Detik-Detik Menegangkan Penangkapan Tarsum Usai Mutilasi Istri di Ciamis
Karnita meminta warga untuk menjaga jarak aman dan agar tidak berbuat macam-macam yang bisa mengancam keselamatan.
Penangkapan tidak lepas dari peran Serka Karnita.
Detik-Detik Menegangkan Penangkapan Tarsum Usai Mutilasi Istri di Ciamis
Penangkapan Tarsum, pelaku pembunuhan dan mutilasi Yanti, tidak lepas dari peran Serka Karnita, Babinsa Desa Cisontrol, Koramil 1310 Rancah, Kodim 0613 Ciamis. Aksi tersebut pun sempat menyebabkan luka sayatan di perutnya akibat sabetan pisau yang digunakan Tarsum.
Karnita bercerita bahwa awalnya di hari kejadian, Jumat (3/5) sekitar pukul 07.30 dirinya ditelpon Kepala Dusun Sindangjaya dan aparatur Desa Cisontrol. Ia menerima laporan adanya dugaan pembunuhan dan mutilasi.
“Saya langsung minta izin Danramil karena saat itu sedang ada vicon bersama Menteri Pertanian. Setelah dapat izin, saya langsung ke tempat kejadian perkara karena deket, sekitar 15 menit sudah sampai di lokasi,” kata Karnita, Senin (6/5).
Setibanya di lokasi, ia mengungkapkan bahwa ketika itu sejumlah warga sudah berkumpul sambil membawa pentungan. Karnita pun langsung mencari informasi lebih detail dan diketahui bahwa ada kejadian pembunuhan dan mutilasi.
Ketika bertanya lebih jauh, dirinya mendapat jawaban dari warga agar melihat apa yang ada di sekitar pos ronda. “Saya jalan kaki ke lokasi yang ditunjuk, pas sampai kaget ada potongan tubuh manusia tergeletak dan di dalam baskom merah,” ungkapnya.
Setelah apa yang dilaporkan dipastikan terjadi, Karnita pun langsung bertanya di mana posisi terduga pelaku. Warga menyebut bahwa terduga pelaku sedang bergerak bawah dan ia pun melihatnya sedang membawa pisau.
“Awalnya saya belum tahu siapa terduga pelaku ini, setelah diteliti lagi ternyata saya kenal karena pernah bersilaturahmi ke rumahnya dan ngopi bareng. Namanya pak Tarsum,” sebutnya.
Melihat Tarsum mondar mandir di jalanan, Karnita pun mengikutinya dari jarak yang aman karena masih terlihat membawa pisau. Dalam prosesnya, Tarsum berteriak menawarkan potongan tubuh istrinya.
Sambil terus mengikuti Tarsum, Karnita meminta warga untuk menjaga jarak aman dan agar tidak berbuat macam-macam yang bisa mengancam keselamatan. Itu dilakukan sambil berupaya berkomunikasi meski Tarsum terlihat beringas.
“Saya terus berusaha menenangkan warga sambil saya juga merapat pelan-pelan. Pas itu dia sempat berbalik ke arah saya sambil memegang pisau dan potongan tubuh di tangannya,” ucapnya.
Melihat Tarsum berbalik, Karnita mengaku sempat kaget namun langsung menenangkan diri dan mencoba berkomunikasi. Saat itu ia pun meminta Tarsum untuk beristigfar dan menanyakan apakah mengenalnya atau tidak.
Ditanya begitu, Tarsum menurutnya sempat melihat dan mengenalinya karena menggunakan pakaian loreng. Setelahnya Tarsum pun kembali ke area pos ronda, dan dirinya memilih untuk mundur terlebih dahulu.
Tarsum pun kemudian kembali lagi dan mengumpulkan sejumlah bagian tubuh korban dan memasukannya kedalam karung. Karnita pun terus memonitor setiap gerakan yang dilakukan Tarsum dan diikuti ketika bergerak sambil membawa karung.
“Saya dekati terus sambil jaga jarak aman, dan itu sengaja dilakukan sambil menunggu bantuan dari rekan Babinsa yang lain dan Polsek Rancah karena saat itu belum ada siapa-siapa kebetulan kecuali saya dan warga,” jelasnya.
