Isu korupsi dan dinasti tak laku di Tangsel
Hal itu terjadi karena masyarakat beranggapan siapa pun pemimpin mereka nanti, korupsi akan dilakukan secara bergantian.
Isu terkait dinasti dan korupsi bak sampah dan tak laku bagi masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada Pilkada Tangsel yang akan digelar 9 Desember 2015 mendatang.
"Isu korupsi dan dinasti di tengah masyarakat Tangsel seperti sudah usang tak berbekas. Seolah kredibilitas bukan lagi persoalan. Padahal seharusnya isu korupsi dan dinasti itu penting, karena menyangkut moral pemimpin," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti, Senin (31/8).
Menurut Ray, hal itu terjadi karena masyarakat beranggapan siapa pun pemimpin mereka nanti, korupsi akan dilakukan secara bergantian dengan hanya berganti wajah. Padahal menurutnya hal itu adalah salah.
"Salah besar pemikiran seperti itu. Harus bisa bedakan yang biasa korupsi, yang sedang korupsi dengan yang akan korupsi. Tidak boleh kita menghukum lebih dulu bagi mereka yang masih diduga akan melakukan korupsi. Sedangkan yang sudah dan di tengah lingkaran korupsi dibiarkan," kata Ray.
Jika hal itu dibiarkan, menurut Ray, generasi di Tangsel akan kesulitan mencari sosok pemimpin yang memiliki contoh dengan mengedepankan moral. Sebab, menurutnya, moral adalah yang paling utama. Sedangkan soal ide dan bagaimana membangun sebenarnya, kata Ray, adalah bagian nomor dua.
"Kita tak bisa lagi bicara moral kalau seperti itu. Sedangkan moral adalah yang utama. Saya pikir justru pembangunan di Tangsel selama ini lebih banyak bagus karena swasta," tandasnya.