KPU DKI sebut selama masa kampanye 3 paslon suka saling sindir
Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta mengakui bahwa tiga kandidat di Pilgub DKI Jakarta kerap menampilkan politik saling sindir selama masa kampanye sejak Oktober lalu. Untuk itu, mereka berharap warga ibu kota kembali bersatu usai pesta demokrasi selesai.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta mengakui bahwa tiga kandidat di Pilgub DKI Jakarta kerap menampilkan politik saling sindir selama masa kampanye sejak Oktober lalu. Untuk itu, mereka berharap warga ibu kota kembali bersatu usai pesta demokrasi selesai.
Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno mengatakan, pihaknya sengaja memberikan pertanyaan tentang kelebihan para calon pada sesi terakhir debat. Harapannya masing-masing peserta pesta demokrasi menghargai kelebihan lawannya.
"Itu ditanyakan pada sesi terakhir karena selama ini mereka saling menyindir. Kami ingin melihat bahwa sesungguhnya masing-masing paslon memiliki kelebihan yang layak dan diapresiasi pasangan lain," kata Sumarno usai debat di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (10/2) malam.
Untuk diketahui, calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno mendapat kesempatan pertama memberi kesan positif lawan-lawannya.
Anies mengatakan, kebanyakan warga ibukota menginginkan gubernur baru dan perubahan. Sebab selama kampanye telah bekerja bersama warga, relawan, dan partai politik pendukung.
"Alhamdulillah selama empat bulan ini kami bekerja bersama-sama. Kami hadir di sini untuk menjawab keinginan warga Jakarta untuk gubernur baru," ungkap Anies.
Sementara, calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono dalam pernyataan terakhirnya berkata bahwa Jakarta butuh perubahan dan pemimpin baru untuk lima tahun mendatang.
"Kegagalan bisa diperbaiki, namun perbaikan karakter sangat sulit (dilakukan)," ujar Agus.
Sedangkan, calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama malah menunjukkan kinerjanya mengubah kawasan eks lokalisasi Kalijodo menjadi taman kota. Bahkan dia kembali menyindir para pesaingnya ibarat Om dan Tante tengah merayu anak kandungnya.
"Jadi memimpin Jakarta seperti hubungan orang tua dan anak-anak. Kami ingin anak-anak sehat, punya Budi pekerti baik. Makanya saya katakan, janganlah karena mau jadi gubernur merusak aturan yang sudah dibuat orang tua," tegas Ahok.