Mengukur soliditas koalisi Prabowo hadapi 2019
Mengukur soliditas koalisi Prabowo hadapi 2019. Koalisi ini telah membentuk koalisi di lima Pilkada provinsi. Di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluku Utara. Ketiganya sepakat bahwa koalisi ini dilakukan untuk bersiap menyambut Pemilu 2019.
Partai Gerindra, PKS dan PAN sepakat membangun koalisi pada Pemilu Presiden 2019. Dengan syarat 20 persen threshold, koalisi ketiga partai ini bisa mencalonkan presiden dan wakil presiden di pemilu tahun depan.
Dari hasil Pemilu 2014, Gerindra memiliki 13 persen kursi DPR, PAN 8,8 persen dan PKS sebesar 7,1 persen. Total, koalisi ini memperoleh 28,9 persen kursi DPR.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Bagaimana Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Koalisi ini telah membentuk koalisi di lima Pilkada provinsi. Di antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Maluku Utara. Ketiganya sepakat bahwa koalisi ini dilakukan untuk bersiap menyambut Pemilu 2019.
Tak cuma di tingkat provinsi, khususnya Gerindra dan PKS terlihat sangat solid juga di Pilkada tingkat kabupaten kota yang menggelar elektoral pada 2018 ini. Sebut saja, Banyumas, Kudus, Magelang dan kota Tegal, partai pimpinan Prabowo Subianto dan Sohibul Iman ini tak terpisahkan.
"Semua masih bisa berubah menjelang 2019, tapi yang terdekat PKS sudah membangun koalisi di Pilkada 5 gubernur dengan Gerindra dan PAN," kata Wasekjen PKS, Mardani Ali Sera saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (12/1).
PKS juga memahami tentang pembagian komposisi capres dan cawapres tahun depan. Menurut Mardani, PKS menyerahkan sepenuhnya jatah capres kepada pemilik suara terbesar di koalisi ini yakni Partai Gerindra.
Pertemuan Gerindra-PKS-PAN bahas Pilkada 2018 ©2017 Merdeka.com/Intan Umbari
Meskipun, dia menggarisbawahi, PKS belum tentu mendukung Prabowo Subianto sebagai capres, sebab hal itu perlu dibicarakan lebih dulu di internal maupun koalisi. Dia juga berharap, PKS bisa mengikutsertakan kadernya dalam kontestasi Pilpres tahun depan.
"Kalau melihat porsi suara, partai yang sangat mungkin ambil pos capres Gerindra, cawapres PKS dan PAN, nanti tinggal berbincang saja, karena bisa nambah (koalisinya)," kata Mardani.
Seberapa solid koalisi Prabowo ini?
Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran, Firman Manan merasa yakin bahwa koalisi ini solid khususnya Gerindra dan PKS. Sebab keduanya merepresentasikan kekuatan oposisi. Dia pun menyarankan kepada Gerindra dan PKS memantapkan diri untuk mendorong kandidat apakah itu Prabowo atau calon lain untuk dihadapkan dengan incumbent Joko Widodo (Jokowi).
"Gerindra dan PKS bagaimanapun merepresentasikan kekuatan kubu oposisi di luar pemerintahan. Dari sisi itu, memang secara rasional untuk 2019 seharusnya PKS dan Gerindra memantapkan diri untuk mendorong kandidat yang berhadapan dengan Presiden Jokowi," kata Firman saat dihubungi, Jumat (12/1).
Firman mengakui bahwa kesepakatan koalisi memang selalu pragmatis, dukung siapa dapat apa. Namun Firman menilai, perdebatan koalisi tidak akan sealot di Pilkada serentak. Karena Pilpres memiliki banyak kursi untuk dibagikan.
Dengan demikain, Firman yakin, baik PAN maupun PKS tidak akan alot memperebutkan kursi wapres. Sekalipun, PKS ingin mengusung sang presiden, Sohibul Iman dan PAN ingin memajukan Zulkifli Hasan sebagai pendamping Prabowo misalnya.
"Kalau untuk presiden saya pikir pilihannya banyak, tidak semata presiden dan wapres, ada kursi menteri, ada jabatan eksekutif lain misalnya BUMN. Akan lebih leluasa konsesinya untuk partai koalisi," kata Firman.
anies prabowo dan sohibul iman ©2017 Merdeka.com/anisya
"Partai itu tidak akan terlalu ngotot menjadi wakil presiden, sementara kalau mereka bisa mendapatkan konsesi lain," tambah Firman.
Di sisi lain, Golkar, PPP, NasDem dan Hanura telah mendeklarasikan diri mendukung Presiden Jokowi. Ditambah PDIP, meski belum deklarasi, tapi hampir dipastikan kembali mengusung kadernya itu di Pemilu 2019.
Firman lebih menyangsikan soliditas koalisi ini. Apalagi, jika elektabilitas Jokowi jelang pilpres terus merosot.
Sebab, koalisi bisa terbentuk karena faktor utama yakni elektalitas kandidat. Jokowi sejauh ini, kata dia, memiliki elektabilitas tinggi, punya magnet elektoral dan magnet partai. Jokowi juga saat ini disebut masih yang paling populer dan masyarakat masih senang dengan sosok mantan wali kota Solo itu.
"Sebetulnya yang akan menentukan soliditas, ke depan apakah kinerja pemerintahan itu membaik atau memburuk. Misalnya perekonomian, politik, keamanan, kalau itu membaik itu akan menjadi insentif bagi Presiden Jokowi. Yang akan dilihat paling tidak dia bertahan atau lebih itukan ditentukan oleh kinerja pemerintahan. Itu yang akan menjaga koalisi pemerintah tetap solid," terang Firman.
Dari peta koalisi di atas, tinggal Demokrat dan PKB yang tersisa. Kedua partai ini sudah menyiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Muhaimin Iskandar sebagai tokoh yang didorong ikut Pilpres 2019.
Firman menduga, dua poros tengah ini hanya tinggal menunggu antara kubu Jokowi dan Prabowo mana yang mau memberikan jatah wakil presiden. Tapi Firman punya prediksi, bahwa PKB terlihat cenderung akan merapat ke kubu pemerintah. Sementara Demokrat masih bisa bermain di 'gray area' karena sejak awal memposisikan diri sebagai partai penyeimbang antara pemerintah dan oposisi.
"Ini juga poros koalisi masih sangat cair, tidak permanen, jadi tergantung tingkat elektabilitas, kalau mendekati 2019 ada tokoh figur yang punya elektabilitas menyaingi Jokowi dan Prabowo, bukan tidak mungkin muncul koalisi alternatif," tutup Firman.
Baca juga:
'Yang menentukan Pak Jokowi terpilih atau tidak adalah kinerja beliau'
Soal verifikasi faktual, PAN sebut putusan MK ganggu persiapan Pemilu 2019
Soal Pilpres 2019, PKS berikan jatah capres pada Gerindra
Ambang batas Capres 20%, PKS pastikan koalisi dengan Gerindra dan PAN
Usai putusan MK soal PT, Demokrat tetap pertimbangkan usung kadernya di Pilpres 2019
PPP prediksi Pilpres 2019 akan mengulang pertarungan Jokowi dan Prabowo
Peta Pilpres pasca putusan MK, Prabowo diprediksi tak nyapres