PDIP bikin solid atau acak-acak koalisi Ridwan Kamil?
Memiliki modal 20 kursi sebagai syarat mengusung pasangan kepala daerah di Pilgub Jabar, nyatanya tak membuat PDIP dari jauh-jauh hari memastikan calonnya. Kurang sepekan waktu pendaftaran, PDIP belum juga memutuskan sikap.
Memiliki modal 20 kursi sebagai syarat mengusung pasangan kepala daerah di Pilgub Jabar, nyatanya tak membuat PDIP dari jauh-jauh hari memastikan calonnya. Kurang sepekan waktu pendaftaran, PDIP belum juga memutuskan sikap. Sementara Ridwan Kamil yang sudah mendapatkan tiket dari koalisi empat partai rupanya masih kurang yakin. Bermanuver di saat-saat terakhir, Emil masih berharap tambahan dukungan dari si Moncong Putih.
Meski belum pasti, sinyal merapatnya PDIP ke Emil bisa menimbulkan dua dampak. Koalisi empat partai sebelumnya, Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura hingga kini belum juga menyepakati siapa cawagub yang akan diusung. Terutama PPP yang ngotot menyodorkan kadernya Uu Ruzhanul Ulum. Masuknya PDIP tentu saja akan membuat peta koalisi berubah. Jika PDIP mengusung Emil dan meminta jatah cawagub, koalisi yang sudah terbangun bisa solid, atau malah sebaliknya acak-acakan.
-
Apa yang dikatakan oleh Ridwan Kamil saat maju di Pilkada Jakarta? Calon pesaing Anies, Ridwan Kamil tak kalah kuat. Ridwan Kamil mendapatkan lampu hijau dari partai koalisi Prabowo-Gibran untuk maju Pilkada Jakarta. Partai-partai yang menyatakan kesiapan mengusung Ridwan Kamil itu adalah Gerindra, PAN dan Golkar. Bahkan, Gerindra sudah terang-terangan menginginkan kadernya menjadi calon wakil gubernur untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024."Secara alami secara manusiawi, kami ingin wakil kami ada di wakil gubernur," kata Habibburokhman kepada wartawan.
-
Bagaimana PKB ingin membentuk poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? "Kami belum ada obrolan sama sekali menyangkut soal sosok Kang Ridwan Kamil gitu, tapi yang sudah ada obrolan malah di Jabar. Kalau Kang RK maju di Jabar kami akan bikin poros di luar Kang RK kan gitu," tutur Huda.
-
Kenapa PKB ingin membentuk poros yang berbeda dari Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? Ia mengatakan bahwa perbedaan poros sangat dibutuhkan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun ini agar publik memiliki banyak pilihan."Pokoknya prinsipnya PKB siap siapapun yang berkompetisi karena PKB akan menyuguhkan alternatif pilihan untuk publik, sebanyak-banyaknya," ujar Huda ketika ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (13/6)
-
Siapa saja yang menginginkan Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Partai KIM begitu ngotot memboyong Ridwan Kamil di Jakarta. Namun, Golkar tampaknya belum satu suara dengan Gerindra, PAN dan Demokrat soal langkah politik untuk Ridwan Kamil itu. Golkar 'si pemilik' Ridwan Kamil masih menimbang penugasan di Pilkada Jakarta atau Jawa Barat.
-
Bagaimana Golkar merespon wacana Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta? Golkar merespons wacana Ridwan Kamil bersedia maju di Pilkada DKI Jakarta karena berasumsi eks Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak akan maju lagi sebagai calon gubernur. Saat itu, Anies merupakan capres yang berkontestasi di Pilpres 2024. Oleh karena itu, Golkar memberikan penugasan kepada Ridwan Kamil untuk maju di Jakarta dan Jawa Barat.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan mengatakan, peluang Ridwan Kamil didukung oleh PDIP cukup besar. Namun dia mengingatkan, dukungan PDIP tidak berbanding lurus dengan kemenangan dan ada risiko besar yang harus dihadapi Emil.
"Peluang (didukung) PDIP besar. Apalagi, kalau melihat perjalanannya, PDIP memang ingin mengusung Ridwan Kamil, meski dalam perjalanannya terganjal persoalan komunikasi," kata Firman saat dihubungi, Rabu (3/1).
