Kongres Demokrat super cepat, giliran susun pengurus SBY lambat
Dua minggu sejak kongres, baru jabatan Sekjen saja yang beredar meski belum ada nama-nama yang diusulkan.
Partai Demokrat telah menyelenggarakan kongres pada awal Mei lalu dengan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum secara aklamasi. Namun kongres ini justru terasa dipercepat mulai dari tahap persiapan hingga pemilihan ketua umum.
Awalnya, kongres direncanakan digelar pada Februari guna persiapan Demokrat di Pemilu 2019. Padahal, persiapan kongres baru dilakukan saat akhir tahun 2014.
Selain untuk Pemilu 2019, percepatan kongres ini juga karena bakal menghadapi Pilkada serentak pada akhir 2015.
"Karena Pilkada merupakan tahapan dari pemenangan partai politik. Pemenangan Pilkada mata rantai di 2019," kata Agus kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta.
Agus sendiri membantah percepatan kongres guna menjegal kader lain untuk maju di kongres melawan incumbent SBY. Namun nyatanya, meski kongres ini tetap dilaksanakan pada Mei, SBY pada akhirnya menjadi calon ketua umum tunggal.
Bahkan, sekitar 4 jam setelah Kongres IV Partai Demokrat dibuka, SBY resmi ditetapkan terpilih sebagai ketua umum periode 2015-2020 secara aklamasi. Pencalonan SBY terbilang mulus karena tidak ada penolakan atau interupsi dari peserta sidang paripurna.
Sayangnya, setelah terpilih, SBY belum mampu menentukan struktur pengurus DPP Demokrat periode 2015-2020 dengan cepat. Dua minggu sejak kongres, baru jabatan Sekjen saja yang beredar meski belum ada nama-nama yang diusulkan.
Hal ini tentunya tidak seimbang dengan persiapan super cepat yang dilakukan dalam menetapkan SBY sebagai ketua umum partai.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi menilai lamanya SBY membentuk struktur karena mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya dapat merangkul semua kelompok di tubuh Demokrat.
"Saya rasa SBY sedang merumuskan pengurus yang bisa mencakup semua kalangan. SBY bisa membawa kepengurusan Partai Demokrat lebih lengkap dan bisa menampung semua aspirasi. Saya rasa ini yang membuat SBY menjadi kesulitan dalam memutuskan," jelas Ari ketika dihubungi merdeka.com, Selasa (26/5).
Selain itu, munculnya faksi-faksi partai membuat SBY lebih hati-hati dalam mempertimbangkan pemilihan nama-nama dalam kepengurusan. Menurutnya, kondisi partai Demokrat sudah berbeda sejak 10 tahun lalu, saat SBY menjabat sebagai presiden.
"Demokrat setelah 10 tahun SBY menjadi presiden sudah berbeda. Sehingga SBY harus lebih hati-hati dalam memilih siapa yang akan menjadi pengurus partai. Jadi saya rasa wajar karena waktu dua minggu itu masih terbilang waktu yang sebentar untuk menentukan kepengurusan," pungkas dia.