Kampanye hitam "Obor Rakyat" dilimpahkan ke Mabes Polri
Bawaslu berharap otak pelaku akan cepat terungkap.
Rapat pleno Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) terkait laporan kampanye hitam tabloid Obor Rakyat terhadap calon presiden Joko Widodo, Rabu, 11 Juni 2014 malam, menyimpulkan, jika tindakan tersebut masuk ke dalam kategori ranah pidana umum, bukan pidana pemilu. Bawaslu memutuskan bakal melimpahkan kasus tabloid Obor Rakyat kepada Mabes Polri.
Menurut komisioner Bawaslu, Nasrullah, pihaknya sulit melacak mereka yang berada di belakang tabloid Obor Rakyat. "Kami sudah mengirimkan surat kepada kepolisian, memberitahukan jika kami memiliki keterbatasan dalam menelusuri siapa di balik Obor Rakyat. Terus terang kami tidak mempunyai kemampuan investigasi seperti yang dimiliki intelijen," kata Nasrullah saat dihubungi Kamis, 12 Juni 2014.
Selain mengandung unsur pemalsuan atas identitas penanggungjawab redaksi dan pencantuman alamat redaksi palsu, Bawaslu juga memiliki keterbatasan tenggat waktu dalam mengusut kasus tersebut, yakni tiga hari sejak laporan atau pengaduan masuk.
Setelah edisi pertama yang menampilkan tema "Capres Boneka" didistribusikan di sejumlah wilayah di Indonesia, kini edisi kedua Obor Rakyat kembali diedarkan di tengah masyarakat luas. Di Jawa Timur, seperti di Jember dan wilayah Madura, serta di Bekasi, tabloid itu bahkan sengaja didistribusikan di sejumlah pondok pesantren, masjid dan musala.
Sampul tabloid itu muncul dengan tulisan "PDIP Partai Salib", juga "Pria Berdarah Tionghoa Itu Kini Capres". Diduga kuat, pembuat dan pengedar tabloid Obor Rakyat memiliki database pondok pesantren di seluruh Indonesia. Mereka sengaja menyasar pembaca kalangan pesantren dan umat Islam dengan harapan agar mereka tidak memilih Jokowi.
Siapa di belakang tabloid penyebar resah ini? Tak jelas benar pada mulanya. Dalam dewan redaksi Obor hanya tercantum nama Sigas, Elka Saraswati dan layout Dodo Darsono. Alamat redaksi yang tercantum adalah Jalan Pisangan Timur Raya IX, Jakarta Timur. Nomor telepon yang tercantum adalah (021) 70787816, 70787817.
Tentu saja, sebagai pengusung kampanye hitam, nama dan alamat di atas hanyalah kedok belaka. Tapi sepandai-pandai menutupi jejak, pengelola tabloid ini akhirnya ketahuan juga.
Seperti diberitakan sebelumnya, adalah Gun Gun Heryanto, dosen ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang mengungkap pengelola tabloid ini. Maklum, tulisan Gun Gun Heryanto dimuat di Obor Rakyat. Gun Gun menuding Darmawan Sepriyossa, penulis kolom tetap di portal berita inilah.com telah menjebaknya.
Alkisah, pada 25 April lalu, Darmawan Sepriyossa menghubungi Gun Gun Heryanto, memintanya menulis kolom analisis tentang PDI Perjuangan dalam mengikuti pemilihan presiden. "Dia (Darmawan) bilang mau bikin tabloid baru," kata Gun Gun sebagai mana ditulis Majalah Detik. Dalam percakapan telepon itu, Darmawan sama sekali tak menyebut nama tabloid itu. Tanpa curiga, Gun Gun pun mengirimkan naskah kolomnya.
Tapi sang kolomnis kaget bukan kepalang ketika ia tahu tulisannya muncul di tabloid Obor Rakyat yang dilaporkan tim hukum pasangan Jokowi - JK ke Badan Pengawas Pemilu, 4 Juni 2014. Gun kecewa dan merasa tertipu oleh Darmawan. Ia tak menyangka, Darmawan yang punya rekam jejak sebagai bekas wartawan Republika dan TEMPO itu akan jatuh serendah itu.
Portal berita inilah.com, tempat Darmawan kini menjadi kolomnis tetap, didirikan Muchlis Hasyim, bekas wartawan Media Indonesia. Portal ini kini dikenal sebagai media online yang terdepan dalam menulis berita positif pasangan Prabowo - Hatta dan berita negatif pasangan Jokowi - JK. Sebuah perubahan yang aneh, karena di periode pemerintahan SBY - Jusuf Kalla (2004-2009), Muchlis Hasyim adalah media officerJusuf Kalla yang mendampingi sang wakil presiden hampir di setiap kesempatan di dalam dan luar negeri. (skj)