Menang konvensi, nasib Dahlan Iskan bisa mirip dengan Fujimori
Istilah Dahlan, ibaratnya dapat cokelat yang enak tapi cokelatnya sudah diambil orang.
Nama Dahlan Iskan keluar sebagai pemenang dalam konvensi Demokrat dengan mendapat suara 17,5 persen. Namun sayang, kemenangan itu tidak dapat menghantarkan dia menjadi kontestan merebut posisi nomor satu di Indonesia. Atau dalam istilah Dahlan, ibaratnya dapat cokelat yang enak tapi cokelatnya sudah diambil orang.
"Pilpres 2014 ibarat permainan kartu. Keputusan SBY melepas Dahlan Iskan ibarat melepas kartu Joker yang dipasangkan dengan siapapun pasti menang," ujar Eko Pardede, Koordinator Demi Indonesia Communication Center (DICC) yang merupakan media center Dahlan Iskan dalam rilis yang diterima merdeka.com, Sabtu (17/5).
Menurut Eko, Partai Demokrat mestinya perlu belajar dari pengalaman Pemilu 1990 di Peru yang memenangkan Alberto Fujimori. Jika ada partai lain yang mau membangun koalisi dan mengusung Dahlan Iskan sebagai Presiden, maka kejadian Fujimori bisa terulang.
"Meski elektabilitas Fujimori awalnya hanya satu persen, di putaran kedua dirinya mampu memenangkan Pemilu Presiden," tegas Eko.
Kompetitor Fujimori adalah tokoh-tokoh besar dengan popularitas dan elektabilitas tinggi, yaitu Alan Garcia, incumbent dari APRA (Sayap Kiri) dan Liberalis Mario Vargas, seorang akademisi dan juga novelis yang paling tinggi popularitasnya saat itu.
Pesaing Fujimori ini berada di dua sisi, satu fasis dan satu lagi liberalis. Membuat masyarakat mencari calon alternatif yaitu Fujimori. Hasilnya, pemilu putaran pertama dimenangkan Mario Vargas 28 persen disusul Fujimori 24 persen. Tetapi pada putaran kedua Fujimori balik didukung oleh APRA dan menang 57% dimana Vargas hanya 34%.
Ini bisa mirip dengan kejadian Pilpres 2014 di Indonesia. Di mana 2 poros yg terbentuk saat ini memiliki posisi saling menyerang dengan kekurangan masing-masing, penting diingat bahwa menurut survei terakhir elektabilitas Prabowo dan Jokowi ditotal hanya 19 persen dan 31 persen versi Indikator).
Jadi ada 50% potensi suara yg bisa direbut Dahlan Iskan untuk memaksa pemilu 2 putaran. Walaupun mungkin suaranya pada putaran pertama antara 19 persen-31 persen. Tetapi pada putaran kedua, yang kalah akan balik dukung Dahlan Iskan dan bisa mengalahkan pemenang pemilu putaran pertama.