Gerindra ingin hubungan SBY dan Megawati seperti Jokowi dan Prabowo
Gerindra ingin hubungan SBY dan Megawati seperti Jokowi dan Prabowo. Arief menyinggung hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Partai Demokrat SBY yang tidak pernah akur dan cenderung terbawa konflik pribadi. Hubungan antara SBY dan Mega sangat kontras dengan Jokowi dan Prabowo.
Presiden Joko Widodo mengundang Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke Istana Negara siang ini. Jokowi menerima Prabowo dengan sambutan hangat.
Mereka menyempatkan diri untuk makan siang bersama. Kedatangan Prabowo merupakan kunjungan balasan dari kunjungan Jokowi ke kediamannya di Hambalang, Bogor.
Menanggapi hal ini, Waketum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, keakraban Jokowi dan Prabowo harus dicontoh oleh para elite politik di Indonesia. Keakraban itu, kata Arief, menunjukkan keduanya sudah melupakan rivalitas yang terjadi saat Pilpres 2014 lalu.
Arief menyinggung hubungan antara Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tidak pernah akur dan cenderung terbawa konflik pribadi. Hubungan antara SBY dan Mega sangat kontras dengan Jokowi dan Prabowo.
"Justru keakraban Prabowo dan Joko Widodo harus dicontoh oleh elite politik nasional yang pernah menjadi rival dalam pemilihan presiden, tetapi setelah selesai dan Pak Joko Widodo menang mereka tetap bisa bersahabat secara ikhlas dan lahir batin," kata Arief kepada merdeka.com, Kamis (17/11).
"Jangan kayak Ibu Mega dan Pak SBY yang hingga hari ini tidak bisa duduk bersama dan bersahabat dan terbawa ke perseteruan pribadi," sambungnya.
Menurutnya, pertemuan Jokowi dan Prabowo menunjukkan mereka memiliki sikap seorang ksatria dan negarawan. Terbukti, Jokowi pun tidak sungkan meminta masukan dari Prabowo atas kondisi dan masalah nasional saat ini.
"Jadi masyarakat bisa melihat kalau Pak Prabowo itu berjiwa satria dan negarawan sama dengan pak Joko Widodo. Dan Pak Joko Widodo sangat menghormati Pak Prabowo sebagai seorang senior yang bisa dimintakan masukan oleh Pak Joko Widodo," terangnya.
Oleh sebab itu, Arief berujar, pertemuan yang di awali dengan makan siang bersama itu memberikan gambaran bahwa perbedaan politik dan panasnya persaingan tidak harus memecah persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.
"Jadi ya undangan makan siang Pak Joko Widodo ke Istana pada Prabowo bisa jadi contoh yang baik untuk menunjukan perbedaan garis politik dan persaingan tidak harus memecahkan rasa persaudaraan sesama anak bangsa yang punya kewajiban untuk membangun bangsa," pungkasnya.
Seperti diketahui, dalam pertemuan tersebut, baik Jokowi dan Prabowo sepakat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap hal yang utama.
"Kita tidak inginkan kita terpecah belah gara-gara perbedaan politik, karena sangat mahal harganya bagi NKRI," ujar Jokowi kepada wartawan di teras Istana, Jakarta, Kamis (17/11).
Selain membahas masalah domestik, keduanya juga membicarakan persoalan ekonomi baik yang tengah dihadapi Indonesia dan dunia. Sayangnya, tidak dijelaskan secara resmi isi pembicaraan itu.
Meski begitu, Jokowi mengaku sangat senang dikunjungi oleh Prabowo. Dia berharap kedatangannya itu menjadi contoh bagi masyarakat.
"Ini sangat baik, kunjungan sangat baik. Saya berharap budaya seperti ini juga sampai ke bawah," ucap Jokowi.