Gerakan menggoyang Airlangga Hartarto
Gerakan menggoyang Airlangga Hartarto. Munaslub penunjukan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum pada Desember 2017 lalu tak menyurutkan konflik yang terjadi di internal Partai Golkar. Pemicunya, 261 jabatan pengurus partai yang diumumkan Airlangga pada 22 Januari lalu.
Munaslub penunjukan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum pada Desember 2017 lalu tak menyurutkan konflik yang terjadi di internal Partai Golkar. Pemicunya, 261 jabatan pengurus partai yang diumumkan Airlangga pada 22 Januari lalu.
Padahal awalnya, Airlangga dinilai mampu menyolidkan kisruh partai berlambang pohon beringin itu pasca Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka korupsi e-KTP. Namun sayangnya, baru dua bulan menjabat, posisi Airlangga sudah digoyang sana sini oleh kelompok tertentu di Golkar.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
Konflik terjadi diyakini karena banyak pengurus Golkar yang tak mendapatkan tempat di DPP partai. Terlebih, salah satu alasannya adalah perampingan dari sebelumnya ada 300 jabatan, hanya tinggal 200-an saja.
"Ini konsekuensi dari penyusunan struktur yang lebih ramping dibandingkan dengan kepengurusan sebelumnya. Dari 300-an lebih sekarang sekitar 200, jadi memang ada sekian ratus yang tereliminir dari kepengurusan Partai Golkar," kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/2) kemarin.
Sederet diskusi yang mempertanyakan kredibilitas pemilihan pengurus Golkar di era Airlangga memang gencar dilakukan sejak pengumuman yang dilakukan menteri Perindustrian itu. Misalnya, pada 31 Januari lalu, GMPG dan PGB menggelar diskusi dengan tema 'Mempertanyakan kredibilitas penyusunan pengurus DPP Partai Golkar'. Diksusi ini dihadiri oleh senior Golkar, Yasril Ananta Baharuddin, sejumlah pengamat politik dan Perwakilan Ormas Tri Karya.
Yasril disebut adalah loyalis Jusuf Kalla (JK). Isi diskusi, disebut menyudutkan tentang Melchias Markus Mekkeng yang menjadi tim penyusun pengurus Golkar.
"Isi diskusi rata-rata menyalahkan Mekkeng yang menyusun kepengurusan," bisik seorang sumber di internal Golkar.
Namun, dari klarifikasi yang diberikan oleh Yasril. Dia membantah ada pesanan untuk datang ke acara tersebut. Menurut dia, kehadirannya dalam diskusi atas dasar kemauan pribadi dan kapasitasnya sebagai pribadi, bukan mewakili orang per orang.
"Kehadiran saya untuk acara diskusi dimaksud di atas semata-mata atas kapasitas pribadi dan tidak atas pesanan siapapun. Saya juga belum kenal dengan yang mengundang jadi hadir sebagai kader Golkar biasa apalagi lihat topiknya. Saya justru tidak mau ada bola liar kepada Golkar kalau hadir kan kita bisa mencegahnya karena ada di lapangan bukan berteori di menara gading," penjelasan Yasril.
Diskusi selanjutnya digelar oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan diri sebagai aktivis Golkar. Rencananya akan digelar pada 7 Februari di Warung Daun, Cikini. Turut mengundang dalam acara itu wakil dewan pakar Golkar Zainal Bintang, tokoh Golkar Iskandar Mandji, Ketua DPP Ormas MKGR J.S. Simatupang, dan Freddy Latumahina.
Dalam diskusi ini, disebutkan bahwa kelompok JK dengan Agung Laksono sudah bergabung untuk menggoyang kepengurusan Airlangga. Namun sayang, hingga Senin (5/2) malam, merdeka.com belum bisa mengkonfirmasi tentang kebenaran undangan diskusi ini yang beredar di pesan whatsApp.
Gerakan menggoyang kepemimpinan Airlangga ini pun diamini oleh Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical). Bahkan Ical secara terang-terangan mengungkap kekhawatirannya tentang gerakan tersebut.
"Ada satu masalah yang membuat saya khawatir. Masih ada satu kelompok yang masih belum puas pada kepengurusan Partai Golkar sekarang ini," kata Ical dalam acara syukuran Partai Golkar, pasca-mendapat Surat Keputusan Menkumham, di kediaman Airlangga Hartarto, di Jakarta, Sabtu (3/2).
Mantan Ketua umum Golkar itu tidak mengungkapkan siapa kelompok tersebut. Namun dia mengatakan kelompok tersebut mendatangi para mantan Ketua Umum Golkar, termasuk dirinya, guna menyampaikan keluh-kesahnya.
Ical menekankan jika kelompok tersebut tidak puas dengan susunan kepengurusan baru Golkar, semestinya kelompok tersebut datang langsung berbicara dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Bukan malah mendatangi para mantan Ketua Umum Golkar.
"Saya mengatakan kepada mereka untuk bertemu ketua umum menyampaikan keluh kesah. Tadi Pak Airlangga mengatakan bersedia mendengar aspirasi mereka," ujar dia.
Sementara itu, Ketua Koordinator bidang Pemenangan Pemilu wilayah Sumatera Partai Golkar, Indra Bambang Utoyo membenarkan ada pihak yang tak puas dengan kepengurusan era Airlangga. Sayang dia tak mau ungkap siapa pihak tersebut.
Dia hanya menyindir bahwa di internal Golkar memang ada kelompok-kelompok besar seperti yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Munaslub Golkar pertengahan Desember tahun lalu.
"Kalau kita dengar pidato pembukaan presiden pada waktu Munaslub Desember lalu itu, kan presiden bilang beliau melihat ada lima kelompok besar di Golkar. Ada kelompok Pak Luhut, Pak JK, ARB, dan Akbar Tandjung dan Agung Laksono," kata Indra saat dihubungi merdeka.com, Senin (5/2).
Soal diskusi yang digelar belakangan ini, Indra mengatakan, bisa saja diskusi yang digelar itu memang ada kaitan dengan pihak yang tak puas dengan Airlangga.
"Ada beberapa kelompok mengadakan didskusi, intinya mempertanyakan kredibilitas penyusunan pengurus Golkar, mereka kumpul-kumpul katakanlah mengkritik Airlangga. Itu mungkin bagian dari tidak puas yang dari kelompok tersebut," jelas Indra.
(mdk/rnd)