Menakar Peluang Ketum Golkar di Pilpres 2024
Bukan masalah jika saat ini nama Airlangga masih urutan bawah di sejumlah survei Capres 2024. Dia bilang, peluang Airlangga tetap ada karena di 2024 tidak ada petahana yang maju Capres.
Pemilihan Presiden akan digelar 3 tahun lagi. Seluruh partai politik mulai memanaskan mesin partai. Tak terkecuali Partai Golkar.
Golkar sudah mengambil ancang-ancang. Menyatakan bulat mendukung Airlangga Hartarto menjadi calon Presiden di Pilpres 2024. Keputusan mengusung Airlangga keluar saat Musyawarah Nasional Golkar tahun 2019, lalu dikukuhkan pada Rapimnas Golkar 2021.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Kapan Airlangga menyampaikan klaim dukungan Partai Golkar untuk Prabowo-Gibran? Hal itu disampaikan Airlangga dalam acara buka puasa bersama jajaran Partai Golkar dengan Prabowo-Gibran, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Jumat (29/3).
-
Kenapa banyak Ketua DPD Golkar ingin Airlangga Hartarto kembali memimpin secara aklamasi? "Makanya cukup rasional jika DPD ingin aklamasi untuk AH," jelasnya. Dia menambahkan, tidak mudah untuk Golkar meraup suara maksimal di Pemilu karena tidak ada kader yang bertarung di Pilpres 2024.
2024 menjadi momentum partai berlambang beringin kembali ambil bagian dalam Pilpres. Terakhir kali Golkar mengusung jagoan pada Pilpres 2009.
Saat itu, Golkar mengusung Jusuf Kalla yang berstatus ketua umum Golkar, maju sebagai Capres. JK menggandeng Wiranto sebagai cawapres yang baru mendirikan Partai Hanura. Deklarasi terbilang cepat di saat partai-partai lain masih membangun koalisi.
Pasangan JK-Win bersaing dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto. Di akhir pertarungan, JK dan Wiranto kalah dengan mendapatkan suara terkecil. SBY-Boediono keluar sebagai pemenang.
Dua Pilpres setelahnya pada 2014 dan 2019, Golkar selalu absen mengusung kader sendiri. Padahal, berkuasa telah menjadi DNA Partai Golkar. Selama 32 tahun, Golkar kerap menjadi jawara setiap pemilu berkat eksisnya sosok Soeharto. Pasca-reformasi, ketika pilpres dihelat secara langsung dan demokratis, Golkar selalu mengusung calon meskipu kalah dalam pertarungan.
Namun, Pilpres 2014 dan 2019, tidak ada kader Golkar yang dianggap mumpuni. Baik segi elektoral maupun basis dukungan untuk bersaing dalam kontestasi politik 5 tahunan itu.
Pada Pilpres 2014, riak-riak menentukan capres dan mitra koalisi terjadi di tubuh Golkar. Awalnya, Golkar ingin mengusung Aburizal Bakrie menjadi capres. Sayang, Golkar seperti kesulitan mencari mitra koalisi untuk mengusung Ical.
Ical akhirnya merapat ke koalisi Merah Putih mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Internal beringin bergolak lantaran Jusuf Kalla sebagai politisi senior Golkar dipilih Jokowi sebagai cawapres. Hasilnya, Jokowi-JK mengalahkan Prabowo-Hatta.
©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman
Lima tahun berlalu. Golkar berambisi menyandingkan Airlangga menjadi cawapres Joko Widodo yang maju untuk periode kedua. Raihan 14,75 persen suara pada Pemilu 2014 menjadi bargaining Golkar mengusung Airlangga jadi Cawapres.
Pada akhirnya harapan itu kandas. Jokowi memilih mantan Ketua MUI Ma'ruf Amin sebagai pasangannya. Ini adalah catatan sejarah Partai Beringin tak memiliki calon presiden untuk pertama kali dalam pemilu.
Golkar Tunggu Keputusan Airlangga
Ketua Bappilu Partai Golkar, Maman Abdurachman mengatakan kader tidak memaksa Airlangga Hartarto untuk langsung setuju menjadi Capres 2024. Semua keputusan kembali kepada Airlangga. Golkar juga memberikan kesempatan bagi Airlangga fokus bekerja mengatasi Covid-19 dan memulihkan ekonomi negara.
"Kita bulat mendukung Pak Airlangga menjadi Capres, namun sepenuhnya kita serahkan keputusan kepada Pak Airlangga Hartarto," ucap Maman.
Setelah diputuskan jadi Capres dari Golkar, Airlangga mulai aktif mencari dukungan. Airlangga bergerak menemui ketum-ketum partai. Ketum PPP Suharso Monoarfa, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto hingga Ketum Partai NasDem diajak diskusi. Mereka membahas prospek ekonomi Indonesia jangka pendek-panjang dan agenda politik 2024.
"Itu (koalisi pilpres 2024) akan dibahas lebih lanjut. Yang penting kita kerja samakan untuk pekerjaan pemerintahan ke depan yang membutuhkan dukungan dari pemerintah maupun di parlemen, itu yang kami bahas agar perekonomian kita tumbuh di atas 6 persen di 2023," ujar Airlangga usai bertemu Suharso.