Soal risiko bergabungnya PDIP, Firman menuturkan, PDIP selalu kalah dalam ajang pesta demokrasi di wilayah Jabar. Dua kali pilgub, 2008 dan 2013 PDIP selalu kalah. Demikian juga saat Pilpres 2014, perolehan suara Jokowi yang didukung PDIP tidak maksimal.
Dia menyebut, di mata masyarakat Jabar yang sebagian besar religius, PDIP dicitrakan sebagai partai anti-Islam. Selain itu, PDIP juga tidak mempunyai calon ideal untuk pendamping Ridwan Kamil. Dengan modal 20 kursi tentu PDIP tidak ingin hanya sebagai penonton saja. PDIP, kata Firman, pasti ingin menduetkan dengan kader dari PDIP.
"Tapi, figur ideal itu tidak dimiliki PDIP. Tidak ada calon PDIP dengan background religius," ucapnya.
Sedangkan pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio berpendapat, PDIP belum tentu mau meminang Emil. Penyebabnya, Emil saat itu ingin maju di Pilgub Jabar sempat menolak pinangan PDIP dan lebih memilih Partai NasDem.
"Ya semoga PDIP mau memaafkan RK dan kemudian memberikan dukungan pada Emil," kata Hendri saat dihubungi merdeka.com, Rabu (3/01).
"Ada citra PDIP kecewa kepada RK yang langsung menerima NasDem sebelum bertemu dengan PDIP. Udah kepepet baru deh dia ke PDIP," tambahnya.
Jika PDIP mengusung Emil, menurut Hendri, citra PDIP bisa menurun dan sebaliknya, keuntungan yang didapatkan Emil.
"Lebih banyak positifnya buat Emil dibanding buat PDIP. PDIP sebetulnya kan bisa majukan calon sendiri. Jadi bila bukan RK pun, PDIP tetap kinclong," ujar Hendri.
Emil sendiri usai bertemu Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira dan Ketua Bappilu Bambang DH mengaku belum membahas secara khusus soal dukungan PDIP terhadap dirinya.
"Namanya silaturahmi belum menjurus terlalu jauh, ini kali pertama kan. Jadi lebih mencairkan suasana ngobrol yang ringan-ringan, pertanyaan-pertanyaan yang terlalu berat tadi belum waktunya dan belum dibahas," kata Emil di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (3/1).
Emil tak menampik berharap PDIP ikut bergabung bersama PKB, PPP, NasDem dan Hanura mendukungnya. Emil mengingat pesan ibunya agar lebih baik mendapatkan dukungan dari banyak partai politik untuk maju menjadi calon gubernur.
"Kan ibu saya menasihati, lebih baik banyak dukungan daripada sedikit dukungan," ujar Emil.
Soal wakilnya, Emil mengakui empat partai yang mendukungnya belum menemukan kata sepakat. Bahkan, keputusan itu kata dia kini berada di tangan para ketua umum partai. Emil menyatakan kesiapannya diduetkan dengan siapa pun sosok cawagub yang dipilih oleh 4 partai pendukungnya. "Saya ini pengantin yang siap dipasangkan dengan siapa pun, saya belajar mencintai dengan mudah dan cepat," ujarnya.
"Saya tidak ada masalah. Tapi posisinya deadlock, makanya saya sampaikan ya sudah saya serahkan ke partai-partai pengusung, levelnya sudah level ketum, mangga. Kabari saya saja, siapa berjodohnya," tegasnya.
Sementara Bambang DH menuturkan, silaturahmi Emil ke PDIP sebagai hal wajar. Sebab, Emil ingin maju sebagai kepala daerah Jawa Barat. PDIP membuka ruang dialog dengan Emil karena tugas partai politik mencari calon pemimpin bagi rakyat.
"Dan memang partai politik lah yang menurut UU punya tanggung jawab, punya kewenangan untuk mempersiapkan kader, calon pemimpin di berbagai jenjang," kata Bambang.
Baca juga:
Usai bertemu Zulkifli Hasan, Demiz sebut PAN belum sepakat usung Sudrajat-Syaikhu
Gusdurian sebut Pilkada Jabar 2018 paling rawan ujaran kebencian
Buya Syafii takut suasana Pilgub DKI yang tak beradab menular ke Jawa Barat
'Semoga PDIP mau maafkan Ridwan Kamil'
Manuver Ridwan Kamil amankan pencalonan di Pilgub Jabar