Kalah di survei, Prabowo-Sandi disarankan dekati swing voters
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei elektabilitas pasangan capres-cawapres jelang Pemilu 2019. Dalam survei itu, pasangan Jokowi-Ma'ruf menang telak 57,7 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya mengantongi 32,3 persen.
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia merilis survei elektabilitas pasangan capres-cawapres jelang Pemilu 2019. Dalam survei itu, pasangan Jokowi-Ma'ruf menang telak 57,7 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya mengantongi 32,3 persen.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan pasangan Jokowi-Ma'ruf jangan terlalu terlena dengan hasil survei ini. Karena pelaksanaan pilpres masih panjang dan pasangan Prabowo-Sandi masih memiliki waktu tujuh bulan untuk meningkatkan elektabilitas.
-
Kapan survei Indikator Politik Indonesia dilakukan? Survei tersebut melibatkan 810 responden dengan metode simple random sampling dan margin of error sekitar 3,5 persen.
-
Apa tujuan dari survei Poltracking Indonesia? Tujuan survei untuk mengukur sejauh mana efektivitas langkah para kandidat dalam meningkatkan elektabilitasnya, serta sejauh mana pengaruh faktor eksternal di luar kandidat dapat mempengaruhi peta elektoral terkini.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Kapan Survei Poltracking Indonesia tentang elektabilitas pasangan capres-cawapres dilakukan? Survei ini diselenggarakan Poltracking Indonesia mulai tanggal 29 Oktober hingga 5 November 2023.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Apa hasil Quick Count Charta Politika untuk Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka? Capres/Cawapres nomor urut 2: Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka: 57,26 persen
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf dinilai belum aman karena masih di bawah 60 persen. Sebab, dalam waktu tujuh bulan ke depan, preferensi pemilih bisa berubah.
"Perubahan preferensi Pemilu masih bisa terjadi. Bisa saja tujuh bulan ke depan berpindah ke lain hati. Jadi jangan terlalu terlena. Sebab kalau kita lihat elektabilitas Prabowo-Sandi sudah ada sedikit kenaikan dibandingkan bulan Februari 2018. Jadi meskipun pak Prabowo masih kalah ini belum akhir segalanya karena toh Pemilu masih panjang," jelasnya usai rilis hasil survei di Kantor Indikator, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/9) kemarin.
Burhanuddin mengatakan dalam survei itu ada 9 persen masyarakat belum menentukan pilihan. Sementara ada 30 persen masyarakat yang sudah menentukan pilihan tapi kemungkinan besar pilihannya bisa berubah. Sebanyak 39 persen swing voter ini bisa dimanfaatkan pasangan Prabowo-Sandi.
Angka 39 persen ini dinilai sangat besar dan bisa mengubah keadaan. Jika 39 persen swing voter memilih Prabowo-Sandi maka akan menjadi ancaman bagi pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Ini sangat besar. Karena bagaimanapun proporsi 39 persen ini bisa membalik keadaan. Kalau misalnya swing voter ini sebagian besar beralih ke pasangan Prabowo-Sandi tentu ini menjadi ancaman bagi Jokowi. Tapi kalau misalnya Jokowi-Ma'ruf bisa menarik sebagian dari swing voter tersebut tentu kemungkinan Jokowi menang dengan meyakinkan pada 2019 semakin lebar," jelasnya.
"Jadi ini arena pertarungan yang belum selesai," pungkasnya.
Baca juga:
Ditemani Bobi si Kucing, Prabowo temui Caleg Golkar Go PrabU
Visi misi Prabowo-Sandi soal Pancasila dinilai tak komperhensif, ini kata Gerindra
Gerindra hormati keputusan Yenny Wahid dukung Jokowi
Pesan-pesan politik istri Gus Dur pada Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf
Gerindra sebut Sandiaga adalah keberkahan dan pendongkrak suara Prabowo