Fahri Hamzah sebut Jokowi bisa tidak nyapres karena koalisi sulit capai titik temu
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menduga bakal capres petahana, Joko Widodo (Jokowi), tidak akan mendapatkan lagi kursi Presiden di Pilpres 2019 mendatang. Sebab, kata dia, koalisi Jokowi sulit menemukan titik temu dalam hal kepastian koalisi.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menduga bakal capres petahana, Joko Widodo (Jokowi), tidak akan mendapatkan lagi kursi Presiden di Pilpres 2019 mendatang. Sebab, kata dia, koalisi Jokowi sulit menemukan titik temu dalam hal kepastian koalisi.
"Pak Jokowi juga enggak ada titik temu. Saya membaca Pak Jokowi paling sulit mencari titik temu. Saking sulitnya, bisa-bisa Pak Jokowi enggak dapat kursi. Prediksi saya belum berubah. Anda kira Pak Jokowi ini gampang, enggak gampang bos," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/8).
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
Menurutnya, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo lah yang hampir pasti akan maju pilpres mendatang. Karena, sudah ada Demokrat yang mendeklarasikan diri mendukung Prabowo maju di pemilihan kursi orang nomor satu di Indonesia itu.
"Tidak satupun berkas pemilu itu diteken oleh Pak Jokowi kecuali tanda tangan bersedia dicalonkan. Yang lain enggak ada. Kalau Prabowo dia neken, dia panggil (Ahmad) Muzani suruh teken. Tinggal perlu satu partai lagi, dalam hal itu Pak Jokowi perlu dua partai. Minimal kalau PDIP dan Golkar mau," ungkapnya.
Fahri, menjelaskan akan sulit bagi Jokowi mengumpukan tanda tangan para ketua Umum partai untuk bisa memberikan tanda hitam di atas putih sebagai bentuk legal dia maju Pilpres 2019. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu, lanjut dia, juga akan sulit maju ditinggal oleh PDIP dan Golkar.
"Tapi kalau PDIP, Golkar pecah, bubar bos. Karena partai lain tuh enggak cukup. Ada gabung ini partai-partai, ya enggak, NasDem, Hanura, PPP, ini belum cukup nih. Belum cukup. Kalau empat baru cukup. Sementara Pak Prabowo dengan satu partai dari tiga partai yang ada, cukup. Jadi kasarnya pengumpul tandatangan, Pak Prabowo tinggal perlu tandatangan lagi," ucapnya.
"Berat buat Jokowi, Anda kira gampang buat Pak Jokowi dapat tiket. Salah. Saya masih memprediksi bisa-bisa pecah kalau ini (PDIP-Golkar) pecah, Pak Jokowi enggak dapat tiket," tandasnya.
Baca juga:
PAN ingin ada koalisi permanen di Pilpres 2019
Tommy Soeharto dan Partai Berkarya beri sinyal merapat ke koalisi Prabowo
PAN terima surat PA 212, diminta ikut rekomendasi Ijtima Ulama soal cawapres Prabowo
PUI Jabar deklarasikan Aher jadi cawapres Prabowo
Cak Imin akan ketemu kiai NU, PDIP yakin koalisi Jokowi solid