PAN Ungkap 'Kapolri Swasta', NasDem Membela Bilang Polisi Profesional
"Polri dalam hal mutasi jabatan dan program pengadaan apapun sudah sangat profesional dari tahun ke tahun, begitu juga di era Kapolri Jenderal Idham Azis saat ini," kata Sahroni, Kamis (25/6).
Anggota Komisi III DPR RI, dari Fraksi PAN, Sarifuddin Sudding mengungkap ‘Kapolri Swasta’ dalam rapat dengan pimpinan Polri di DPR, Rabu (25/6) kemarin. Sudding menyebut para pengusaha ini menguasai proyek di Polri bahkan mengatur mutasi sejumlah pejabat polisi.
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni, menegaskan, tudingan itu mencederai marwah organisasi Polri.
-
Di mana Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berada ketika HUT PP Polri? Pak Kapolri beliau jam 5 sudah berada di Papua, dengan Panglima TNI. Jadi beliau tidak bisa hadir, karena beliau tidak bisa hadir tentunya kita tidak mengikutsertakan para pejabat lainnya. Sehingga murni kita adalah PP Polri pada acara hari ini ya.
-
Bagaimana tanggapan Polri terkait kasus Aiman Witjaksono? "Nanti kita konfirmasi dengan Polda Metro, yang jelas bahwa setiap perbuatan harus dipertanggungjawabkan, sehingga prosedur hukum juga berjalan," kata Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho di Bareskrim Polri, Selasa (5/12).
-
Kapan Partai Kasih dideklarasikan? Sekelompok anak muda Indonesia asal Papua mendeklarasikan mendirikan partai nasional yang diberi nama Partai Kasih pada Minggu 23 Juni 2024 di Jakarta.
-
Kapan Polri mengatur pangkat polisi? Hal itu sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
-
Siapa yang melaporkan Dewan Pengawas KPK ke Mabes Polri? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) buka suara perihal Nurul Ghufron yang melaporkan Dewan Pengawas (Dewas) KPK ke Bareskrim Mabes Polri dengan dugaan pencemaran nama baik.
-
Apa yang diharapkan dari kolaborasi KPK dan Polri ini? Lebih lanjut, Sahroni tidak mau kerja sama ini tidak hanya sebatas formalitas belaka. Justru dirinya ingin segera ada tindakan konkret terkait pemberantasan korupsi “Tapi jangan sampai ini jadi sekedar formalitas belaka, ya. Dari kolaborasi ini, harus segera ada agenda besar pemberantasan korupsi. Harus ada tindakan konkret. Tunjukkan bahwa KPK-Polri benar-benar bersinergi berantas korupsi,” tambah Sahroni.
"Polri dalam hal mutasi jabatan dan program pengadaan apapun sudah sangat profesional dari tahun ke tahun, begitu juga di era Kapolri Jenderal Idham Azis saat ini," kata Sahroni, Kamis (25/6).
Dia menambahkan, proses perencanaan program yang dibuat Polri, baik jangka pendek menengah maupun jangka panjang juga sudah disusun dengan dengan sangat baik, dan melewati proses yang panjang.
"Prosesnya juga panjang dan dukungan dari DPR dan pemerintah juga sudah sangat baik. Dalam hal penegakkan hukum di masyarakat, Polri juga sudah sangat baik walaupun belum sempurna, saya yakin ke depannya bisa semakin baik," ungkap Sahroni.
Dia menjelaskan, jika memang ditemukan rekanan bisnis di Kepolisian yang sama berulang-ulang, hal itu memang karena partner yang bisa memenuhi kualifikasi proyek kebutuhan kepolisian tidak banyak.
"Tidak banyak, karena requirement-nya memang sangat ketat dan standarnya tinggi. Selain itu track recordnya juga harus benar-benar bagus. Tidak bisa ada yang baru ujug-ujug mampu untuk ikutan. Boleh ikutan tapi harus mampu. Silakan saja cek mengenai partner-partner polri ini, saya yakin mereka qualified," pungkasnya.
Kapolri Swasta
Sebelumnya, Sudding meminta Polri untuk mengevaluasi rekanan dalam program-program pengadaan.
