LSI Denny JA akui konsultan Golkar di Pemilu 2014
"Ya, kalau partai hanya Golkar," kata Peneliti LSI, Adjie Alfaraby.
Lingkaran Survei Indonesia ( LSI ) mengakui pihaknya menjadi konsultan politik Partai Golkar di Pemilu 2014. Namun, lembaga pimpinan Denny JA itu membantah telah memainkan hasil riset demi kepentingan partai pimpinan Aburizal Bakrie itu.
Peneliti LSI , Adjie Alfaraby, mengungkapkan sebagai lembaga riset sekaligus konsultan politik, pihaknya memang mempunyai sejumlah klien untuk Pemilu 2014.
"Jadi bukan hanya Golkar yang kita dampingi," kata Adjie saat dihubungi merdeka.com, Senin (21/10).
Menurut Adjie, banyak caleg dari parpol lain, seperti Partai Demokrat yang menjadi klien LSI . Namun, saat ditanya lagi apakah klien dari parpol hanya Golkar, dia mengiyakan.
"Ya, kalau partai hanya Golkar," kata master komunikasi politik jebolan Universitas Indonesia (UI).
Meski demikian, Adjie meminta publik membedakan divisi riset dan konsultasi di LSI . Menurutnya, divisi riset akan tetap independen dan merilis hasil penelitian ilmiah ke publik.
Sementara soal Pilpres 2014, kata Adjie, pihaknya belum kerjasama dengan capres mana pun. "Untuk Pilpres 2014 belum ada kontrak," kata Adjie seraya mempersilakan bertanya soal kontrak ke bagian konsultan.
Fakta LSI sebagai konsultan politik Golkar terkuak setelah lembaga riset sekaligus konsultan politik itu 'menghilangkan' nama Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto dalam rilis hasil survei terbaru.
Menanggapi hasil survei LSI itu, sejumlah petinggi PDIP malas berkomentar. "Buat apa komentari hasil survei LSI yang konsultannya Golkar dan Ical," ujar seorang petinggi partai banteng.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Patrice Rio Capella bahkan menanggapi sinis hasil survei LSI yang menyatakan partainya terancam tidak lolos Parliamentary Threshold 3,5 persen.
"LSI Denny JA ini dalam surveinya selalu memenangkan Golkar, berbeda dengan lembaga survei yang lain. Jadi kita (NasDem) tahu apa agenda yang dibawanya. Oleh karena itu NasDem melihat ini survei lucu-lucuan karena tidak sesuai dengan fakta di lapangan," kata Patrice Rio Capella saat dihubungi, Senin (21/10).