Gus Choi NasDem: Ma'ruf Amin jangan berisik, dia bukan Cawapres dari NU saja
Gerah dengan statement Calon Wakil Presiden KH Ma'rif Amin, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai NasDem, Effendi Choirie (Gus Choi) ingatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu agar tidak 'berisik'.
Gerah dengan statement Calon Wakil Presiden KH Ma'rif Amin, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai NasDem, Effendi Choirie (Gus Choi) ingatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu agar tidak 'berisik', dan tampil sebagai negarawan sejati.
Pernyataan tegas ini disampikan Gus Choi di sela acara penyerahan sapi kurban di kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Jalan Masjid Agung Surabaya, Selasa (21/8). "NU enggak boleh berisik, Kiai Ma’ruf Amin juga tidak boleh berisik. Dia kemarin mulai berisik," sindir Gus Choi.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Partai apa yang menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
Jadi misalnya, Gus Choi menyontohkan statemen Kiai Ma’ruf yang dinilainya berisik, "Hai semua warga NU saya (Kiai Ma’ruf) ini sekarang wakil presiden calon dari NU, orang NU kembalilah ke PKB dan segala macam, kan ada pernyataan itu. Ini berisik," katanya menirukan Kiai Ma’ruf.
Gus Choi mengingatkan, bahwa Kiai Ma’ruf menjadi calon wakil presiden dari Jokowi itu diusung partai koalisi. "Dia (Kiai Ma’ruf) harus sadar, bahwa dia menjadi wakil presiden ini bukan wakil persiden dari NU atau dari PKB atau PPP. Tapi oleh koalisi. Oleh Golkar, oleh PDIP, oleh NasDem, oleh Hanura, oleh PKPI dan yang lain-lain," tegas Gus Choi.
Oleh karena itu, katanya lagi, Kiai Ma’ruf harus berstatemen laiknya seorang negarawan. "Dia harus berstatement yang bukan parsial, sektoral, sektarian, seolah dia wakil presiden yang diusung PKB. Itu tidak," katanya.
Dengan berstatement berisik, menurut Gus Choi, justru bisa mengecilkan posisi Kiai Ma’ruf sebagai calon wakil presiden. "Itu akan membuat dia menjadi kecil, kemudian koalisi-koalisi yang lain menjadi tidak simpatik," tegasnya.
"Jadi semua harus ditata, pernyataan harus ditata, niat ditata, dan semua dipersembahkan untuk bangsa dan negara. Saya kira itu," tegasnya lagi.
90 Persen didukung Nahdliyin
Sementara terkait potensi pecahnya dukungan Nahdliyin pasca-drama tersingkirnya mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD dari bursa pencalonan, Gus Choi melihat tidak ada berpengaruh.
Karena seperti diketahui, jelang pendaftaran pasangan calon (Paslon) ke KPU beberapa waktu lalu, Mahfud MD yang dikabarkan akan digandeng Jokowi, justru Kiai Ma’ruf yang terpilih.
Selanjutnya, Mahfud-pun blak-blakan mengungkap kisah di balik drama politik tak mengenakkannya itu di acara salah satu stasiun televisi swasta. Publik-pun bersimpati kepada mantan ketua MK tersebut.
"Saya kok yakin 90 persen warga NU mendukung. Ada yang tidak mendukung, pasti ya, tapi itu jumlahnya mungkin sekitar 10 persen," nilai Gus Choi yakin.
Menurut mantan ketua DPW NasDem Jawa Timur ini, sebagai Rais Aam PBNU yang kemudian Kiai Ma’ruf menjadi calon wakil presiden dari Joko Widodo (Jokowi), adalah sejarah dan panggilan bangsa dan negara.
"Ada AD/ART, ada aturan-aturan yang lain, ada pemahaman khittah, bla.bla.bla.. Begitu pemahamannya, tapi saya kira karena ini panggilan sejarah, negara, ini lebih tinggi ketimbang AD/ART NU, begitu," terang dia.
"UUD, Pancasila, NKRI itu lebih tinggi begitu, maka pangilan sejarah ini harus ditunai, dilayani oleh NU sehingga kita berharap NU harus kompak mendukung Kiai Ma’ruf Amin sebagai wakil presiden," tandasnya.
Baca juga:
Survei LSI: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin unggul di 5 kantong suara
Peneliti LSI Denny JA yakini Ahok bisa menaikkan pemilih nonmuslim Jokowi
LSI Denny JA: Ma'ruf Amin kalah populer dibanding Sandiaga Uno
Demokrat ingatkan menteri Jokowi tak gunakan fasilitas negara jika kampanye
Menteri jadi timses maksimal cuti satu hari dalam sepekan
LSI Denny JA: Pilih Ma'ruf Amin, elektabilitas Jokowi malah turun
Jokowi-Ma'ruf unggul di pemilih emak-emak, Prabowo-Sandi di pemilih terpelajar