Golkar kubu Agung sebut Setnov tak hati-hati 'main' dengan Freeport
"Dia tidak tahu bos Freeport itu pernah jadi Wakil Kepala BIN. Ya wajar disadap," kata Bowo.
Ketua DPP Partai Golkar kubu Agung Laksono, Bowo Sidik Pangarso menilai Ketua DPR Setya Novanto tak hati-hati saat 'bermain' dalam permintaan saham PT Freeport Indonesia. Saat mencatut nama Jokowi itu, kata dia, Setya Novanto tak sadar berbicara dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin yang merupakan mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
"Dia tidak tahu bos Freeport itu pernah jadi Wakil Kepala BIN. Ya wajar disadap," kata Bowo di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/11).
Bowo tak mau berkomentar lebih jauh perihal kasus yang menjerat Setya Novanto itu. Dia lebih memilih menyerahkan sepenuhnya wewenang ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) untuk melakukan penyelidikan.
Sebab, Bowo yang pernah duduk di Komisi VII DPR ini juga menilai ada kesalahan yang dilakukan oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Yaitu mengenai pembahasan perpanjangan kontrak.
"Sebenarnya ada kesalahan Sudirman adalah dia mengusulkan kepada Komisi VII agar pembahasan kontrak karya itu boleh didiskusikan 10 tahun sebelum masa kontrak habis. Kalau UU kita itu 2 tahun, artinya kalau sekarang SS membicarakan perpanjangan kontrak maka menteri itu sudah melanggar UU," katanya.
Selain itu, dia menilai ada muatan politis dalam polemik pencatutan nama Jokowi yang dilakukan oleh Setya Novanto. Meski begitu, dia tak mau menjelaskan secara gamblang apa motif dibalik peristiwa ini.
"Saya pikir ini memang politis. Masalah ekonomi," ucapnya.