut bahwa Pak Prabowo itu orde baru dan orde lama. Ya saya kira kita sudah selesai lah dengan masalah itu ya, masalah itu sudah selesai bagian dari masa lalu, sejarah kita yang tidak perlu diungkit-ungkit gitu," kata Fadli Zon di Hotel Borobudur, Jumat (1/12) malam.
- Diiringi Sholawat, Ribuan Warga Madiun Doakan Ganjar-Mahfud Menang di Pilpres 2024
- 50 Kata Ucapan Peringatan G30S PKI, Kobarkan Semangat Juang Kenang Jasa Pahlawan dalam Peristiwa Kelam
- Digelar di Tempat Bersejarah, Menengok Meriahnya Perayaan HUT ke-78 RI di Korsel
- Penuh Bahaya, Kisah Kakek Anies Baswedan Bawa Surat 'Sakti' dari Mesir ke Tanah Air
Fadli Zon mengatakan, setiap masa memiliki kekurangan dan kelebihan. Tonggak-tonggak sejarah tersebut merupakan bagian dari pelajaran bagi masyarakat Indonesia.
"Karena kalau kita mengggali-gali apalagi kekurangannya semua pasti di zaman tertentu, secara sejarah kita melihat selalu ada kekurangan," ujar Fadli Zon.
Daripada mencari-cari kekurangan di masa lalu, menurut Fadli Zon, lebih baik melanjutkan apa yang baik dari setiap zaman. Baik dari zaman orde baru dan orde lama hingga zaman reformasi.
"Apalagi kita yang memahami sejarah gitu ya bahwa tidak ada yang sempurna," ujar Fadli Zon.
Fadli Zon menuturkan, masyarakat saat ini sudah jauh berubah apabila dibandingkan pada saat orde baru dan zaman reformasi sekarang.
"Kita berada di satu zaman yang sudah jauh berubah gitu ya secara informasi teknologi juga sudah jauh berubah dan kalau ada Sekali lagi kekurangan-kekurangan tertentu itu hal yang biasa saja sih menurut saya," kata Fadli Zon.
Menurut Fadli Zon, pernyataan Megawati dan Cak Imin itu tidak akan berdampak terhadap capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Jadi tidak lagi melihat masa lalu apalagi menggali-gali masa lalu yang merupakan kaset seperti yang diputar ulang ya seperti kaset rusak gitu ya. Jadi menurut saya tidak perlu lah, dan kampanye seperti itu adalah kampanye yang usang gitu," ujar Fadli Zon.
Agum Gumelar Anggap Pernyataan Megawati Bentuk Kepanikan
Sementara itu, Dewan Pembina Tim Kampanye Nasional (TPN) Prabowo-Gibran Agum Gumelar merespons pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati yang menyinggung kepemimpinan sekarang jangan seperti zaman orde baru (orba). Menurut Agum, apa yang dilontarkan Megawati tersebut dalam suasana kepanikan.
"Itu yang melontarkan itu kan tentunya kalau menurut saya mungkin dalam suasana panik. Ya dalam suasana kurang. Ya suasana panik mungkin ya. Saya rasa itu terlalu gopoh mencap bahwa Prabowo-Gibran cerminan orde baru ya," kata Agum kepada wartawan di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (1/12) malam.
Agum mengungkapkan visi dan misi capres nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yakni siapapun yang menang dalam Pilpres nanti supaya bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Itu satu ungkapan yang betul-betul tulus dari hatinya, dari situ kan kita bisa lihat. Jadi, dalam suasana seperti ini sudahlah tadi dikatakan tidak usah menjelek-jelekkan yang lain, tidak perlu," ungkap Agum.
"Semua calon baik, jangan menjelek-jelekkan. Lemparkan aja visi-misi yang positif kepada masyarakat kita, yang bisa diterima oleh masyarakat kita. Jangan menjelek-jelekkan yang lain, itu tidak sehat cara-cara menjelek-jelekkan yang lain," imbuh Agum.
Agum Tak Ingin Terjadi permusuhan di Pilpres
"Jadi, kalau ini kan kontestasi politik ya jadi jangan menganggap pihak lain sebagai musuh yang harus dihancur leburkan, harus menganggap rival yang harus dikalahkan dalam suatu kontes demokrasi," ujar Agum.
"Kontes demokrasi itu ada normanya, ada aturannya. Itu yang mungkin ya enggak usah terlalu diblowup lah gitu, saka seperti itu. Itu hanya menciptakan suasana di masyarakat kita terbelah nantinya. Itu kalau menurut saya sih gitu," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merasa jengkel dengan para penguasa yang bertindak seperti zaman orde baru. Sebab, dia mengatakan, kemerdekaan Indonesia penuh dengan perjuangan.
Hal tersebut disampaikan dalam acara Rakornas organisasi sukarelawan dan simpatisan pendukung capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Hall B3-C3 JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (27/11).
"Mustinya ibu enggak boleh ngomong gitu, tapi sudah jengkel tahu enggak. Kenapa? Republik penuh dengan pengorbanan tahu tidak? Kenapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti zaman orde baru?" kata Megawati.
Megawati menyerukan agar seluruh relawan Ganjar-Mahfud untuk melawan dan memenangkan pasangan nomor urut 3 itu di Pilpres 2024 dengan satu putaran.
Sementara itu, Calon Wakil Presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar mengibaratkan perjuangannya bersama Anies Baswedan di Pemilu 2024 seperti perjuangan masyarakat menurunkan rezim orde baru.
Politikus yang akrab disapa Cak Imin ini mengatakan, saat itu merupakan perubahan jilid satu, kini yang ia lakukan di Pemilu 2024 adalah perubahan jilid dua.
"Jadi, kalau dulu, kalau dulu kita berjuang menurunkan rezim orba, merubah jadi orde reformasi puncaknya 98, Gus Dur membuat forum demokrasi, itu kita sebut perubahan jilid satu. 2024 perubahan jilid dua kita lakukan," kata Cak Imin dalam konsolidasi caleg PKB di Ancol, Jakarta, Rabu (29/11).
Cak Imin mengatakan bersama Anies adalah aktivis pada era 1980-1990an. Keduanya bergerak bersama-sama untuk menurunkan rezim Orba Presiden Soeharto. Kini, mereka berdua reuni menjadi pasangan capres dan cawapres.