Jokowi, rocker pendiam yang cinta alam

Saat duduk di bangku SMA, mendapat rangking pertama sudah biasa dirasakannya sejak kelas 1 hingga 3 SMA.

2014-07-07 04:30:00

Kesuksesan Joko Widodo saat ini membuat orang-orang di sekelilingnya ikut berbangga hati. Mereka tak menyangka jalan hidup seorang Jokowi yang dulunya pendiam kini dipuja-puji rakyat Indonesia sebagai calon presiden.

"Selain jujur, pintar, Jokowi itu sangat pendiam. Tak ada jiwa kepemimpinan atau sesuatu yang menonjol. Dia juga enggak pernah jadi ketua kelas atau ketua OSIS," ujar Mahmud Nurwindu, teman sekelas Jokowi.

Saat duduk di bangku SMA, Jokowi dikenal sosok yang rajin dan pintar. Mendapat rangking pertama sudah biasa dirasakannya sejak kelas 1 hingga 3 SMA.

"Jokowi itu selalu rangking 1 di kelas. Dari kelas 1 sampai kelas 3, selalu terbaik nilainya. Selain itu dia itu enggak bakalan nyontek atau niru jawaban temannya kalau ujian. Dia juga pelit, enggak mau ngasih tahu jawabannya kalau temannya nanya atau enggak bisa ngerjain. Saya yang orang dekatnya saja enggak pernah dikasih tahu kalau saya enggak bisa ngerjain soal," tambahnya.

Sosok Jokowi yang begitu pintar di matanya, membuat dia dan beberapa teman lain sangat mendukung pria berambut klimis itu menjadi presiden.

"Kita murni berdoa agar beliau tercapai apa yang dicita-citakan. Bisa memimpin Indonesia, dan membawa Indonesia lebih baik ke depan," ujar Suryo, alumnus SMAN 6 tahun 1983.

Tak hanya dari teman-teman SMA, rekan semasa kuliah di UGM juga mendukung ayah tiga anak itu menjadi presiden RI. Mereka kagum meski Jokowi sudah tenar seperti sekarang ini, sikapnya tak pernah berubah bila bertemu teman-temannya semasa duduk di bangku kuliah.

"Dari dulu nggak berubah, seperti ini, cuma waktu kuliah dulu aktif organisasi di Mapala," ujar Sigit, rekan Jokowi.

Senada dengan Sigit, Hardanto yang juga kawan akrab Jokowi mengatakan sosok Jokowi tidak banyak perubahan, tetap pecinta musik rock.

"Jokowi dulu itu terkenalnya pendiam, tapi diam-diam gila dengan musik rock. Orangnya juga lurus-lurus saja, nggak pernah yang ekstrem," kenang Hardanto.