Memanfaatkan Posisi KPC-PEN
Di masa pandemi, Airlangga yang ditunjuk Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) juga berupaya membangun simpatik publik lewat kinerja mengatasi dampak pagebluk.
Tren elektabilitas Partai Golkar terus naik di survei. Hal ini dinilai sebagai respons terhadap kinerja Airlangga Hartarto sebagai Menko Ekonomi dalam menangani pandemi Covid-19.
Dalam temuan survei Indikator, sebanyak 65,7 persen masyarakat menyatakan sangat puas dengan penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah.
©2021 Foto: Lutfi/Humas Ekon
Prestasi tersebut dianggap menjadi insentif elektoral untuk Airlangga yang bertindak sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
"Karena publik semakin merespons positif kerja-kerja Ketua Umum DPP Partai Golkar dan seluruh kader-kader Partai Golkar dalam penanganan Covid-19," kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menjelaskan.
Elektabilitas Airlangga di survei
Elektabilitas Airlangga di sejumlah survei lembaga riset mengalami fluktuasi atau naik turun. Di satu survei, Airlangga moncer berada di tiga besar Capres unggulan, di survei lainnya jeblok keluar dari 10 besar.
Dalam survei Akar Rumput Strategi Consulting (ARSC) misalnya. Airlangga masuk dalam tiga menteri teratas yang dipercaya masyarakat sebagai Capres 2024. Tren ini tak lepas dari peran Airlangga sebagai Menko Perekonomian.
Airlangga berada di urutan ketiga dengan elektabilitas 9,79 persen. Dia menempel Sandiaga Uno dengan elektabilitas 25,26 persen dan Prabowo Subianto 19,17 persen.
Bahkan di survei KedaiKOPI, Airlangga mendapat elektabilitas tertinggi dengan angka 17,6 persen sebagai tokoh partai politik yang cocok menjadi Presiden di tahun 2024. Di urutan kedua ada Prabowo Subianto 15,6 persen dan Sandiaga Uno 13,7 persen.
Sementara, pada survei Charta Politika Indonesia, nama Airlangga hilang dari bursa capres. Survei tersebut menunjukkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjadi capres unggulan dengan 19,2 persen. Survei digelar pada 20-24 Maret 2021.
Setelah Prabowo, ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan perolehan suara 16 persen, kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 12,6 persen. Urutan berikutnya, ada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno 9,3 persen, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 8,1 persen.
Tokoh-tokoh lain yang mendapatkan perolehan suara dalam survei itu, di antaranya Menteri Sosial Tri Rismaharini dengan perolehan suara 5,3 persen, kemudian Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 4,8 persen, Menkopolhukam Mahfud MD 3,8 persen, Menteri BUMN Erick Thohir 2,1 persen, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko 1,3 persen, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI Puan Maharani 1,2 persen, dan Gatot Nurmantyo 0,6 persen.
Peluang Airlangga di Pilpres 2024
Peluang Airlangga Hartarto maju sebagai Capres disorot oleh analis politik Ujang Komarudin. Ujang menyebut, bahwa saat ini semua Capres masih memiliki kesempatan dan peluang yang sama. Sebab, perhelatan Pilpres 2024 masih lama sekitar 3 tahun lagi.
Apalagi, kata Ujang, Golkar masuk 3 besar partai dengan perolehan suara terbanyak pada pemilu sebelumnya. Yang tentunya akan menjadi magnet bagi partai lain merapat ke Golkar.
"Airlangga pun punya kesempatan yang sama. Sekarang dan kedepan, tinggal bagaimana Airlangga bisa menaikkan elektabilitasnya," kata Ujang.
©2021 Merdeka.com/istimewa
Menurutnya, bukan masalah jika saat ini nama Airlangga masih urutan bawah di sejumlah survei Capres 2024. Dia bilang, peluang Airlangga tetap ada karena di 2024 tidak ada petahana yang maju Capres.
"Karena tak ada incumbent di 2024. Airlangga masih punya peluang. Peluang tuk bisa unggul. Namun semuanya tergantung pada rakyat. Karena rakyat secara langsung yang akan memilih," kata dia.
Ujang bilang, Airlangga masih ada waktu untuk menaikkan elektabilitas. Ia harus turun ke bawah dan jangan bersikap elitis.
"Mendekati rakyat. Hadir di tengah-tengah rakyat yang sedang susah. Turun ke bawah, mesti merakyat, dan jangan elitis," bebernya.
Ujang meyakini figur Airlangga masih dilirik parpol lain untuk 2024. Sebab, suara Golkar yang tinggi membuat parpol lain akan merapat.
Baca juga:
Peringati HUT Ke-19, PP KPPG Gelar Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal
Bulat Dukung Airlangga Capres, Golkar Tak Takut Duet Gerindra-PDIP di 2024
Survei Parpol: PDIP Teratas, Demokrat Salip Golkar, Partai Ummat 10 Besar
Golkar: Kami Solid Dukung Airlangga Sebagai Capres 2024
Sekjen Golkar: Perang Opini Pilpres 2024 Sudah Dimulai