Dia mengatakan, sumber anggaran Polri ada yang berasal dari pinjaman luar negeri dan kredit ekspor. Pada tahun 2020, kredit ekspor Polri mencapai sekitar USD590 juta dengan 17 rincian kegiatan.
"Kalau kita lihat agak samar-samar sebenarnya. Jadi banyak kredit ekspor di institusi kepolisian ini kalau saya lihat banyak bidang elektronik," kata dia, Rabu (24/6).
Dia pun meminta Polri untuk mengevaluasi tersebut. Apalagi dia menerima laporan, bahwa pengusaha yang menjadi rekanan Polri dalam proyek-proyek itu merupakan orang yang itu-itu saja.
"Karena ada informasi kredit ekspor yang USD590 juta ini rekanan kepolisian hanya yang itu-itu saja. Saya tahu siapa pengusahanya di situ yang bermain," ungkapnya.
Politikus PAN ini meminta agar pengusaha rekanan Polri tersebut ditertibkan lantaran mereka tidak hanya menjadi partner kerja sama bisnis. Lebih dari itu, lanjut dia, pengusaha rekanan itu mencoba mengatur institusi kepolisian.
"Saya kira rekanan-rekanan di kepolisian ini perlu ditertibkan. Jangan sampai mereka bertindak sebagai Kapolri swasta yang mengatur-atur institusi kepolisian. Karena saya melihat sendiri Pak Wakapolri, pengusaha yang ada di Pacific Place itu tempat kumpulnya para polisi ngatur-ngatur orang-orang yang mau Sespimti ngatur-ngatur yang mutasi dan sebagainya," terang dia.
"Saya kira ini perlu ditertibkan. Sudah kerja proyek di institusi kepolisian, juga ngatur-ngatur institusi kepolisian. Bertindak kayak Kapolri swasta. Saya kira Pak Wakapolri tahu ini orangnya," imbuh Sudding.
Penjelasan Wakapolri
Sementara, Wakil Kepala Polri (Wakapolri) Komjen Gatot Eddy mengatakan, pihaknya sudah melakukan evaluasi terkait belanja barang yang melibatkan rekanan.
Saat ini, pihaknya sedang menyiapkan blue print dan roadmap (peta jalan) terkait apa saja yang menjadi kebutuhan Polri di waktu yang akan datang. Nantinya, belanja yang dilakukan akan berpatokan pada blue print dan peta jalan tersebut. Jadi tidak ada lagi kesan Polri mengikuti kemauan rekanan, tapi rekanan yang mengikuti Polri.
"Kami ingin menyampaikan ke depan supaya efisiensi kita sudah menyiapkan blue print dan roadmap. Jadi 2021 kita sudah tahu barang apa yang harus kita beli. Vendor harus ke sana. Kita tidak mengikuti pada vendor lagi. Ini sedang disusun oleh Pak Asrena dan Pak Aslog,” ucap Gatot.
"Jadi kita 5 tahun ke depan sudah ada (blue print) mulai 2021,” lanjut dia.
Gatot mengatakan, pengadaan barang dengan metode kredit ekspor pada 2020 sebenarnya sudah disusun sejak lima tahun lalu, tepatnya di 2014. Dia mengungkapkan, dari 17 item yang diadakan tahun 2020, cuma satu item yang merupakan peralatan elektronik.
"Kami lihat data Pak disitu ada 17 item yang elektronik hanya satu saja. Yaitu alat komunikasi Pak. Sedangkan yang lain ada kapal, water cannon,” urai dia.
Blue print yang disusun Polri juga untuk menghindari adanya kesan ‘rekanan atau vendor yang itu-itu saja’. Dengan demikian, ke depan rekanan yang akan bekerja sama dengan Polri, akan disesuaikan dengan barang yang dibutuhkan pada tahun itu.
"Terhadap rekanan yang itu-itu saja, maka kita membuat blue print sehingga tahun depan tidak banyak vendor. Karena dia keahliannya A, itu terus yang diadakan. Tahun 2021 silakan itu yang dibeli, tahun 2022 ini (yang dibeli), sesuai dengan kebutuhan. Tentu menyesuaikan dengan perkembangan dan ancaman gangguan keamanan yang kita hadapi,” tegas dia.
(mdk/rnd)