Nurdin Halid diminta sebut nama caketum Golkar bagi-bagi dollar
"Sebaiknya kalau masih isu jangan dibawa ke ranah publik. Harusnya jadi catatan dan diselidiki," sindir Mahyudin.
Petinggi Golkar, Nurdin Halid, menyebut ada calon ketua umum bagi-bagi dollar pada anggota DPD II agar terpilih. Sebagai salah satu calon ketum, politikus Golkar, Mahyudin, mengaku tak tahu siapa yang dimaksud Nurdin tersebut.
Mahyudin mengatakan tak akan berbuat hal yang merendahkan dirinya. "Saya tidak punya duit kalau seperti itu. Jadi sudah pasti bukan kita. Kalau saya, soal menjual pikiran konsep visi dan misi mengangkat saya tidak harus merendahkan diri saya seperti itu," kata Mahyudin di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (19/2).
Dia mengatakan, Nurdin sebaiknya tak melempar isu panas ke publik. Jika mengantongi bukti, Nurdin sebaiknya menyelidiki itu secara internal.
"Saya sih belum tahu yang disebut oleh Pak Nurdin siapa. Tapi, sebaiknya kalau masih isu jangan dibawa ke ranah publik. Harusnya jadi catatan dan diselidiki," jelas dia.
Tak hanya diselidiki secara internal, Mahyudin juga meminta agar hal itu proses secara hukum. Sebab bisa dikategorikan gratifikasi karena kandidat caketum ada yang berprofesi sebagai pejabat negara. yang nota bene sebagai pejabat negara.
"Perlu selidiki secara hukum. Kalau di Golkar kan banyak pejabat, kalau dia dikasih Rp 100 juta atau 10 ribu USD apakah masuk gratifikasi," tukasnya.
Dia pun berharap agar hal itu benar-benar tak terjadi di Munaslub nanti.
"Itu mungkin juga azas praduga tak bersalah, saya berharap tidak ada kejadian seperti itu dalam Munaslub," pungkas Mahyudin.
Baca juga:
Ini penjelasan Nurdin halid soal politik transaksional jelang Munas
Yorrys tak mau berpolemik soal politik uang jelang Munaslub Golkar
Bamsoet juga dengar politik uang di munas, satu suara Rp 2 miliar
Leo usul Golkar dibubarkan jika calon ketum pakai uang negara
Isu politik uang di munas, Bamsoet sebut 'emang kita sinterklas'
Nurdin sebut ada bagi-bagi uang, KPK diminta pantau munas Golkar
Tantowi tantang Nurdin Halid ungkap caketum Golkar bagi-bagi duit
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Siapa yang Nurdin Halid nilai sangat layak untuk memimpin Golkar? Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurdin Halid menilai sosok Airlangga Hartarto masih sangat layak memimpin partai berlambang pohon beringin itu. Perolehan suara di Pemilu 2024 menjadi alasan Nurdin Halid menilai Airlangga sangat mumpuni.
-
Bagaimana Nurdin Halid menilai kinerja Airlangga Hartarto sebagai ketua Golkar? Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Nurdin Halid menilai sosok Airlangga Hartarto masih sangat layak memimpin partai berlambang pohon beringin itu. Perolehan suara di Pemilu 2024 menjadi alasan Nurdin Halid menilai Airlangga sangat mumpuni.
-
Bagaimana Golkar merespon wacana Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Golkar merespons wacana Ridwan Kamil bersedia maju di Pilkada DKI Jakarta karena berasumsi eks Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak akan maju lagi sebagai calon gubernur. Saat itu, Anies merupakan capres yang berkontestasi di Pilpres 2024. Oleh karena itu, Golkar memberikan penugasan kepada Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta dan Jawa Barat.
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Apa yang diusulkan oleh Partai Demokrat terkait penunjukan Gubernur Jakarta? Hal senada juga disampaikan Anggota Baleg Fraksi Demokrat Herman Khaeron. Dia mengatakan, pihaknya tetap mengusulkan agar Gubernur Jakarta dipilih secara langsung. "Kami berpandangan tetap, Pilgub DKI dipilih secara langsung. Bahkan wali kota juga sebaiknya dipilih langsung," kata Herman Khaeron.