Loyalis: Kalau Bamsoet Tak Maju Munas Golkar Malah Melukai Pendukung
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) disebut akan tetap maju dalam Munas Golkar Desember 2019 nanti. Setelah sebelumnya, Bamsoet disebut cooling down dan menyatakan mendukung Airlangga sebagai ketua umum.
Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) disebut akan tetap maju dalam Munas Golkar Desember 2019 nanti. Setelah sebelumnya, Bamsoet disebut cooling down dan menyatakan mendukung Airlangga sebagai ketua umum.
Tim Pemenangan Bamsoet, Nofel Saleh Hilabi menegaskan, Bamsoet memang harus maju di Munas Golkar 2019. Sebab jika tidak, hal itu malah melukai para pendukungnya.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
"Mas Bamsoet memang harus maju. Jadi kalau mas Bamsoet tidak maju itu melukai seluruh pendukung dan pengusung kalau dia tidak maju, karena mas Bamsoet maju bukan keinginan dia sendiri, mas Bamsoet maju dapat dorongan dari teman-teman di daerah dan teman-teman pengurus pleno yang tergabung dalam tim pemenangan Bamsoet," jelas Nofel saat dihubungi merdeka.com, Kamis (31/10).
Nofel juga menegaskan, tidak ada perjanjian bahwa jabatan ketua MPR yang dipegang Bamsoet saat ini sebagai bentuk kesepakatan tak boleh lagi maju di Munas Golkar. Pada akhir September lalu, Airlangga dan Bamsoet bertemu, setelah itu muncul keputusan ketua MPR.
"Enggak ada hal-hal kaya gitu, enggak ada, Mas Bamsoet mendukung Airlangga sebagai ketum karena memang Golkar saat ini di bawah kepemimpinan Airlangga masa enggak dukung. Kalau Ketua MPR, kan tidak cuma didukung Golkar, tapi parpol lain," kata Nofel.
Ketum Golkar Jangan Rangkap Menteri
Dia menegaskan, setiap kader berhak mencalonkan diri sebagai ketua umum di Munas Golkar. Apalagi, jika kader tersebut mendapatkan dorongan dari pemilik suara di munas. Ketum Airlangga tidak berhak melarang kader untuk maju.
"Jadi kalau misalkan, Airlangga bilang enggak bisa maju karena sudah jadi ketua MPR berarti sifat dia otoriter enggak bagus, buat partai," tambah Nofel lagi.
Dia juga tak ingin ketua umum Golkar merangkap jabatan sebagai menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf. Hal itu akan menjadikan tugas menteri Jokowi semakin berat.
"Kalau bisa (ketum Golkar) jangan yang jadi pembantu presiden. Jadinya nanti yaitu kasus menteri rapat-rapat Glkar di kantor menko, kerjaannya menko kan berat, banyak," tutup dia.
Jadi Ketua MPR Bukan Karena Airlangga
Setelah sempat menyatakan diri untuk cooling down di pertarungan Munas Golkar, Bambang Soesatyo disebut akan kembali berkontestasi dengan Airlangga Hartarto. Hal ini diungkap oleh loyalis Bamsoet, Darul Siska.
"Tetap maju," kata Darul kepada merdeka.com, Kamis (31/10).
Bamsoet sempat menyatakan cooling down setelah melakukan pertemuan dengan Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa Bamsoet akan dicalonkan Golkar menjadi ketua MPR.
Namun menurut Darul, terpilihnya Bamsoet jadi ketua MPR bukan karena restu dari Airlangga. Tapi atas rekomendasi partai Golkar.
Sementara untuk Munas Golkar, Bamsoet disebut tak bisa mengelak dari desakan pimpinan DPD partai. Bamsoet diklaim didukung banyak kader untuk menjadi ketua umum Golkar.
"Mas Bambang Soesatyo jadi Ketua MPR karena dukungan Partai, Mas Bambang Soesatyo tak mengelak dari tanggung jawab karena didesak oleh pimpinan DPD dan kader-kader untuk memimpin dan membesarkan partai," tambah Darul.
Sempat Cooling Down
Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo bertemu, Jumat 27 September lalu. Hasilnya, Bamsoet memutuskan mendukung pencalonan Airlangga di Munas Golkar.
Bamsoet menjelaskan, hal ini dilakukan guna menjaga soliditas partai. Terlebih saat ini tengah terjadi berbagai isu di Tanah Air yang butuh perhatian elite politik.
"Untuk sementara ini, saya cooling down dulu. Memutuskan untuk mendukung pencalonan beliau (Airlangga)," jelas Bamsoet kepada merdeka.com, Sabtu (28/9).
Dia tak ingin kegaduhan terjadi di internal Golkar menambah beban Presiden Jokowi. Ditambah, kondisi dan situasi negara yang tengah menghadapi banyak persoalan.
Golkar sebagai partai pemerintah, harus mendukung dan menjaga stabilitas politik Jokowi. Terlebih jelang pelantikan Jokowi-Maruf Amin 20 Oktober nanti.
Bukan cuma itu, Bamsoet juga akhirnya menerima tawaran untuk menjadi Ketua MPR dari Golkar. Hal itu yang ditawarkan oleh Airlangga dalam pertemuan semalam.
"Beliau meminta saya jadi calon ketua MPR," tambah Ketua DPR itu.
Untuk pencalonan di Munas Golkar 2019, Bamsoet sekali lagi menegaskan ingin menjaga soliditas partai.
"Saya cooling down dulu, karena pertarungan pendukung saya dan beliau keras sekali," tutup dia.
(mdk/rnd)