Jelang Munas, Golkar Disarankan Gelar Debat Publik Caketum
Menurutnya, tradisi debat publik caketum jelang Munas merupakan hal positif dalam dunia politik. Selain memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, debat publik menjadi ajang menguji gagasan para caketum.
Pengamat politik, Hanta Yuda menyarankan Partai Golkar kembali menggelar debat publik calon ketua umum (caketum) jelang Musyawarah Nasional (Munas). Debat publik caketum pernah dilaksanakan Golkar pada Munaslub tahun 2016.
"Ini harapan sekaligus tantangan apakah bisa Golkar jelang Munas ini ada debat calon ketum," kata Hanta di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu (30/11).
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar memutuskan mengusung Gibran? Keputusan diambil dalam Rapimnas Golkar pada Sabtu (21/10).
-
Siapa yang mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar? Presiden terpilih periode 2024-2029 sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, mengucapkan terima kasih kepada Partai Golkar atas kerja keras memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
-
Bagaimana seharusnya kegiatan kepemudaan Partai Golkar dilakukan? Ilham menambahkan, acara diskusi merupakan jiwa kader Golkar di semua tingkatan. Ia mengapresiasi kegiatan diskusi yang digelar oleh para pemuda Partai Golkar. Namun, Ilham mengingatkan, setiap kegiatan kepemudaan Partai Golkar seharusnya diketahui dan mendapatkan izin dari pengurus DPP Partai Golkar.
-
Bagaimana Golkar merespon wacana Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Golkar merespons wacana Ridwan Kamil bersedia maju di Pilkada DKI Jakarta karena berasumsi eks Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak akan maju lagi sebagai calon gubernur. Saat itu, Anies merupakan capres yang berkontestasi di Pilpres 2024. Oleh karena itu, Golkar memberikan penugasan kepada Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta dan Jawa Barat.
Menurutnya, tradisi debat publik caketum jelang Munas merupakan hal positif dalam dunia politik. Selain memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, debat publik menjadi ajang menguji gagasan para caketum.
"Tapi kalau caketum cuma satu bagaimana mau didebatkan. Minimal dua atau berapa. Jadi itu taruh gagasan memberikan pesan kepada publik bahwa Golkar sudah memulai tradisi lima tahun lalu," ujarnya.
Selain itu, Hanta berharap Munas Golkar dilakukan secara demokratis dan transparan. Terutama pada proses pemilihan ketua umum Golkar periode 2019-2024.
"Silakan caranya mau aklamasi atau mau voting tapi dimulai dengan cara terbuka. Para pemilik suara memiliki berbagai macam keleluasaan untuk memilih," ucapnya.
Dia kemudian menantang Golkar untuk menentukan sendiri siapa yang layak menjadi sang ketum. Selama ini, kata dia, ketum Golkar ditentukan kekuatan dari luar partai berlambang pohon beringin itu.
"Bagaimana Munas Golkar menunjukkan tradisi barunya dia otonom, mandiri dan lepas dari pengaruh eksternal. Terutama pengaruh kekuasaan. Sejak awal Munas Golkar 1998, 2004, 2009, 2016 kita tidak bisa menyangkal pengaruh eksternal kekuasaan sangat besar," tutup Hanta.
Kelebihan dan Kekurangan Dua Caketum Golkar
Sementara itu, pengamat politik Ray Rangkuti melihat ada dua kandidat populer yang digadang-gadang bertarung di munas Golkar yang akan digelar pada 3-6 Desember di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Dua nama itu yaitu Airlangga Hartato dan Bambang Soesatyo.
"Airlangga Hartato dan Bambang Soesatyo keduanya hampir berimbang satunya Ketua MPR satunya lagi menteri dua periode," katanya.
Dia mengatakan, dari kedua calon ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ia menjelaskan ada empat variabel yang bisa digunakan untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing dari keduanya sebagai calon ketua umum Golkar.
"Pertama adalah popularitas dari calon ketum. Pertimbangan pendapat publik itu menjadi bagian tradisi Golkar untuk menentukan calon ketua umum, relatif di Golkar tidak mengenal calon yang tiba-tiba, artinya bila kuda hitam yang terpilih tapi kuda hitammya bukan dari orang yang tidak dikenal," papar Ray.
Ray mengatakan Golkar terlihat tidak percaya diri dalam mencalonkan ketua umumnya dari orang yang sama sekali tidak punya basic sosial, tidak seperti partai lain yang bisa mencalonkan ketum yang secara sosial tidak terkenal.
"Kedua soal hubungan struktural ini menjadi salah satu keunggulan Pak Airlangga beliau punya hubungan struktural yang cukup ke daerah-daerah DPD tingkat satu dan dua sebagai pemilih suara, yang dalam konteks ini Pak Airlangga memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Bambang Soesatyo," sambung Ray.
Selanjutnya Ray menjelaskan tentang faktor ketiga yaitu pendekatan personal dalam hal ini Bambang Soesatyo memiliki keunggulan dibanding Airlanngga karena mempunyai pendekatan personal cukup bagus sebagai pengurus daerah tingkat satu dan tingkat dua.
"Terakhir yaitu faktor eksternal yaitu suara dari pemerintah dan sejauh ini pemerintah atau Presiden belum memperlihatkan sikap memiliki kecendrungan memilih si A memilih si B, dukungan dari pemerimtah biasanya datang seminggu sebelum hari H," pungkasnya.
(mdk/fik)