Ketua BPN Prabowo-Sandi: Nasionalisme Luluh Karena Duit Kapitalis
Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Djoko Santoso mengajak negara dan bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nasionalisme. Pasalnya, saat ini rasa nasionalisme bangsa sudah luntur.
Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Djoko Santoso mengajak negara dan bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nasionalisme. Pasalnya, saat ini rasa nasionalisme bangsa sudah luntur.
Hal tersebut disampaikannya saat ngopi Bareng Djoksan di Kopi Bos, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (27/12).
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Bagaimana hubungan Budi Djiwandono dengan Prabowo Subianto? Budi adalah anak dari Joseph Sudrajad Djiwandono dan Biantiningsih Miderawati Djojohadikusumo. Sang ibu merupakan kakak dari Prabowo Subianto.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang diusung Prabowo Subianto dalam acara tersebut? Ketua Umum Pilar 08, Kanisius Karyadi, mengatakan bahwa kegiatan yang diikuti oleh 70 ribu lebih peserta ini merupakan bentuk dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam menjaga dan merawat Persatuan Indonesia, sejalan dengan Sila ke-3 Pancasila.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
"Kita perlu merevitalisasi nasionalisme, saudara-saudara sekalian nasionalisme kita sudah luluh, luluh nasionalisme kita. Kalau dihadapkan kapitalisme kita kalah, kalah kita sebagai bangsa yang nasionalismenya sudah luluh, makanya kita perlu merevitalisasi nasional," kata Djoko.
Menurutnya, luluhnya rasa nasionalisme tersebut disebabkan mental kapitalisme yang bisa mengendalikan hal dengan uang. Dia mencontohkan, calon kepala daerah yang harus merogoh kocek sebesar Rp 20 miliar untuk maju pilkada. Kemudian, tak lama setelah menjabat malah tertangkap korupsi dan dipenjara.
"Kenapa kita bisa luluh? Karena kita dikendalikan kapitalisme, kapitalisme itu pelurunya duit, semuanya diukur dengan duit," ucap Djoko.
Dia menilai, kondisi seperti ini layaknya masa Belanda yakni VOC dimana bangsa pernah dijajah. "Proses VOCnisasi maka kita harus melawan menyelamatkan negara ini agar bangsa ini tidak menderita," pungkas purnawirawan Jenderal itu.
Baca juga:
Djoko Santoso: Prabowo Didukung Mereka yang Tersudut
Kubu Prabowo Kritik Infrastruktur Jokowi, Tak Sejalan Dengan Reforma Agraria
TKN Tegaskan Surat Pendiri PAN Minta Amien Rais Mundur Tak Terkait Jokowi
MA keluarkan 4 Paket Kebijakan Jelang Pemilu 2019
Prabowo: Banyak Elite di Jakarta Tidak Mengerti Perjuangan Rakyat di Timor Timur
Sekjen PDIP: Lebih Baik Serang Saya Daripada Fitnah Jokowi-Ma'ruf
PSI Klaim Pendiri PAN yang Desak Amien Rais Tokoh Independen, Bukan Pendukung Jokowi