Kasus Setya Novanto ajang pertaruhan integritas MKD
"MKD sedang diuji. MKD mampu enggak jaga integritasnya," kata Wakil Ketua Fraksi NasDem, Johnny G Plate.
Wakil Ketua Fraksi NasDem Johnny G Plate menilai skandal dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto merupakan ajang ujian pertaruhan integritas bagi Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Sebab, dalam sidang yang digelar Senin (23/11) lalu, MKD justru berbelit dengan mempermasalahkan legal standing pelaporan yang dilakukan oleh Menteri ESDM Sudirman Said.
"MKD sedang diuji. MKD mampu enggak jaga integritasnya. Keputusannya bukan benar atau salah tapi berdasarkan data," kata Johnny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/11).
Anggota Komisi XI DPR ini menilai legal standing yang dipermasalahkan itu dijadikan celah untuk menghambat penyelidikan dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan Setya Novanto. Padahal, hal tersebut bukanlah sebuah hal yang harus dibesar-besarkan. Pasalnya, apabila memang berkeyakinan Sudirman Said tak diperbolehkan melakukan pelaporan, seharusnya MKD tinggal memasukkan legal standing tersebut di UU MD3.
"Ini bukan substansi. Kalau kurang ya masukan lagi dalam definisi. Pastikan definisinya dengan memenuhi standar prosedur MD3. Standar etika di UU MD3 itu," tuturnya.
Johnny juga heran dengan pernyataan Ketua MKD yang mempermasalahkan transkip bukti pencatutan nama Jokowi yang hanya singkat padahal durasi pertemuan berlangsung selama 120 menit. Padahal, MKD tinggal memberikan waktu bagi Sudirman Said untuk melengkapi atau menyerahkan sisa transkip.
"Kedua, soal informasi dan data. Ada kesan pertemuan 2 jam, rekaman 10 menit, transkip 4 menit. Kalau MKD merasa belum cukup mintalah selengkap-lengkapnya. Kita mendorong itu dilakukan. Kalau ada, ambil keputusan kan sudah ada UU," tukasnya.
Menurut dia, tidak ada aturan untuk melarang MKD melakukan hal tersebut. Sebab, hal tersebut adalah tempat pembuktian atas dugaan yang dibentuk oleh opini publik. Oleh karenanya, Johnny mendukung MKD menyelidiki perkara tersebut.
"Pimpinan yang diduga melakukan kesalahan fatal kita terima, begitu juga pimpinan yang tak lakukan kesalahan kita juga terima. Oleh sebab itu, kita dukung MKD selidiki itu. Karena ini berkaitan dengan reputasi lembaga negara secara keseluruhan," pungkasnya.
Baca juga:
Biasanya bolos, anggota MKD jadi rajin datang saat kasus Setnov
Effendi Simbolon sindir Novanto, sekarang papa dapat gelar doktor
Mendominasi di MKD, KMP amankan kasus Setya Novanto
'Kalau tak tuntaskan kasus Setnov, MKD bawa DPR ke kehancuran'
-
Mengapa Jokowi memaksa Freeport membangun smelter di Indonesia? Untuk itu, Jokowi memaksa PT Freeport membangun industri smelter tembaga di Gresik.
-
Siapa yang mendapat santunan duka dari Jokowi? Santunan diberikan kepada 12 orang penerima simbolis terdiri atas perwakilan penerima bantuan rumah rusak berat, sedang, ringan, dan ahli waris korban meninggal dunia.
-
Apa yang Prabowo katakan tentang dirinya menjual nama Jokowi? Masa gue jualan orang lain ya kan, emangnya gua goblok," tegasnya.
-
Bagaimana Serka Sudiyono mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Jokowi? Saat itu pula Serka Sudiyono mendapat hadiah sepeda dari Presiden Jokowi. Ia pun tak menyangka, hari di mana ia mendapat hadiah sepeda itu merupakan hari ulang tahun istri dan anak pertamanya. Sepeda itu langsung dipakai oleh anaknya ke sekolah.
-
Siapa yang meminta tanda tangan Presiden Jokowi? Pasangan artis Vino G Bastian dan Marsha Timothy kerap disebut sebagai orang tua idaman. Pasalnya demi impian sang anak, Jizzy Pearl Bastian, pasangan orang tua ini rela melakukan segala cara.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.