Saat tengah mengikuti Tarsum, ia pun sempat bertemu dengan kuwu setempat dan disampaikan bahwa dirinya akan berkomunikasi dengan baik terlebih dahulu. Sampai ia melihat Tarsum menyimpan karung berisi potongan tubuh dan bergerak ke dekat kuburan.
Di sekitar kuburan ia pun berkomunikasi dengan Tarsum dan memintanya untuk istigfar. “Saya juga bilang bahwa saya akan tanggungjawab tidak akan dihakimi massa dan saya minta agar pisau yang dibawa dilepaskan,” ucapnya.
Mendengar ucapan Karnita, Tarsum pun tiba-tiba merangkak sambil melakukan beberapa gerakan yang menyakiti sejumlah bagian tubuhnya. Ia menilai bahwa apa yang dilakukan Tarsum seperti orang yang kerasukan yang tidak sadarkan diri.
“Saya terus minta agar Tarsum untuk istigfar, dan saya bilang bahwa saya tidak bawa apa-apa. Tarsum sempat melempar pisau ke arah pa kuwu, dan saya berpikir bahwa pa kuwu akan mengambil pisau itu,” katanya.
Dalam posisi tersebut, warga yang menyaksikan hal itu meneriakkan agar Tarsum tidak dibiarkan begitu saja. Teriakan itu terdengar Tarsum sehingga yang terjadi kembali beringas, matanya merah, dan langsung mengejar pisau yang belum diambil kuwu.
Melihat Tarsum yang kembali beringas, Karnita langsung menghindar ke sebelah kanan. Namun Tarsum ternyata mencoba hendak menusuk kuwu yang berada di tidak jauh darinya.
Sebelum betul-betul menusuk kuwu, Karnita mencoba mengalihkan perhatian Tarsum. “Saya bilang, heh jangan membunuh kuwu, saya aja yang ditusuk. maksudnya agar saya yang dikejar, dan dia memang membalik, saya langsung mencoba mundur,” katanya.
Saat tengah mundur dan mencoba naik ke ara makam, Karnita ternyata malah terpeleset sampai terlentang. Sampai Tarsum terus mendekat dengan jarak satu langkah, pisau pun disabetkan kepadanya.
Karnita yang merasa terancam, langsung mencoba menangkis dengan tangannya dan kemudian sabetan pisau itu mengenai bagian perutnya.
“Saya istigfar agar tidak lepas konsentrasi, dan saat menyerang saya lagi, saya Bismillah saja langsung tangkap tangannya dan saya tendang kemaluannya meski sambil terlentang,” katanya.
Mendapat perlawanan dari Karnita, Tarsum pun menurutnya langsung kaget sehingga ia melihat celah dan langsung melakukan gerakan untuk menyerang menggunakan kaki sambil memegang tangan kanannya.
“Posisinya saat itu terus memberontak, saya kunci kakinya dan saya jatuhkan ke belakang. Saya berpikirnya gimana caranya agar saya bisa duduki pelaku dari atas meski tangannya tidak saya lepaskan karena ada pisau,” ucapnya.
“Sampai akhirnya pisau lepas dan jatuh, tangan dan lehernya langsung saya piting sampai tidak bisa melawan lalu saya meminta bantuan warga. Saya berpikirnya harus mengedepankan kemanusiaan kepada Tarsum meski mungkin kelakuannya setan,” sambungnya.
Tarsum akhirnya diamankan warga bersama anggota TNI-Polri lainnya yang sudah ada di lokasi kejadian. Ia memastikan bahwa dalam proses penangkapan Tarsum ia tidak menggunakan senjata tajam maupun api.
“Alhamdulillah tertangani, setelah ditangkap biar ditangani secara hukum. Alhamdulillah masih dilindungi, saya berfikir bagaimana agar tetap bisa menjaga nyawa dirinya (Tarsum) dan yang lain (warga). Jadi tidak ada indikasi ditembak, itu hoax,” jelasnya.
merdeka.com
Setelah Tarsum berhasil diamankan dan langsung dibawa polisi, ia abru menyadari bahwa baju lorengnya penuh darah. Saat diperiksa, bagian perutnya memang mengalami dua luka sayatan, namun tidak fatal.
“Kalau baju loreng saya tidak tebal, mungkin luka goresan pisaunya mungkin bisa lebih parah. Dan darah yang banyak di baju loreng saya itu ternyata dari Tarsum, bukan luka saya,” pungkasnya.