Kemenangan Golkar di Pilkada disebut perbesar kans Airlangga jadi Cawapres Jokowi
Modal Airlangga menjadi Cawapres Jokowi juga terlihat di internal Partai Golkar. Sebab, menurut Emrus, Airlangga sejauh ini diterima oleh berbagai faksi di partai berlambang pohon beringin.
Kemenangan Partai Golkar sebesar 58,82 persen dalam Pilkada serentak disebut memberikan keuntungan bagi Ketua Umum Airlangga Hartarto. Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai kemenangan Golkar itu membuka kans Airlangga untuk dipilih menjadi Calon Wakil Presiden oleh Joko Widodo semakin besar.
"Kalau mengusung Jokowi maka ini hal yang mengembirakan, karena Golkar memiliki basis kekuatan massa yang besar terlihat pada kemenangan Pilkada 2018, maka bisa saja Jokowi meminang Cawapresnya dari Golkar lagi," kata Emrus dalam keterangan persnya, Minggu (1/7).
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Siapa saja yang mendukung Airlangga Hartarto terkait penentuan koalisi di Pilpres 2024? Para ketua dewan, Pak Ical (Ketua Dewan Pembina), Pak Agung (Ketua Dewan Pakar), dan Pak Akbar Tandjung (Ketua Dewan Kehormatan), Wakil Ketua DPR RI menambahkan, selain menolak munaslub dan menyatakan dukungan pada kepemimpinan Airlangga, para ketua dewan juga menyampaikan dukungan penuh pada Ketum Golkar terkait sikap dan strategi partai berlambang pohon beringin di Pilpres 2024. Termasuk penentuan koalisi dan nama calon presiden dan calon wakil presiden.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Mengapa Menko Airlangga Hartarto ikut dalam rombongan Presiden Jokowi ke KTT G20 India? “Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
Emrus menganalisis, besarnya presentase kemenangan Golkar di Pilkada membuat posisi partai menjadi kuat di mata Jokowi dan koalisi pendukungnya. Dengan mengambil kader Golkar menjadi Cawapres, kata dia, elektabilitas Jokowi bisa terdongkrak naik.
"Siapa wakil yang kuat dan memenangkan pilkada, terutama dimenangkan kader internal tentu akan membuat posisi partai itu menjadi kuat. Kemenangan Golkar saat ini tentu menjadi modal besar. Jokowi bisa ambil calon wakil presidennya untuk tingkatkan elektabilitasnya dengan melihat hasil pilkada yang diraih Golkar saat ini," ujarnya.
Airlangga, menurutnya, juga bisa menjadi perekat antar partai pendukung Jokowi dengan menggelar sering menggelar pertemuan-pertemuan. Terbaru usai Pilkada, Airlangga bertemu dengan Ketua Umum PPP M Rommahurmuziy pada Kamis (28/6).
"Airlangga tentu akan menjadi titik sentral yang diterima seluruh partai pendukung Jokowi nantinya yang mengumpulkan partai pendukung. Kalau itu (kunjungan ke partai pendukung Jokowi) terus dilakukan maka kemungkinan besar ia akan mendampingi Jokowi di Pilpres 2019," ucapnya.
Modal Airlangga menjadi Cawapres Jokowi juga terlihat di internal Partai Golkar. Sebab, menurut Emrus, Airlangga sejauh ini diterima oleh berbagai faksi di partai berlambang pohon beringin.
"Artinya Airlangga Hartarto memiliki leadership yang kuat berdiri diantara faksi-faksi di Golkar dan bukan rahasia lagi," klaim Emrus.
Emrus menambahkan, kemenangan Golkar di banyak daerah menempatkan posisi Golkar sebagai partai yang teruji dan terkuat di perpolitikan nasional.
"Pilkada kali ini menempatkan posisi Golkar sebagai partai terkuat di kancah perpolitikan," jelas dia.
Dengan perolehan yang cukup besar dan didominasi oleh kader, lanjut Emrus, membuat posisi tawar Golkar di Pemilu 2019 menjadi cukup besar.
"Pasangan paslon yang menang di pilkada itu menjadikan Golkar bak gadis cantik dan hasil Pilkada Golkar ini tentu menunjukkan bargaining politinya semakin menguat," tandasnya.
Diketahui, Golkar mengklaim kemenangan hampir 60 persen atau 58,82 persen dalam Pilkada serentak yang berlangsung pada Rabu (27/6). Dari 17 provinsi, calon yang diusung Golkar sebagai cagub dan cawagub menang di 10 provinsi di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Lampung, dan Papua.
Kemenangan ini disebut berkat mesin partai yang terus bergerak dengan optimal. Hal ini disampaikan Sekjen Partai Golkar, Lodewijk F Paulus, di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (29/6).
"Bisa kami simpulkan bahwa seluruh mesin Partai Golkar bergerak dan berjalan dengan efektif pada Pilkada serentak tahun 2018," jelasnya.
Golkar telah merancang strategi bahwa Pilkada menjadi uji coba atau try out sebelum menghadapi Pemilu Legislatif maupun Pilpres 2019 nanti. Pilkada juga menjadi pemanasan mesin partai agar target pada Pemilu Legislatif dapat tercapai.
"Strategi Golkar untuk menempatkan Pilkada serentak 2018 menjadi try out atau warming up mesin partai menjelang Pileg dan Pilpres 2019 dapat dinilai cukup berhasil," jelasnya.
Baca juga:
Gerindra, PKS dan PAN diyakini setuju usung Amien Rais jadi Capres
Cerita Amien Rais menolak hingga akhirnya mau didorong jadi Capres
Koalisi Umat Madani deklarasi Amien Rais maju Pilpres 2019
Usai Pilkada 2018: Jokowi menang elektoral, oposisi makin percaya diri
Kekalahan PDIP di 11 provinsi tak hambat kemenangan Jokowi di Pilpres 2019