Gerindra sebut koalisi Jokowi bisa pecah karena berebut Cawapres
Ferry menyebut, partainya, PAN dan PKS sudah teruji menyelesaikan perbedaan-perbedaan sikap politik. Sementara, dia mengklaim, koalisi Jokowi belum teruji terkait hal tersebut.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono menilai jika Joko Widodo salah mengambil keputusan soal calon Wakil Presiden akan berpengaruh terhadap kesolidan koalisi pendukungnya. Sebab, tiap partai pendukung Jokowi mulai bermanuver menawarkan kader mereka menjadi pendamping di Pilpres 2019.
"Ya bisa jadi. Makanya menurut saya itu akan jadi masalah," kata Ferry di Kampus UI, Salemba, Jakarta, Jumat (20/4).
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Apa saja yang dipilih rakyat Indonesia pada Pilkada 2020? Pada Pilkada ini, rakyat Indonesia memilih:Gubernur di 9 provinsiBupati di 224 kabupatenWali kota di 37 kota
Kemudian, Ferry menyebut, partainya, PAN dan PKS sudah teruji menyelesaikan perbedaan-perbedaan sikap politik. Sementara, dia mengklaim, koalisi Jokowi belum teruji terkait hal tersebut.
"Kalau di Gerindra-PKS-PAN ini kan masalah perbedaan pendapat ini sudah biasa, dilatih. Dalam kasus Pilkada kita sudah biasa latihan kerjasama politik. Tapi kalau Jokowi di kubu mereka kan belum pernah," klaimnya.
Lebih lanjut, dia menyebut, koalisi partai pendukung Jokowi juga belum kompak. Semua partai poros Jokowi, lanjut Ferry, belum pernah berkumpul membahas konsolidasi koalisi.
"Ya pasti kan karena koalisi Jokowi kan baru sebatas dukungan partai A B C ke Jokowi tapi pembicaraan diantara parpol yang mendukung Jokowi kan belum ada," tegasnya.
"Malah kelihatan terjadi persaingan antara PPP Rommy dengan Cak Imin, sementara kita semua tahu bahwa PDIP kemungkinan akan usulkan nama tertentu, Golkar akan usulkan nama tertentu. Kalau kami di kubu Gerindra, PKS, PAN relatif lebih progresif," tandas Ferry.
Sebelumnya, Pakar Komunikasi Politik Effendi Gazali menilai Joko Widodo harus benar-benar tepat dalam memilih cawapres. Terlebih situasi politik saat ini terbilang rumit lantaran mengarah dua pasang atau satu pasang saja.
"Ini suatu yang tidak gampang. Saya saja enggak gampang menebaknya. Terutama karena begini, persaingan itu dibuat begitu terbatas, jadi orang seakan-akan sedang mengarah ke dua calon ya satu saja. Jadi ini demikian rumit," kata Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (19/4).
Dia menyebut elektabilitas Jokowi tidak setinggi mantan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sebagai calon presiden atau capres petahana saat Pilpres 2009. SBY kala itu, lanjut dia, memiliki elektabilitas di atas 60-70 persen sehingga sangat mudah dipasangkan dengan siapa saja.
Baca juga:
Cak Imin: Capres sudah declare Jokowi dan Cawapres sudah declare saya
Maruarar nilai ambisi Cak Imin jadi Cawapres tak rusak koalisi Jokowi
Jokowi bisa kalah kalau salah pilih Cawapres
Hasil survei Cyrus Network AHY jadi cawapres ideal untuk Jokowi
Politisi PDIP sebut Puan Maharani masuk prioritas cawapres Jokowi