Khofifah bicara soal waktu deklarasi & jawab isu perpecahan kiai
Soal deklarasi Khofifah membantah bakal deklarasi bulan ini. Dia juga menjawab soal isu perpecahan kiai akibat dua tokoh NU maju dalam Pilgub Jatim.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa belum dapat memastikan kapan deklarasi pencalonannya di Pilgub Jatim 2018. Dia membantah adanya kabar rencana deklarasi pencalonannya pada bulan ini.
"Saya tidak pernah bilang bulan ini. Kan Sampean yang ngomong. Kalau saya ASA, as soon as posible," kata Khofifah dalam acara Pencairan Dana Non Tunai Program Keluarga Haraman di Pendopo Pringitan Kabupaten Malang, Senin (20/11).
Khofifah menegaskan, proses penentuan pendamping dirinya di Pilgub Jatim sedang berjalan. Pembicaraan sedang berlangsung di tingkat para pemimpin partai politik.
Jika pembicaraan dinyatakan final baru akan diumumkan dan dilanjutkan deklarasi. Saat sekarang, sedang dalam tahap memusyawarahkan calon wakil.
"Kita akan update kalau sudah final, nal, nal. Sudah tuntas, tas. Mohon sabar sedikit, mudah-mudahan segera sepakat. Mudah-mudahan ASA," katanya.
Khofifah yang juga Ketua Muslimat NU ini enggan menyebut secara langsung nama-nama kandidat yang akan mendampinginya. Nama-nama itu katanya akan diumumkan setelah disepakati oleh para partai pengusung.
"Saya tidak punya kewenangan menyebut nama, karena sedang dimusyawarahkan dengan seluruh partai politik," terangnya.
Tim sembilan pimpinan KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah telah melakukan penyaringan 10 bakal calon wakil yang akan dipasangkan dengan Khofifah. Dari nama-nama yang dijaring, mengerucut dua nama yang hingga saat ini masih dirahasiakan oleh para kiai pendukung Khofifah.
Namun 'berseliweran' dua nama dimaksud adalah putra Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Bupati Trenggalek, Emil Dardak. Selain itu juga muncul nama Ipong Muchlisoni (Bupati Ponorogo).
Khofifah sendiri tampak hadir didampingi salah satu anggota tim sembilan, Nyai Mutammimah Hasyim Muzadi. Mereka sempat menggelar pertemuan bersama Ketua DPW NasDem yang juga Bupati Malang, Rendra Kresna.
Isu perpecahan kiai
Situasi memanas mengiringi munculnya dua nama sesama kader Nahdlatul Ulama (NU) dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018. Para kiai dan pesantren dipastikan terlibat dalam aksi dukung-mendukung calon masing-masing.
Khofifah menilai kondisi tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Keterlibatan para kiai dalam perjalanan sejarah dan Politik selama ini telah membuktikannya.
"Proses berdemokrasi di lingkungan kiai sudah sangat advace," tegasnya.
Sebelumnya, KH Sholahudin Wahid melontarkan kekhawatirannya atas majunya dua kader NU. Pernyataan itu disampaikan Gus Sholah, dalam sambutannya di acara pelantikan pengurus HISSNU, Minggu (12/11). Pihaknya menilai kondisi tersebut kurang baik dengan kemungkinan munculnya gesekan sesama tokoh NU.
"Saya rasa hari ini, kita sudah belajar puluhan tahun tentang bagaimana berdemokrasi. Ketika NU menjadi partai dan berafiliasi ke PPP maka kiai-kiai NU sebagian besar yang punya passion di politik berafiliasi ke PPP, " jelas Khofifah.
Seiring waktu, hingga akhirnya KH Abdurachman Wahid (Gus Dur) mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Para kiai pun menyikapi dengan berbeda-beda yang menunjukkan kedewasaan dalam bersikap dan berpolitik.
"Sejak itu kita sudah melihat bahwa ada afiliasi yang berbeda-beda, ada yang tetap istiqomah di PPP seperti KH Maemun Zubair, ada yang kemudian ke PKB. Tapi jangan lupa, ada yang terafiliasi juga ke Golkar saat itu," katanya.
Seperti diketahui, dua kader NU hampir dipastikan akan berhadapan dalam Pilgub Jatim 2018. Ketua Muslimat NU yang juga Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa diusung oleh Partai Nasdem, Partai Golkar, PPP dan Partai Demokrat. Sementara Syaifullah Yusuf, salah satu Ketua NU memastikan maju berdampingan dengan tokoh muda NU, Abdullah Azwar Anas. Keduanya diusung oleh PKB dan PDIP.
"Proses itu bisa dibedakan oleh para kiai. Sangat banyak juga kan kiai yang tidak teraviliasi dengan kekuatan partai politik mana pun," tambah Khofifah menegaskan.
Baca juga:
Di Malang, Khofifah gelar pertemuan dengan Ketua NasDem & Nyai Hasyim Muzadi
Dukung Khofifah, Golkar Jatim belum dapat surat rekomendasi dari Pusat
Mensos kirim tim ke Papua beri pendampingan psikososial korban sandera
Deklarasi dukung Khofifah, ketua PPKN tegaskan NU bebas memilih suara
Ini nama dua calon kuat dampingi Khofifah di Pilkada Jatim
Ketum PPP sarankan Khofifah pilih cawagub dari daerah Mataraman
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.