Ketua DPR ajak ucapkan selamat tinggal pada politik identitas
Bayangkan, karena berbeda haluan politik, tokoh agama acap kali dihujat. Petinggi partai politik dicaci-maki. Presiden dan lembaga-lembaga negara sebagai simbol kedaulatan negara dilecehkan. Kritik berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo mengajak semua pihak untuk berani menyerukan selamat tinggal pada politik identitas. Politik identitas tidak boleh dibiarkan berkembang. Sebab, dapat menyulut permusuhan serta mengancam persatuan dan keutuhan bangsa.
"Karena itu, sudah saatnya, kita harus berani mengatakan secara tegas: selamat tinggal, politik identitas," ujar Bambang, dalam pidatonya pada sidang bersama DPR RI dan DPD RI, Gedung DPR RI, Kamis (16/8).
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Apa yang diminta oleh DPRD DKI Jakarta kepada Pemprov DKI terkait Wisma Atlet? Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua meminta Pemprov memanfaatkan Wisma Atlet Kemayoran sebagai tempat rekapitulasi dan gudang logistik Pemilu 2024.
-
Apa yang dibahas dalam rapat pimpinan sementara DPRD Provinsi DKI Jakarta? "Pembahasan dan penetapan usulan nama Calon Penjabat Gubernur DKI Jakarta dari masing-masing Partai Politik DPRD Provinsi DKI Jakarta," demikian informasi tersebut.
Pria yang akrab disapa Bamsoet ini menyampaikan, dunia politik tengah memasuki era digital. Dimana, salah satu produk populernya adalah media sosial. Keberadaan media sosial membuat demokrasi tumbuh sangat dinamis. Namun, seringkali menjadi sangat sulit untuk dikendalikan.
Karenanya, Bamsoet mengajak seluruh pihak untuk memanfaatkan media sosial dengan lebih arif untuk menjaga keteduhan politik dan tidak menyulut politik identitas dan berbau sara.
"Kita tidak boleh membiarkan berkembangnya politik identitas yang dapat menyulut permusuhan serta mengancam persatuan dan keutuhan bangsa," ucap dia.
Dia juga menyinggung mengenai perbedaan pilihan politik. Bamsoet mengingatkan, perbedaan pandangan politik jangan dijadikan ajang saling hujat yang membahayakan kebhinekaan. Karenanya dia mengimbau seluruh masyarakat untuk berani berkomitmen melepaskan diri dari politik identitas.
"Bayangkan, karena berbeda haluan politik, tokoh agama acap kali dihujat. Petinggi partai politik dicaci-maki. Presiden dan lembaga-lembaga negara sebagai simbol kedaulatan negara dilecehkan. Mereka dianggap tak mampu. Program pemerintah dianggap nihil. Perbedaan politik dikutuk. Kritik berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam. Fondasi berbangsa digoyang dengan isu SARA. Ditambah lewat strategi politisasi agama yang berakibat menguatnya politik identitas," kata Bamseot menjelaskan.
"Akibatnya, kebinekaan kita dalam bahaya. Semua orang cenderung menyatakan diri merasa paling benar. Kerukunan umat beragama justru dianggap tabu. Akal sehat dianggap nista," sambungnya.
Dia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk melaksanakan pemilu 2019 nantinya secara damai dan gembira. Tentunya, tanpa tercederai dengan politik identitas.
"Mari kita jadikan Pemilu 2019 sebagai ajang adu program untuk mempercepat laju pembangunan agar pada usia 100 tahun kemerdekaan, Indonesia menjadi negara maju, modern, adil dan sejahtera, serta sejajar dengan bangsa-bangsa maju di dunia," imbuhnya.
Reporter: Yunizafira Putri
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pidato sidang tahunan, Ketua DPR ajak capres-cawapres jauhi sikap saling merendahkan
Ketua DPR keseleo lidah sebut Megawati Soekarnoputra
Tolak DPR disebut kurang produktif, Bamsoet lebih pentingkan kualitas UU
Bamsoet panggil Irjen Idham Aziz di Istana: Hei, Pak Waka, nyelonong aja
Dolar makin perkasa, Ketua DPR khawatirkan daya beli warga