Golkar pecat kader, pendiri melawan
"Setelah pergantian pengurus mereka yang dipecat itu yang jadi pengurus, begitu juga dengan ketiga orang ini."
Partai Golkar memantik prahara di tubuh sendiri ketika pada Senin 25 Juni lalu sang ketua umum, Aburizal Bakrie , memecat tiga kader partai ini: Agus Gumiwang Kartasasmita , Poempida Hidayatullah dan Nusron Wahid . Ketiganya dianggap mbalelo gara-gara mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, ketika Aburizal dan kawan-kawan melabuhkan dukungannya ke Prabowo - Hatta .
Pemecatan tiga kader Golkar itu disampaikan oleh Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPP Partai Golkar , Mahyudin. "Dipecat karena mendukung Jokowi - JK ," kata Mahyudin.
Pemecatan kader ini menjadi berita di tengah hingar-bingar kampanye dua capres. Maklum, tiga kader Partai Golkar ini bukan sembarang kader. Ketiganya masih duduk sebagai anggota DPR periode 2009-2014. Bahkan pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, Agus Gumiwang dan Nusron Wahid kembali terpilih sebagai anggota DPR masing-masing dengan perolehan suara besar. Agus terpilih dari Dapil Jawa Barat II dengan perolehan 102.469, sedang Nusron Wahid dari Dapil Jawa Tengah II adalah peraih suara terbanyak di Partai Golkar dan ke-enam dari seluruh caleg dengan perolehan 243.021 suara. Selain itu, Nusron saat ini masih tercatat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Ansor, organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama.
Tak heran jika pemecatan itu menuai perlawanan bahkan dari tubuh Partai Golkar sendiri. Pimpinan organisasi eksponen trikarya Partai Golkar yang terdiri dari Kosgoro, MKGR, dan SOKSI menolak tindakan pemecatan terhadap itu. Setelah mendengar penjelasan langsung dari Poempida, Agus dan Nusron dalam pertemuan internal di Hotel Sultan, Jakarta Rabu 25 Juni, Ketua Umum Kosgoro Agung Laksono menyatakan penolakan atas tindakan partainya. "Setelah mendengarkan penjelasan yang komprehensif, maka kami berpandangan bahwa eksponen trikarya menolak pemberhentian sebagai anggota Golkar terhadap tiga teman kami," kata Agung Laksono seperti dikutip kompas.com.
Menurut dia, proses pemecatan itu tidak sesuai anggaran dasar/anggaran rumah tangga. Agung yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar mengaku tak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan atas Poempida, Nusrun, dan Agus. "Alasan pemecatan ketiganya tidak jelas."
Salah satu pendiri Partai Golongan Karya, Suhardiman mengaku sangat kecewa atas tindakan ketua umum partai itu. Ia bahkan meminta kader-kader yang dipecat maupun yang mendapat ancaman pemecatan agar berkonsolidasi untuk melengserkan Ical. "Para kader yang dipecat agar bersatu dan kumpulkan semua dosa-dosa politik Ical dan lengserkan dia," katanya. Jika konsolidasi kader itu telah satu suara, Suhardiman menyarankan untuk menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa untuk menggulingkan Aburizal Bakrie .
Mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla menilai pemecatan tiga kader Golkar karena mendukung dirinya berpasangan dengan Joko Widodo adalah tindakan berlebihan. "Bagaimana cara berpikirnya? Kader yang dipecat ini mendukung mantan ketua umumnya. Justru yang lebih salah dan tidak waras adalah mendukung ketua umum partai lain, sementara ada mantan ketua umumnya sendiri yang bertarung," kata JK .
Wapres RI 2004-2009 ini mengatakan, saat menjabat Ketua Umum Golkar, ia tidak memecat kader hanya karena beda pandangan politik dengan DPP. "Saya waktu ketua umum tidak pernah memecat orang karena berbeda pandangan, kecuali ada indikasi dia terlibat korupsi, saya akan pecat saat itu juga, tanpa harus tunggu bukti dari pengadilan," kata JK .
Ia memuji tindakan Poempida, Agus dan Nusron sebagai tindakan berani dalam mengambil risiko untuk memperjuangkan keyakinan politiknya.
Dan Jusuf Kalla meyakini ketiga orang ini yang kelak akan menjadi pengurus inti Golkar, jika bercermin pada pengalaman 2004. Pada Pilpres 2004, kader Fahmi Idris dan 12 lainnya dipecat lantaran dianggap membelot karena mendukung pasangan SBY - JK daripada Wiranto - Gus Solah. "Setelah pergantian pengurus mereka yang dipecat itu yang jadi pengurus, begitu juga dengan ketiga orang ini, Insya Allah sebulan lagi," kata JK . (skj)